Tiga Belas

155K 21K 4.9K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua anggota keluarga -minus Daniel dan Damian, sudah berkumpul di meja makan siap untuk sarapan bersama seperti rutinitas keluarga Juan. Makanan pun sudah terhidang di meja. Tinggal menunggu kedatangan si kembar Daniel dan Damian.

"Kudanil kok nggak tulun-tulun, Pa? Kan Angel mau belantem," gerutu Angel lalu menggaruk pipinya yang gembul. Detik berikutnya anak itu mengenyot dot berisi susu putih seperti biasa. Nampak begitu bersemangat.

"Lah ini ruang makan Ngel, bukan ring tinju," greget Juan yang tengah memangku Angel.

"Jangan berantem terus, masa cewek cantik, kalem, manis, dan imut kayak Angel kesayangan mommy sukanya berantem," celetuk Agatha membelai lembut rambut putri bungsunya.

"Mau jadi pleman ma, kan Angel gengnya kudanil."

Juan yang gemas dengan putri bungsunya tak kuasa menahan diri untuk tidak menciumi pipi Angel yang gembil.

"Pak, kok kak Daniel sama kak Damian kok belum turun sih? Rizal udah lapar," keluh Rizal yang tengah memainkan sendok dan garpu.

"Jorok!" tegur Shella, merampas sendok yang tengah diemut oleh Rizal.

"Kayak holang susah," cibir Angel yang sepertinya sudah ketularan virus songong ayahnya.

"Hust! Gak boleh ngomong gitu, Sayang," tegur Juan tidak suka dengan ucapan putrinya.

"Kalian sabar gengs! Bentar lagi kak Damian sama kak Daniel turun kok. Lima menit nggak turun, nanti Daddy yang seret mereka ke sini," ujar Juan yang diangguki oleh anggota keluarganya.

Di lain tempat, Daniel dan Damian yang baru saja keluar dari kamar tengah beradu pandang. Damian memberikan tatapan mencemooh pada Daniel yang pagi ini tidak berseragam seperti dirinya. Kembarannya itu mengenakan celana sobek-sobek dan kaus hitam bergambar band rock tanah air.

"Cocok, tinggal ngerusuh di tengah masyarakat," celetuk Damian seraya menepuk pundak Daniel berkali-kali.
Daniel yang geram segera menyingkirkan tangan Damian.

Daniel diam bersama kesabaran yang tengah ia bangun untuk menahan dirinya agar tidak menyerang saudara kembarnya. Matanya tak berkedip terfokus pada Damian yang berseragam rapi dengan atribut yang selalu dikenakan sesuai aturan.

"Mau ke mana lo?" Damian menghadang langkah Daniel saat cowok itu berniat untuk turun ke bawah mengabaikan Damian. Daniel tidak yakin dirinya akan bersabar jika terus dicaci maki oleh Damian. Keputusan untuk menjauh adalah hal yang tepat untuk meminimalisir pertikaian.

"Sarapan. Abi sama yang lainnya pasti udah nunggu. Lo nggak sarapan? Udah jam setengah tujuh lewat. Gue yakin lo nggak mau terlambat," ujar Daniel selepas melirik jam di pergelangan tangan. "Mau turun bareng?" tawar Daniel yang membuat Damian memutar bola matanya.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang