Tiga Puluh

141K 19.7K 6K
                                    

4 panggilan tak terjawab 'Mommy'
2 panggilan tak terjawab 'Daniel'

Damian menggulir layar ke bawah untuk memeriksa panggilan tak terjawab dari aplikasi WhatsApp-nya yang tidak ia aktifkan selama tiga hari ini. Ada banyak panggilan tak terjawab dari teman dan tak sedikit pula dari nomor baru yang entah dari mana mereka mendapatkan nomor WhatsApp miliknya.
Pesan pun mulai berdatangan masuk. Suara notifikasinya memecah keheningan kamar hotelnya. Ucapan selamat atas bertambahnya usia menjadi isi pesan yang mereka kirim.

Tidak ada yang spesial selain pesan mommy Agatha.

Damian refleks menjatuhkan ponselnya saat wajah Shella muncul memenuhi layar ponselnya bebarengan dengan dering teleponnya. Sebuah panggilan masuk dari Shella membuatnya terkejut. Debarannya tidak mampu ia sembunyikan.
Lalu rindu berbisik padanya meminta diobati dengan menjawab panggilan tersebut.

"Ha-halo," sapa Damian dengan nada setenang mungkin. Ia menunggu dengan cemas. Rasanya ia sudah tidak sabar mendengar suara gadis--maksud Damian adalah adiknya.

"Hallo kak Mian."
Damian menahan napas mendengar suara lembut adiknya.

"Ada apa?" tanya Damian ketus. Shella pasti tidak tahu jika Damian diam-diam menahan senyum bahagianya.

"Aku cuma mau ngucapin selamat ulangtahun buat kakak. Dari kemarin kakak susah dihubungi. Mommy nyariin, kangen, terus khawatir juga sama kakak."

"Cuma mommy? Kamu nggak?" tanya Damian.
Hening. Sepuluh detik berlalu tidak ada jawaban dari Shella.

"Eh--- kak Mian di mana? Kok nggak pulang-pulang?"

"Dua hari lagi kakak pulang."

"Kakak di mana? Kok nggak ngasih kabar ke orang rumah. Seneng banget bikin orang khawatir. Mommy jadi rewel gara-gara mikirin kak Mian. Kasian kak Daniel, harus repot-repot nurutin mommy karena Daddy juga nggak ada. Kakak lagi ngapain sih di situ?"

"Bilang kangen dulu, nanti dikasih tau."
Damian mengulum bibirnya agar tidak tersenyum. Senyum baginya adalah hal yang sangat mahal dan jarang dilakukan. Rasanya aneh sangat aneh saat ia tersenyum hanya karena menggoda Shella.

Seperti dugaan Damian, Shella kembali bungkam.

"Iya. Aku kangen kak Damian. Mommy, kak Daniel, Angel, sama Rizal katanya kangen kakak."

Damian menyisir rambutnya ke belakang dengan sela jari. Ucapan Shella benar-benar mempengaruhi kesehatan jantungnya. Ini gila. Jantungnya berdebar kencang bahkan Damian sampai berkeringat.

"Kangen balik buat yang lagi kangen kakak. Terutama buat kamu."

"Iya. Nanti disampaikan ke yang lain juga." Suara Shella di seberang sana membuat Damian mencoba membayangkan bagaimana ekspresi wajah Shella saat ini.

"Udah nyiapin kado buat kakak?"

"Eh--- udah. Makanya cepet pulang. Nanti aku kasih kadonya."

"2 hari lagi."

"Tadi katanya mau dikasih tau kakak di mana kalau udah bilang kangen. Tadi udah bilang kangen, kok nggak dikasih tau."

"Kakak di Singapura."

"Si-singapura? Kok? Kakak ngapain di situ?"

"Ada urusan."

"Urusan apa?"

"Urusan buat nglepas kamu sebelum memiliki. Kita udah sama-sama sadar kalau di antara kakak sama kamu nggak akan pernah ada kita. Semua rasa sakit hati, biar kakak yang memiliki."  

"Kak---"

"Udah dulu, kakak ada urusan sejam lagi. Harus siap-siap. Nanti kakak telepon lagi."

Begitu panggilan terputus, Damian meletakkan ponselnya di ranjang lalu menutupnya dengan bantal. Ia melompat turun dan berlari kecil ke arah pintu yang diketuk dari luar sedari tadi.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang