Delapan Belas

166K 19.8K 3.4K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Niel," panggil Alfa seraya menepuk pelan pundak Daniel yang tengah mengemudi pick-up. "Biar gue sama anak-anak aja yang ambil alih. Lo jangan nongol," usul Alfa yang tidak mau membuat Daniel malu.

Pasalnya Alfa baru menyadari jika barang pesanan kali ini ditujukan ke rumah Juan Manuel Regata yang tak lain adalah rumah orangtua Daniel. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Daniel sekarang. Menginjakkan kaki kembali ke rumahnya dengan status hanya sebagai pesuruh. Alfa tahu bagaimana Juan yang bergelimang harta. Pasti murka jika melihat Daniel putranya seperti ini. Apalagi sosok Juan sangat menjaga citra baik keluarganya agar tetap dipandang oleh semua orang.

"Selow, gue nggak papa. Apa yang perlu lo khawatirkan disaat gue udah ikhlasin semuanya. Rumah ini cuma masa lalu kok. Mungkin dengan keadaan gue yang sekarang, bisa buktiin ke Daddy," terang Daniel.

Daniel membunyikan klakson dua kali. Tak lama setelah itu pintu gerbang yang menjulang tinggi dibuka. Satpam yang berjaga nampak kaget saat mengetahui jika pengemudi pickup itu adalah anak majikannya.

"Mau nganterin pesanan, Pak," ujar Daniel sebelum pak Kardi bertanya.

Pak Kardi menatap ke arah Daniel lalu beralih ke belakang. Di bak pickup sudah banyak barang-barang dan cowok-cowok yang mungkin adalah teman-teman Daniel.

"Saya duluan pak," pamit Daniel kembali melajukan pick-up yang tengah ia kendarai.

Alfa menatap ke arah spion. Di belakang teman-teman yang lain nampak khawatir dengan Daniel sama seperti dirinya. Pasti ini berat bagi Daniel.

"Tuan Daniel? Kok---"

"Ini pesanan mau ditaruh di mana, Bi?" potong Daniel begitu turun dari pickup. Cowok itu berjalan untuk siap menurunkan barang-barang.

"Eh itu, langsung masukin ke gudang barang aja."

"Kudanilnya Angel pulang! Yeay!"
Daniel menoleh ke belakang untuk mencari sumber suara. Suara yang sudah sangat ia rindukan. Tak jauh dari hadapannya, anak kecil yang usianya menginjak tahun ke empat berlari menghampirinya. Celengan ayam kesayangan anak itu tidak ketinggalan. Selalu dipeluk.

"Kangen!" Angel mengulurkan satu tangannya meminta digendong. Tangannya yang satu setia memeluk celengan ayamnya.

"Kudanil kok balu pulang? Angel kan kangen. Kudanil ke mana sih?" tanya Angel begitu berada dalam gendongan kakak yang sangat ia rindukan. Daniel memejamkan matanya saat punggung tangan mungil adiknya menyeka keringat yang bercucuran di dahi dan pelipisnya.

"Kakak juga kangen sama kamu," bisik Daniel lalu memeluk erat tubuh mungil adiknya. Lewat pelukan ini Daniel melepaskan kerinduan. Punggung lebarnya ditepuk-tepuk pelan oleh Angel.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang