Tiga Puluh Empat

137K 18.8K 3.9K
                                    

Absen dulu sebelum baca 💕

Tim siapa?

"Bitch!" maki Damian lalu menghapus kasar jejak bibir Arabella di bibirnya. Punggung tangannya mengusap bibirnya berkali-kali dan tatapan matanya menjelaskan pada Arabella betapa menjijikkannya sosok Arabella menurut pandangannya.

Dengan satu kali dorongan, Arabella terpental. Bukan bertindak sebagai pecundang yang berani main kasar pada perempuan, hanya saja menurutnya Arabella tidak lagi berhak diperlakukan baik-baik olehnya. Tingkah murahannya sudah di luar batas. Agresif bukan type Damian. Damian akui, paras Arabella memang cantik. Tapi sayang tidak membuat Damian tertarik. Dan karena Arabella sudah menunjukkan sifat-sifat aslinya, Damian mengurung niatnya untuk membuka hati pada gadis itu.

Arabella tersungkur di lantai. Tatapannya memelas pada Damian. Tatapan itu tidak membuat Damian merasa bersalah seperti yang apa yang diharapkan Arabella.

"Ara."

Damian dan Arabella sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Panggilan lembut itu berasal dari Daniel yang masih terpejam di sofa. Nama Arabella disebut dalam tidur nyenyak Daniel. Bahkan lengkung senyum tercetak jelas di bibir Daniel.

"Yang kayak gitu lo sia-siakan?" cibir Damian menatap miris ke arah Daniel. Entah apa yang membuat Arabella tidak tertarik pada Daniel. Setulus, sesetia, dan sesabar itu hanya dimanfaatkan. Hakekatnya manusia hidup itu untuk bermanfaat. Bukan memanfaatkan apalagi dimanfaatkan. Mungkin Arabella akan menyadari siapa Daniel jika Daniel sudah tidak lagi peduli dan bersikap dingin padanya. Karena pada dasarnya jika seseorang sudah berubah menjadi dingin dan tidak peduli, disitulah puncak kekecewaan berada.

"Aku nggak kayak gitu. Kamu tahu kan kalau cinta nggak bisa dipaksakan? Aku nggak ada rasa apapun sama Daniel. Aku udah berusaha buat suka, tapi aku nggak bisa," ujar Arabella lirih agar tidak mengusik tidur nyenyak cowok di belakangnya.

"Lo berani ngomong teori cinta nggak bisa dipaksakan?! Apa kabar sikap lo ke gue? Bukannya lo maksa gue buat cinta ke lo?" skak Damian membuat Arabella nampak gelagapan sendiri.

"Damian, kamu harus tahu kalau pertunangan kita bukan sepenuhnya paksaan aku. Pertunangan kita pertunangan bisnis. Ada simbiosis mutualisme di dalam status kita. Kamu nggak bisa hanya nyalahin aku di sini."

"Lo harus ingat!" Damian berkata serius seraya mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Arabella.

"Semua ada saatnya. Ada saatnya kemunafikan lo terbongkar dan banyak orang yang kecewa sama lo. Ingat! Kecewa levelnya lebih tinggi dari marah," ucap Damian kembali penuh peringat.

Belum selesai memperingati Arabella, Damian kembali berkata, "Lo bisa aja nutupin kesalahan lo. Tapi penyesalan nggak bisa lo tutupin nantinya. Akan ada saatnya lo menyesali semua kemunafikan. Lo bakal minta waktu kembali buat memperbaiki. Ingat! Lo boleh main-main sama drama. Tapi nggak sama karma."

Arabella cepat-cepat berdiri untuk menahan langkah Damian. Tubuh mungilnya terpental dan berakhir di sofa saat Damian menepis kuat tangannya.

"Gue udah di fase muak sama lo! Jangan bikin gue semakin muak sama lo, Bella," sinis Damian lalu melenggang meninggalkan Arabella yang diam mematung menatap kepergian Damian.

***

"Jagain Angel, gue mau anterin Ara pulang. Nanti kalau Angel bangun sebelum gue pulang, ajak Angel main celengan. Kalau nanyain gue, telepon aja," ucap Daniel lalu pada Damian yang tengah berbaring di samping Angel terlelap. Shella yang tadi menjaga Angel sudah keluar. Damian sengaja mengusir Shella karena ia tidak mau cinta terlarangnya kembali muncul. Sekarang ini rasa itu sudah ia bunuh. Di dekat Shella, Damian sudah tidak lagi merasakan getar-getar cinta dan debaran dadanya pun sudah normal.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang