Dua Puluh Tiga

137K 20.4K 3K
                                    

"Kenapa lo ada di sini?!" ucap Damian tak kalah sinis.

"KARENA LO BAJINGAN! JADI GUE DI SINI!" Murka Daniel bersamaan dengan pukulan kerasnya yang mendarat di rahang Damian. 

Tubuh Damian oleng begitu mendapat pukulan keras dari adiknya hingga akhirnya ia jatuh terkapar di lantai. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya bersama dengan rasa nyeri hebat membuat Damian meringis kesakitan. Pukulan Daniel saat emosi memang tidak diragukan.

"Lo ngerti bahasa manusia nggak sih?! Shella adik kandung lo! Jangan terobsesi sama dia. Kalian sedarah. Lo ngotak kan? Kemana otak berlian lo?! Harus gimana lagi buat nyadarin lo?!" murka Daniel dengan emosi yang sudah di ujung tanduk.

Untuk urusan yang menyangkut keluarganya, Daniel tidak pernah nanggung-nanggung. Saat orang mencaci, menertawakan, dan menghancurkan mimpinya, Daniel diam. Tapi jika ada orang yang mengusik keluarganya, Daniel siap pasang badan.

"Lo lihat Shella! Hari-harinya nggak pernah tenang karena lo. Lo mau adik kita gila karena kegilaan lo?!" Daniel menunjuk ke arah Shella yang tengah duduk di tepi ranjang dengan kepala menunduk dan jari yang saling bertautan.

Menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya, Damian mengikuti arah telunjuk kembarannya. Ada rasa nyeri di hatinya saat melihat Shella menunduk. Selama beberapa detik Damian menatap Shella. Ingin rasanya ia berlari dan menarik adiknya ke dalam pelukannya. Sungguh, membuat Shella bersedih bukanlah keinginannya.
Damian bangkit dan memposisikan dirinya berhadapan dengan Daniel.

"Gue juga nggak pengin jatuh cinta sama adik kandung sendiri. Tapi gue juga nggak pernah tau kalau akhirnya gue jatuh cinta sama Shella," ujar Damian.

Daniel tertawa keras untuk menertawakan pernyataan Damian yang ia anggap sebagai lelucon. Damian si juara umum dengan prestasi akademik sejak masih SD. Kapasitas dan kualitas otaknya tidak perlu diragukan. Piala, medali, dan piagam penghargaan menjadi bukti kecerdasan otaknya. Daniel tidak habis pikir, cowok dengan otak cerdas seperti Damian tidak bisa mengerti apa artinya saudara kandung. Ia yang kecerdasan otaknya kurang banyak saja bisa tahu.

"Lo masih berani ngomong cinta. Cinta sama saudara kandung? Makan nih cinta." Daniel yang sudah lepas kendali, kembali melayangkan pukulan keras. Berharap pukulannya bisa menyadarkan Damian akan posisinya sebagai kakak kandung dari Shella.

"Pukul terus, Niel! Pukul!" teriak Damian.

"Dengan senang hati," sahut Daniel lalu kembali menyerang Damian yang tidak mengelak ataupun menyerang balik. Cowok itu pasrah saat Daniel terus saja memukulinya. Pandangannya jatuh pada Shella yang tengah menjatuhkan air mata. Entah apa yang membuat Shella menangis. Rasanya melihat Shella menangis lebih menyakitkan dibandingkan luka pukul yang Daniel terus layangkan.

"Cukup kak! Cukup!" Shella memeluk Damian yang meringkuk lemah di lantai.
Tangannya meraih tangan Damian untuk ia genggam. Shella meringis seolah ikut merasakan apa yang Damian rasakan. Wajah babak belur dan darah segar dari sudut bibir dan hidungnya yang terus mengalir membuat tangis Shella semakin deras.

"Kak Damian," panggil Shella lirih seraya mencoba membantu Damian untuk bangkit.

Damian yang semula terpejam, kini membuka matanya. Ia meringis seraya memegangi perutnya saat mencoba untuk duduk. Kepalanya terasa berat dan rasa sakit menjalar dimana-mana.

"Kak Daniel udah!" Shella membentak Daniel yang hendak menjauhkannya dari Damian. Gadis itu tahu, Daniel belum puas memukuli Damian.

Daniel diam mematung di tempatnya. Ia menatap ke arah Damian dan tangannya secara bergantian. Di satu sisi ia menyesali perbuatannya yang sudah membuat Damian babak belur dengan tangannya sendiri. Namun di sisi lain ia merasa perlu untuk menyadarkan kembarannya. Jika saja Shella bukan anak kandung seperti kisah orangtuanya, Daniel tidak akan sekalap ini. Ia pasti bisa memaklumi. Tapi, antara Damian dan Shella berbeda. Keduanya sedarah dan tidak boleh ada cinta selain cinta sebagai saudara. Shella adik kandungnya.

Tidak ada drama Shella anak angkat, tertukar, atau drama-drama lain. Daniel dan Damian sendiri yang dulu menemani Agatha sejak hamil sampai melahirkan. Jadi Daniel pastikan Shella adalah adik kandungnya.

"Dad."
Daniel menoleh ke arah pintu saat Damian mendengar suara Damian memanggil ayahnya. Nampak Juan berdiri di ambang pintu lalu melenggang pelan dan jongkok di hadapan Damian dan Shella.

"Maafin masa lalu Daddy yang buruk. Masa lalu Daddy yang bikin anak-anak Daddy jadi umpan buat karma Daddy. Daddy benar-benar minta maaf," ucap Juan penuh sesal.
Pria itu membuka kotak P3K yang ia bawa. Dengan cekatan ia mengeluarkan barang yang ia perlukan untuk mengobati luka putranya.

"Daddy udah gagal jadi panutan buat kalian. Daddy udah gagal di semua urusan. Nggak cuma soal anak-anak, soal mommy kalian pun Daddy nggak becus," terang Juan seraya meniup-niup luka Damian yang tengah ia bersihkan sebelum diberi obat merah.

"Daddy nggak mau salahin kalian. Semua ini salah Daddy. Daddy salah di masa lalu, Daddy salah dalam mendidik kalian, Daddy terlalu sibuk sama pekerjaan, Daddy---" Juan tidak mampu melanjutkan perkataannya.

"Damian, Daniel, dan kamu Shella, Daddy minta maaf untuk semuanya. Daddy mohon sudahi pertengkaran kalian dan fokus buat mommy kalian. Kalian harus saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. Terutama kamu, Mian. Kamu paling besar dan tanggungjawab kamu paling berat soal adik-adik kamu."

"Abi kenapa ngomong kayak gitu?"

"Daniel, sepertinya kamu juga harus menyudahi sesi bercanda kamu dan bantu Damian buat jagain mommy dan adik-adik kamu."

"Dad---"

"Mommymu minta pisah sama Daddy. 18 tahun pernikahan yang udah dilalui, mungkin harus diselesaikan. Awalnya Daddy ingin mempertahankan. Namun melihat kekacauan yang datangnya dari Daddy, mungkin ini yang terbaik buat kalian. Daddy bakal nurutin kemauan mommy kalian," terang Juan lalu tersenyum menatap putra-putrinya yang sudah besar tanpa ia sadari. Waktu berjalan begitu cepat. Bayi-bayi mungilnya nya sudah besar sekarang.

"Nggak! Aku nggak setuju. Egois kalau Abi kayak gitu!" protes Daniel.

"Satu keegoisan kadang kala perlu demi kebahagiaan orang yang disayang. Kalian jangan khawatir, semua aset milik Daddy akan menjamin kalian semua. Lagian peran Daddy selama ini hanya itu, kan? Jadi ada atau tanpa Daddy di rumah ini, kalian nggak papa. Kalian udah terbiasa tanpa Daddy selama ini. Daddy jarang ada waktu buat kalian, Daddy sibuk ngejar materi buat bahagian kalian."

Daniel melangkah menghampiri Juan. Ia jongkok berhadapan dengan ayahnya. Sorot matanya penuh kepedihan.

"Abi, bahagianya seorang anak itu di tengah keluarga yang utuh dan harmonis. Silahkan lanjutkan perceraiannya kalau Abi mau lihat anak-anak Abi jadi korban broken home. Silahkan jadi orangtua egois tanpa memikirkan mental anak-anaknya. Silahkan paksa kita untuk mengerti keadaan. Kita siap-siap pura-pura bahagia. Kita juga siap menjadi bagian anak-anak korban broken home," ucap Daniel lalu kembali bangkit dan melenggang meninggalkan kamar Damian.

Daniel menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir tanpa ia sadari. Ia menangis saat membayangkan itu semua terjadi. Mungkin jika hanya menimpa dirinya, ia tak akan menangis. Ia masih bisa berdiri sendiri bersama kepura-puraan. Namun bagaimana dengan adiknya yang tak pernah bersandiwara?

TBC

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang