Part 35

2.6K 104 0
                                    


Respon! Itu yang gue butuhin dari kalian...

Happy reading and sorry for typo...

***

Flashback.

Athala yang baru saja memasuki rumahnya dengan senyum mengembang dan tangannya yang memegang sebuah piagam penghargaan yang menunjukan bahwa dirinya menjadi juara di kelasnya lagi itu terpaksa melunturkan senyumnya.

Matanya menangkap sang Mama yang kini sedang menangis, ada juga Papanya yang hanya duduk diam dan tertunduk.

"Mama kenapa?"

Rupanya pertanyaannya barusan dapat mengalihkan perhatian kedua orang tuanya yang sepertinya tidak menyadari kahadiran dirinya

Tidak ada jawaban. Membuat Athala melangkah mendekati Mamanya itu. Athala duduk disamping sang Mama.

"Mama kenapa nangis?"

Tetap tidak ada jawaban. Matanya kini menatap sang Papa seakan minta penjelasan.

"Maafkan aku Susan. Aku tahu aku salah. Sangat. Aku mohon maafkan aku."

Athala semakin bingung setelah mendengar ucapan Papanya barusan, sebenarnya ada apa ini?

"Athala, maafkan Papa. Maaf kalau Papa tidak bisa menjadi Papa yang baik untuk kamu."

Sungguh, Athala benar-benar bingung saat ini. Siapa saja, adakah yang bisa menjelaskan.

Ketiga pasang mata itu kini serempak mengalihkan pandangan mereka pada titik yang sama. Menatap dua orang yang baru saja memasuki ruangan itu dan diam berdiri disana.

Disana berdiri seorang perempuan yang Athala tebak umurnya tidak jauh beda dengan sang Mama. Dan seorang laki-laki yang sepertinya tidak terpaut jauh darinya.

Athala menoleh pada Mamanya yang isakannya semakin terdengar keras dengan bahu yang bergetar hebat.

Athala diam. Menatap tajam kearah Papanya itu. Seolah tatapannya mengisyaratkan 'ada apa? Tolong jelaskan!'.

"Susan. Sebelum aku menikah dengan mu, aku lebih dulu mempunyai hubungan dengan dia."

Diam. Athala tidak ada niatan sama sekali untuk bicara. Dia hanya ingin mendengar apa yang saat ini membuatnya bingung.

"Athala. Selama ini bukan hanya kalian keluarga Papa. Tapi juga mereka."

Jedar!

Bagai disambar petir disiang bolong. Tubuh Athala menegang seiring dengan isakan Mamanya yang makin keras. Sekarang Athala faham apa yang terjadi. Dan tentang siapa 'mereka' yang Papanya maksud.

Athala segera memeluk erat Mamanya. Merasakan getaran tubuh sang Mama yang seolah memberitahu betapa sakit dan kecewa dirinya.

Sama halnya dengan Athala. Rasa sedih, kecewa, dan marah kini bercampur aduk dihatinya. Walau nyatanya rasa kecewalah yang lebih mendominasi dirinya saat ini.

Bayangkan saja, siapa yang tidak kecewa jika orang yang selama ini selalu kita banggakan di depan teman-teman, dan seseorang yang menjadi idola kita sendiri dengan tega mengkhianati kepercayaan yang telah dia berikan selama ini.

Karena Athala yakin kalau sebenarnya semua ini sudah terjadi sejak bertahun-tahun lamanya. Athala tidak bisa mengungkapkan betapa kecewanya dia. Hatinya semakin terluka melihat tangis sang Mama.

ATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang