P E M B U K A A N
"Sebelum ngomong, introspeksi diri dulu. Kayaknya di sini kamu yang salah, Mian. Bukan adikmu."
Damian memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat. Kini ia berhadapan langsung dengan ibunya yang bercucuran air mata. Telapak tangannya nampak masih memegang pipi, menutup jejak tamparan Juan tadi.
"Aku bela-belain mommy dan mommy nyalahin aku? Selama ini yang aku lakukan itu untuk mommy!" protes Damian tidak terima jika ibunya seolah melimpahkan kesalahan padanya.
"Damian, nggak selamanya apa yang menurut kamu baik itu baik buat orang lain. Selama ini kamu terlalu memaksakan diri seolah kamu mampu mengatasi semua yang terjadi. Bisa dibilang kamu egois dan mengorbankan perasaan orang lain untuk kepuasan kamu," ujar Agatha selembut mungkin. Sebagai ibu yang paham dengan karakter masing-masing anaknya, Agatha mengerti. Untuk melunakkan Damian adalah kasih sayang dan perlakuan lembut. Anak sulungnya ini sangat mudah tersinggung.
Damian bungkam. Otaknya tidak mampu bekerja untuk mengelak ucapan ibunya. Selain itu, Damian paling tidak berani membantah ucapan ibunya. Ibu bagi Damian adalah segalanya. Wanita yang paling ingin ia lindungi dan paling ia istimewakan.
"Sekarang Daniel udah pergi dari rumah ini. Apa kalian berdua puas?" tanya Agatha pada dua pria yang ada di hadapannya, suami dan putra sulungnya.
"Damian, mommy ini cuma anak angkat. Jadi mommy tahu bagaimana rasanya dibedakan. Rasanya sakit dan pengin marah tapi nggak tahu marah ke siapa. Itu yang Daniel rasakan tiap hari. Image Daniel udah buruk, dan kamu menyulut kebencian Daddy buat Daniel. Sadar nggak kalau kamu mengadu domba Daddy sama Daniel? Kamu selalu memojokkan Daniel. Benar, kan?"
"Tapi Mom, Daniel yang selalu jadi topik Daddy sama mommy ribut. Aku tahu seberapa temperamennya Daddy. Nggak cuma sekali dua kali aku ngeliat mommy ditampar dan dibentak sama Daddy karena Daniel. Daniel yang salah, tapi mommy yang selalu kena amukan Daddy. Aku rasa aku nggak salah benci sama Daniel. Benciku beralasan," kilah Damian.
Agatha membungkuk untuk mengambil alih Angel ke dalam gendongannya. Begitu putri bungsunya sudah digendong, Agatha mengusap air mata yang menggenang di wajah imut putrinya. Angel memeluk erat leher Agatha. Anak itu nampak masih ketakutan dengan keributan yang baru saja ia saksikan pertama kalinya. Dan yang paling membekas adalah saat ayahnya melayangkan tamparan keras untuk ibunya.
"Aku jadi mikir kalau kebaikan Daddy selama ini palsu dan hanya pencitraan di depan anak-anaknya. Nyatanya mommy selalu mendapatkan perlakuan tidak baik dari Daddy," sambung Damian.
"Daddymu emang tempramen dari dulu dan mommy sudah paham. Mommy yang minta Daddy buat nggak kelepasan emosi di depan kalian. Soal Daniel, mommy pikir kamu cuma alasan. Dari dulu, mommy tahu kamu suka iri sama Daniel. Mian, kamu nggak pantas menaruh iri sama Daniel," terang Agatha yang tengah menenangkan Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible Journey
Teen FictionDamian Manuel Regata dan Daniel Manuel Regata, mereka kembar. Namun meskipun begitu, keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Tak hanya menutup diri, Damian juga pendiam, dingin tak tersentuh, sulit berbaur dengan lingkungan sekitar...