Dua belas

162K 19.5K 3.4K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Daniel yang tengah duduk di sofa yang ada di ruang BK terus saja menunduk. Kedua kakinya tidak bisa tinggal diam, begitu juga dengan jarinya yang saling bertautan, pertanda ia tengah gugup dan takut dalam satu waktu. Juan sendiri  tengah duduk berhadapan dengan kepala sekolah, bagian kesiswaan, dan guru BK. Nampak Juan tidak terlalu memperdulikan ucapan kepala sekolah dan guru BK yang bergantian menyebutkan satu per satu kesalahan yang sudah Daniel lakukan selama bersekolah di SMA Garuda. Pandangan pria itu tertuju pada putranya yang selalu berulah. Sungguh setiap ucapan yang keluar dari pria di hadapan Juan hanya berisi kalimat yang buruk tentang Daniel. Tidak ada satu kalimat pun yang menjelaskan tentang kebaikan Daniel. Membuat Juan muak saja mendengarnya.

"Untuk itu kami pihak sekolah mengambil keputusan untuk mengeluarkan Daniel dari sini mengingat banyak catatan buruk. Sebelumnya kami sudah memberikan Daniel kesempatan. Tapi Daniel masih tetap berulah. Dan terakhir dia terlibat baku hantam dengan anak IPA. Mungkin jika Damian tidak datang untuk melerai, kita terlambat menyelamatkan anak IPA tersebut," tutur Reynaldi, kepala sekolah yang kini tengah menatap Daniel.

"Tidak ada lagi alasan kami untuk mempertahankan Daniel. Sudah banyak siswa bahkan guru yang menyatakan tidak nyaman dengan kelakuan Daniel. Kenakalan Daniel sudah dibatas kewajaran dan pihak sekolah tidak bisa mentolerir lagi. Untuk itu kami dengan sangat terpaksa mengembalikan Daniel ke pak Juan selaku wali. Mulai hari ini Daniel bukan lagi siswa SMA Garuda," ujar Seno, kepala bagian kesiswaan.

Daniel mengedipkan matanya berkali-kali untuk menghalau air matanya agar tidak keluar. Ia menangis bukan karena dikeluarkan dari sekolah. Tapi ia menangis karena merasa sangat bersalah pada orangtuanya. Membuat orangtua kecewa bukanlah hal yang Daniel inginkan. Cowok itu benar-benar menyesal, apalagi saat tadi melihat wajah tegang berpadu dengan sorot penuh kecewa yang Juan pancarkan.

"Baik. Terimakasih. Saya permisi."
Setelah lama bungkam, Juan akhirnya bersuara dengan nada yang sedikit bergetar. Ia segera mengambil pena untuk membubuhkan tanda tangan sebelum akhirnya berdiri meninggalkan yang lainnya.

"Pulang!" titah Juan tegas saat melintas di depan Daniel. Pria itu tidak menoleh sedikit pun ke arah putranya. Daniel memaklumi, mungkin rasa kecewa ayahnya sedikit merubah sikapnya.

"Saya permisi, Pak. Sampaikan maaf saya pada semuanya dan terimakasih untuk pengalaman dan ilmu selama ini," pamit Daniel lalu berjalan cepat mengejar Juan sebelum semakin jauh.

Di sepanjang koridor, siapapun yang berpapasan dengan Daniel langsung menepi dan memberikan tatapan sinis. Daniel mencoba tidak peduli dengan respons yang mereka berikan. Ia tetap berjalan tenang di belakang ayahnya.

"Udah selesai urusannya, Dad?" tanya Damian yang tiba-tiba muncul di hadapan Juan. Kemunculan Damian membuat Daniel mundur beberapa langkah menjauhi Juan.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang