Dua Puluh Satu

158K 20.3K 3.2K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Lo bisa lakuin di sini," terang Daniel memberi tanda di pergelangan tangannya dengan jari telunjuk.

Pandangan mata Damian tak beralih pada serpihan beling yang berlumur darah segar milik Daniel. Hatinya terasa nyeri melihat darah itu. Perlahan kepalanya mendongak menatap Daniel yang berdiri di hadapannya dengan senyum tipis. Entah hati Daniel terbuat dari apa hingga cowok itu masih bisa tersenyum disaat seperti ini.

"Kenapa diam aja? Ayo lakuin! Ini kan yang lo mau? Nggak ada harganya juga gue hidup. Kalau dengan gue pergi lo bisa bahagia dan mau damai sama masa lalu, nggak akan ada yang gue sesali," ujar Daniel menarik tangan Damian untuk menggores pergelangan tangannya dengan serpihan beling itu.

"Daniel! Damian! Nggak usah aneh-aneh!" lerai Juan yang tidak ditanggapi oleh kedua putranya.

"Lo lagi caper atau cari muka?" sinis Damian membuat Daniel menatap tak suka pada kembarannya.

"Bukannya itu yang selama ini lo lakuin? Nggak ingat kalau sering bertingkah kayak bocah buat cari perhatian Daddy sama mommy," kilah Daniel.

"Banyak bacot! Nggak mutu," sinis Damian.

"Kudanil pulang yeay!"

Daniel sontak menepis tangan Damian hingga serpihan beling di telapak tangan kembarannya terhempas dan jatuh di atas karpet. Tanpa menoleh ke sumber suara pun Daniel sudah tahu pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Angel, adik bungsunya.

Sebelum membalik tubuhnya, Daniel terlebih dahulu menggosok telapak tangannya yang berlumur darah ke hoodie yang ia kenakan. Rasanya sangat perih. Untung saja ia mengenakan hoodie berwarna hitam yang membuat darah itu tidak akan terlihat oleh Angel. Ia tidak ingin Angel melihat itu.

Daniel tersenyum tipis saat melihat Angel berlari ke arahnya setelah melepas gandengan tangan Agatha dan Rizal. Rambut sebahunya yang dikucir menjadi dua bergerak seirama dengan derap langkahnya. Celengan ayam kesayangan anak itu tengah digendong menggunakan kain gendongan. Daniel tidak bisa menahan senyumnya.

"Celengan ayamnya kangen sama kudanil," ucap Angel saat berdiri di hadapan Daniel. Anak itu membenarkan kain gendongnya dan menyembulkan kepala celengan miliknya agar Daniel bisa melihat.

Daniel jongkok di hadapan Angel. Tangannya yang masih belum bersih sempurna dari darah segar ia tenggelamkan di saku hoodie.
"Ayamnya atau Angel yang kangen nih?" goda Daniel seraya menarik rambut Angel pelan.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang