P E M B U K A A N
***
Selepas kepergian Daniel, tidak ada kata baik-baik saja. Semuanya kacau dan rumah yang dulunya ramai dengan ocehan cowok itu, sepi. Gelak tawa yang biasanya menertawakan tingkah konyol dan mulut nyinyirnya tidak lagi terdengar. Semua nampak membisu dalam kerinduan akan kehadiran cowok tengil itu.
Semua percaya jika Daniel adalah pembawa kebahagiaan dengan cara paling sederhana.Juan kembali menghela napas. Punggung tegapnya masih setia bersandar di tembok kamar putranya. Sorot matanya penuh luka kala menatap istri tercintanya yang terus saja bersedih meratapi kepergian putranya. Terhitung sudah seminggu, kondisi Agatha masih belum membaik. Wanita itu sering tiba-tiba menangis saat mengingat apapun tentang Daniel. Dalam tidurnya pun sering memanggil nama Daniel.
"Baby, kita makan yuk. Aku udah beliin makanan kesukaan kamu. Kamu pasti belum makan, kan?" ajak Juan membelai pipi Agatha dengan lembut.
Agatha menepis tangan suaminya dengan kasar. Tanpa sepatah kata pun, ia beranjak meninggalkan kamar Daniel. Agatha masih marah pada suaminya. Ia sudah mogok bicara pada suaminya dari tiga hari yang lalu. Aksi ini benar-benar sukses membuat Juan frustasi dan nyaris gila. Pekerjaannya yang semakin menumpuk ditambah dengan masalah keluarganya membuat Juan ingin meledakkan kepalanya sendiri.Juan membuntuti Agatha.
"Baby, kamu mau apa? Aku bisa turutin semuanya. Liburan? Shopping? Atau apa? Sebutin aja," bujuk Juan.Bujuk rayu Juan tidak membuat Agatha bersuara.
"Atau kamu mau----"
"Bawa Daniel pulang! Sayangi dia! Obati lukanya dan jangan nyakitin dia lagi. Aku cuma mau itu!" tandas Agatha.
"Bukannya aku nggak mau bawa Daniel pulang, Sayang. Aku cuma pengin Daniel paham. Aku pengin Daniel pulang sendiri dan menyesali perbuatannya. Buat bawa pulang Daniel ke rumah itu gampang banget buat aku. Tapi aku nggak sebodoh itu. Bisa-bisa nanti kabur dari rumah dijadikan senjata sama Daniel. Kamu ngerti, kan?" terang Juan.
"Sinting. Aku berubah pikiran. Jangan bawa Daniel pulang ke rumah. Biarin Daniel bahagia di luar sana. Percuma, di sini cuma dapat tekanan. Dan kamu, jangan menyesal kalau Daniel melupakan peranmu," tandas Agatha lalu berjalan cepat menuju ruang keluarga untuk menghampiri Angel.
Juan menyapukan tangganya di meja membuat vas bunga dan perabot hias yang ada di meja itu berjatuhan berakhir hancur berkeping-keping. Napasnya memburu. Amarahnya sudah di ujung tanduk. Ingin dilepaskan, namun Juan tidak tahu harus melepas kemarahannya pada siapa.
***
"Kak Mian sibuk nggak? Temenin Rizal main bola, mau?" tanya Rizal yang baru saja masuk ke kamar kakak tertuanya. Anak itu membawa bola yang tengah ia peluk, menunggu jawaban kakaknya.
Di sudut kamar tepatnya di kursi belajar, nampak Damian sibuk dengan laptop dan proposal kegiatan OSIS yang tengah dibebankan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible Journey
Dla nastolatkówDamian Manuel Regata dan Daniel Manuel Regata, mereka kembar. Namun meskipun begitu, keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Tak hanya menutup diri, Damian juga pendiam, dingin tak tersentuh, sulit berbaur dengan lingkungan sekitar...