Empat Puluh Dua

136K 18.7K 3.6K
                                    

Kakak baru otw. Setengah jam lagi nyampe. Tunggu dulu nggak papa, kan?

Shella terlihat begitu serius membaca pesan yang baru saja masuk. Pengirimnya tak lain adalah kakak sulungnya, Damian. Seseorang yang sudah ia tunggu sejak dua jam yang lalu. Janji temunya yang semula direncanakan pukul satu siang, nyatanya mulur sampai jam tiga. Itu saja Damian baru on the way.

Ok kak. Ditunggu.

Begitulah jawaban yang Shella kirim untuk membalas pesan Damian. Pesannya langsung dibaca oleh Damian walaupun tidak terbalas. Hal yang wajar dari sosok Damian. Shella pun memutuskan untuk memasukan ponsel ke dalam saku seragamnya. Duduk sendirian di halte menunggu kakaknya menjemput.

Tepat sesuai perhitungan Damian, setengah jam berlalu akhirnya Damian muncul. Tidak sendirian. Di jok belakang motor matic-nya ada Arabella yang duduk anteng. Ada juga satu temannya yang mengendarai motor seorang diri.
Damian buru-buru turun dan menghampiri adiknya.

"Lama, ya?" tanya Damian basa-basi. Tanpa bertanya pun ia sudah tahu jika dirinya sudah membuat Shella menunggu terlalu lama.

"Nggak kok, Kak. Langsung berangkat sekarang?" tanya Shella.
Damian mengangguk seraya melangkah kembali menuju motor matic-nya diikuti Shella.

"Lo sama gue aja. Biar adik gue dibonceng Ozi," ucap Damian menahan lengan Arabella saat gadis itu hendak beranjak menghampiri motor Ozi.

"Eh tapi .... Emang nggak papa? Kamu sama Shella kan ...."

"Shella adik gue dan lo tunangan gue. Jelas?" ucap Damian seolah tengah memperjelas statusnya dengan Arabella secara terang-terangan di hadapan Shella dan Ozi.

Shella mengulas senyum tipis. Bersikap seolah ucapan Damian tidak memberi pengaruh apapun untuknya. Meski jauh di dalam sana ada yang tiba-tiba terluka.

"Zi! Sama adek gue, ya?" ucap Damian yang langsung diangguki oleh Ozi.
Cowok berhodie abu-abu yang dipanggil Ozi pun langsung menyalakan motor sportnya.

"Kamu sama Ozi. Kakak sama Bella," ujar Damian lalu menaiki motornya kembali disusul oleh Arabella yang secara otomatis duduk di boncengan.

Untuk selama beberapa detik, Shella diam. Memperhatikan interaksi penuh perhatian yang terjadi antara Damian dan Arabella. Rasa iri berkolaborasi dengan cemburu muncul dengan tidak tahu diri saat Damian lebih memilih helm dan jaketnya untuk Arabella.

"Shel! Ayo!" ajak Ozi membuat Shella berlari kecil menghampiri Ozi yang parkir beberapa meter di belakang motor Damian.

Lantaran kurang hati-hati dan tidak memperhatikan tali sepatunya, Shella jatuh setelah tali sepatunya terinjak kakinya sendiri. Bawah lututnya yang bersentuhan langsung dengan aspal, lecet.

Damian lah orang yang paling panik dengan keadaan Shella. Cowok itu langsung turun dari motor dan berlari cepat menghampiri Shella. Ia jongkok di samping adiknya.

"Sini biar kakak aja," ujar Damian menepis tangan Shella yang hendak mengusap lukanya.

Ozi dan Arabella hanya bisa berdiri. Mereka memilih untuk menjadi saksi bagaimana Damian begitu lembut memperlakukan adiknya.

"Sakit?" tanya Damian lalu kembali meniup luka Shella agar debu-debu yang menempel segera enyah.

"Udah nggak terlalu, Kak."

"Bisa jalan? Kakak gendong aja, ya? Perlu ke rumah sakit, nggak? Ke rumah sakit aja kali, ya? Biar dikasih obat supaya cepet sembuh."

"Cuma lecet dikit, Mian. Lebay lo!" cibir Ozi, melipat tangan menatap geli ke arah Damian yang khawatir terlalu berlebihan.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang