"Meskipun pertunanganmu sama Bella itu karena perjodohan bisnis, Daddy harap kamu memperlakukan Bella sebagaimana mestinya. Daddy nggak perlu jelasin, kamu pasti paham maksud Daddy. Mungkin kamu juga bakal mikir kalau ini terlalu jahat buat kamu. Daddy korbanin kamu demi anak-anak Daddy yang lainnya. Bukan karena pilih kasih ke Daniel, tapi memang saat ini cuma yang bisa bantu daddy. Mereka menginginkan kamu dan Daddy nggak ada pilihan lain. Nasib perusahaan Daddy ada di tangan mereka."
Damian melepaskan jas hitam yang melekat begitu pas di tubuhnya lantas diberikan ke gadis yang saat ini berdiri di sampingnya yang nampak kedinginan. Dress panjang dengan belahan sampai setengah paha dan tanpa lengan pasti tidak mampu memberikan kehangatan untuk gadis itu.
"Makasih," ujar Arabella lembut seraya membungkus tubuh mungilnya dengan jas milik Damian yang resmi menjadi tunangannya sejak beberapa jam yang lalu.
Damian mengangguk pelan lantas membuang pandangannya ke arah tamu yang tengah menikmati alunan musik sambil berdansa mesra dengan pasangan masing. Tak sedikit pula yang hanya menjadi penonton.
"Gue udah janji sama Daddy buat nerima lo. Tapi bukan itu yang gue permasalahin. Tapi soal Daniel."
"Daniel? Aku nggak ada perasaan apapun sama Daniel. Aku emang dekat, tapi hanya sebatas teman. Nggak lebih."
"Tapi Daniel suka sama lo!" sarkas Damian.
"Terus apa masalahnya? Semua orang berhak menyukai siapapun. Nggak ada larang buat Daniel suka sama aku."
"Masalahnya lo itu udah kasih harapan ke Daniel!"
"Harapan? Aku nggak pernah ngasih Daniel harapan. Danielnya aja yang baperan. Harusnya Daniel selama ini sadar kalau aku deketin dia buat tanya-tanya tentang kamu. Dari awal aku nggak ada rasa sama Daniel. Yang aku suka cuma kamu, Damian. Berhubung aku udah sama kamu, aku rasa aku harus jauhin Daniel dan coba ngomong baik-baik."
"Sinting! Jangan bicara apapun ke Daniel soal ini. Lo cukup bersikap seperti biasanya. Gue yang bakal mikirin jalan keluarnya biar nggak ada kesalahpahaman."
***
Satu minggu kemudian.
Seminggu berlalu pesta pertunangannya dengan Arabella berlalu. Selama seminggu ini pula Damian diliputi rasa bersalah pada kembarannya. Ia merasa sudah menusuk Daniel dari belakang. Damian tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika diam-diam gadis yang sering Daniel ceritakan pada Agatha adalah gadis yang sudah bertunangan dengan saudaranya sendiri.
Ketulusan seorang Daniel tidak diragukan lagi. Daniel tidak sungkan saat mengatakan ia menaruh perasaan pada gadis tunawicara. Seolah kekurangan Arabella bukanlah beban bagi Daniel.
"Ya," ucap Damian singkat pada seseorang di seberang sana. Awalnya Damian enggan menjawab panggilan dari Arabella, namun Arabella tidak berhenti menghubunginya membuatnya terpaksa menjawab.
"Aku kangen. Bisa ke rumahku sekarang?"
"Sibuk."
"Oh sibuk ya. Kalau boleh tau sibuk ngapain? Eh kayaknya rame banget. Lagi di rumah, ya? Suara Angel sama Daniel kedengaran soalnya."
"Hm. Udah dulu," ucap Damian lalu memutuskan panggilan secara sepihak.
Ponselnya sengaja ia matikan agar Arabella tidak menghubunginya lagi. Rasa tidak nyaman selalu datang saat Arabella mendekatinya."Gimana dok keadaan saya? Baik-baik aja kan?"
Bibir Damian membentuk lengkungan senyum tipis saat mendengar suara dengan nada dibuat-buat menyedihkan yang keluar dari mulut Daniel. Tak jauh dari posisi duduk Damian, Daniel dan Angel tengah bermain bersama. Daniel mendapatkan peran sebagai pasien sementara Angel menjadi dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible Journey
Teen FictionDamian Manuel Regata dan Daniel Manuel Regata, mereka kembar. Namun meskipun begitu, keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Tak hanya menutup diri, Damian juga pendiam, dingin tak tersentuh, sulit berbaur dengan lingkungan sekitar...