Damian Manuel Regata dan Daniel Manuel Regata, mereka kembar.
Namun meskipun begitu, keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang.
Tak hanya menutup diri, Damian juga pendiam, dingin tak tersentuh, sulit berbaur dengan lingkungan sekitar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Berarti ini dikali jumlah keranjangnya dulu baru dibagikan jumlah tetangganya. Gitu kak?" tanya Rizal seraya menunjuk soal matematika di buku tulisnya menggunakan pensil. Shella mengangguk pelan.
Rizal mencari-cari keberadaan penghapusnya. Seingatnya tadi ada, tapi sekarang entah kemana. "Kak pinjam penghapus dong. Penghapus Rizal tiba-tiba hilang," pinta Rizal. Kebetulan Shella kakaknya juga tengah belajar bersamanya.
Shella membuka tempat pensilnya. "Penghapus kakak juga nggak ada," ujar Shella. Shella membuka tasnya dan mencari keberadaan penghapusnya. Ia memiliki dua penghapus yang masih besar. Namun semuanya hilang.
Rizal dan Shella kompak menoleh saat merasa dilempari sesuatu. Pandangan mereka tertuju pada Angel yang tengah duduk bersila di lantai tak jauh dari tempat mereka belajar. Anak itu sedang asyik memotong-motong penghapus dengan cutter kecil. Pantas saja penghapus Shella dan Rizal hilang. Rupanya Angel biangnya. Memang yang namanya Angel tidak bisa diam. Terus bertingkah dan terkadang tingkahnya merugikan.
"Ngel, itu penghapus kakak. Kok malah dipotong-potong sih? Ini kakak hapusnya gimana? Balikin sini!" pinta Rizal. Angel menoleh seraya mengusung senyum lebar. Anak itu bangkit dari duduknya lalu duduk berhadapan dengan Rizal.
"Mana yang mau dihapus? Angel bantuin," tanya Angel lalu mengemut jari telunjuknya. Kalau tidak salah mengingat, Angel pernah diajari tutorial menghapus tulisan pensil menggunakan jari telunjuknya oleh Daniel. Dan sekarang Angel rasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah Daniel bagi untuknya.
"Eh jangan!" Rizal memukul pelan lengan berisi Angel saat jari telunjuk anak itu mulai menggosok tulisan di buku Rizal. Tulisannya memang terhapus, tapi meninggalkan jejak hitam dan parahnya kertasnya jadi berlubang. Rizal melotot ke arah Angel. Pelototan itu membuat Angel terkekeh geli.
Angel mengambil pensil milik Rizal. Tanpa diduga, anak itu mencoret-coret buku milik Rizal dengan santai. Tidak merasa berdosa dengan apa yang ia lakukan, Angel melompat-lompat kembali ke tempat semulanya. Ia tidak bisa meninggalkan celengan ayamnya terlalu lama.
Untung saja Rizal penyabar. Ketimbang memarahi adiknya, ia memilih untuk menyalin tulisannya. "Nanti kakak temenin sampai selesai," ujar Shella yang diangguki oleh Rizal.
Shella menutup bukunya lalu memasukan semua buku dan alat tulis ke tas sekolahnya. PR-nya sudah selesai ia kerjakan. Materi hafalan yang harus disetorkan besok pagi juga sudah hafal. Saat mendongak ke atas, Shella tidak sengaja melihat kakak tertuanya berdiri di lantai dua dengan bersedekap dada. Pandangan Damian tertuju lurus ke arahnya. Tentu saja itu membuat Shella merinding takut. Buru-buru Shella mengalihkan pandangan.
Setelah tahu jika dirinya tengah diperhatikan kakaknya, Shella tidak bisa duduk dengan tenang. Ia mencari-cari cara untuk mengusir rasa gugupnya.
"Kak kok diem?" Shella tersentak kaget saat Rizal menepuk pundaknya. Melamun membuatnya tidak mendengar apa yang Rizal ucapkan.