Tiga Puluh Enam

147K 17.4K 4.7K
                                    

"Hai!" sapa Daniel. "Kita udah ketemu lagi, apa bisa kita mulai sesi perkenalannya?"

Daniel menaikan sebelah alisnya diiringi cengiran lebar khasnya. Tangannya terulur melewati sela pintu gerbang. Tatapannya enggan beranjak dari paras ayu gadis di hadapannya. Daniel masih tidak habis pikir, gadis seperti itu tadi malam adalah gadis yang menolongnya. Rok pendek di atas lutut, seragam ketat yang tidak masuk ke rok menonjolkan dada, ditambah dengan balutan make-up di wajahnya, rasa-rasanya tidak sulit dipercaya jika dibalik itu semua tersimpan jiwa preman.

"Lo?! Nggak elit banget ngajak kenalannya. Ngebet banget mepet gue," cibir cewek itu lalu menepuk keras tangan Daniel yang terulur ke arahnya.

Daniel menarik cepat tangannya. Tepukan cewek itu lumayan sakit. Ia meniup-niup tangannya yang memerah.

"Payah. Baru digituin udah kesakitan, sok-sokan ngajak kenalan," ejek cewek itu membuat Daniel mengembangkan senyum.

"Namanya juga usaha," gerutu Daniel.

"Lo nggak ada niatan bukain pintu gerbang? Tipikal cowok yang nggak peka, bukan tipe gue." Cewek itu menatap remeh ke arah Daniel dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Kasih tau nama lo dulu, nanti gue bukain. Satpamnya bakalan nurut kalau gue yang nyuruh. Iya kan, Pak?" tanya Daniel pada satpam yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Dari saku seragamnya Daniel mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan diarahkan ke satpam sebagai iming-iming.

Satpam itu mengacungkan jempol semangat.

Cewek yang masih belum Daniel ketahui namanya, mendongak menatap ke atas. Nampaknya ia tengah mengamati langit yang cerah.
"Buat bolos enak nih, gue bolos aja," ujar cewek itu.

"Pak! Bukain pintunya cepet!" titah Daniel yang langsung dilaksanakan oleh satpam.

Daniel buru-buru keluar untuk menahan kepergian cewek itu. Tas punggungnya yang ditarik kuat oleh Daniel, menghentikan langkahnya. Cewek itu memutar malas tubuhnya lalu memukul tangan Daniel hingga terlepas dari tasnya.

"Sadis banget jadi cewek! Mainnya pukul," gerutu Daniel mengusapi lengannya yang memerah.

"Itu cara gue menyelesaikan masalah secara instan. Gue terlalu sayang sama suara merdu gue, makanya jarang adu bacot. Mending adu otot," terang cewek itu.

Daniel membawa jari telunjuknya untuk membuat garis miring di jidatnya.

"Buruan masuk, pintunya udah dibuka berkat gue. Lo hutang budi sama gue. Cukup bayar pakai nama, lunas."

"Gue masih belum tertarik. Cara lo masih cupu." Lagi-lagi cewek itu mengejek Daniel. Belum sempat Daniel berkata, cewek itu lebih dulu melenggang. Daniel geleng-geleng kepala. Rasa penasaran menguasai dirinya. Hingga tanpa sadar Daniel berlari kecil untuk mensejajarkan diri dengan cewek itu. Sebelumnya ia sudah menyerahkan dua lembar uang ratusan ribuannya ke satpam sesuai yang ia tawarkan tadi.

Kini Daniel berhasil melangkah sejajar dengan cewek itu. Cewek itu berjalan angkuh di samping Daniel, keberadaan Daniel pun seolah tak dianggap.

"Seberapa penting nama lo sampai lo nggak mau ngasih tau gue?" ujar Daniel membuka suara.

"Seberapa penting nama gue sampai lo ngebet banget pengin tau?" Bukannya menjawab, cewek itu malah balik bertanya.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang