Shella dibuat membisu dengan interaksi Damian dan anak-anak panti yang begitu tulus. Sisi lain seorang Damian baru ia lihat saat ini. Jika biasanya Damian terkesan dingin tak tersentuh, bersama anak-anak panti Damian menghangat. Bahkan tawa yang nyaris tidak pernah terdengar pun lepas.
"Ini adik kakak, namanya Shella," ujar Damian memperkenalkan adiknya pada anak-anak panti. Tangan kanannya secara refleks merangkul pundak Shella.
Shella terdiam, terpaku pada telapak tangan Damian yang mengusap lembut lengan atasnya.Rasanya aneh. Mungkin karena Damian jarang melakukan hal semacam itu.
"Hai!" sapa Shella begitu kaku dan canggung.
"Ini Arif, ini David, ini Yudha, ini Melly, ini Aruni, dan ini yang lagi ulang tahun namanya Sakha.
Sakha sini, kakak bawa sesuatu buat kamu," ujar Damian. Secepat kilat anak kecil berusia lima tahunan itu berlari menghambur ke pelukan Damian. Selanjutnya Damian membawa tubuh mungil Sakha ke dalam gendongannya."Hadiah buat Sakha mana?" Damian mengulurkan tangan ke arah Shella. Saat berbelanja tadi ia memisahkan kado ulangtahun untuk Sakha.
Shella pun menyodorkan paper bag ke arah Sakha. Sakha yang sudah dibuat penasaran pun langsung menerima dan membukanya. Binar bahagia terlihat begitu kentara di kedua bola matanya. Melihat isi kado yang Sakha terima, teman-temannya memberikan tepuk tangan meriah. Mereka tahu, Sakha sangat menginginkan barang-barang itu. Itu adalah salah satu dari mimpinya dan Damian berhasil mewujudkannya.
"Ini beneran buat Sakha semua?" tanya Sakha masih belum percaya. Satu stel jersey bola berlogo garuda di bagian dada, dan sepatu bola lengkap dengan kaus kaki dan deker.
Damian mengangguk mantap. Barang yang ia beri untuk Sakha harganya memang tidak seberapa. Tapi bagi Sakha yang tumbuh di panti asuhan, barang itu adalah barang mewah. Tinggal di panti memang tidak seperti tinggal bersama orangtua. Di panti mereka dituntut untuk tidak mementingkan diri sendiri. Prinsipnya adalah kepentingan bersama.
"Terimakasih Kak Damian."
"Semoga cita-cita kamu jadi pemain sepak bola terwujud," ujar Damian lalu mengecup puncak kepala Sakha.
"Aamiin." Shella dan anak panti lainnya membantu mengaminkan doa Damian untuk Sakha.
Damian lalu menurunkan Sakha dari gendongannya. Sakha pun langsung dikerubungi teman-temannya. Mereka semua memuji dan mengagumi barang itu."Kapan-kapan aku pinjem boleh, Sak?" tanya Yudha.
"Boleh. Semua boleh pinjem. Ini milik kita semua."
Mereka bersorak dan bertepuk tangan penuh kepuasan dengan jawaban Sakha.Damian mengusung senyum melihat anak panti yang sudah ia anggap sebagai adik. Bersama mereka ia selalu mendapatkan banyak pelajaran berharga. Bersama mereka ia juga diberi kesempatan untuk merasakan hangatnya sebuah kekeluargaan yang jarang ia dapatkan.
Senyum Damian tidak luput dari pengamatan Shella. Shella nampak begitu menikmati senyum kakaknya.
"Kita masuk ke dalam. Nanti kakak kenalin sama yang lainnya. Kamu harus kenalan sama mereka. Mereka pelarian kakak selama ini, ajak Damian.
***
Sebagian isi part ini dihapus
![](https://img.wattpad.com/cover/170359587-288-k340651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible Journey
Teen FictionDamian Manuel Regata dan Daniel Manuel Regata, mereka kembar. Namun meskipun begitu, keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Tak hanya menutup diri, Damian juga pendiam, dingin tak tersentuh, sulit berbaur dengan lingkungan sekitar...