Bab 1

338 16 0
                                    


Langit Bulan bertemu


"Aku rasa hari ini bulan tidak akan muncul di langit."

**

Dua tahun sebelumnya...

Hari ini dia hanya disibukkan dengan banyak aktifitas. Termasuk harus melatih tari yang membuatnya seakan selalu terkuras tenaganya. Langit menjatuhkan tubuhnya di atas lantai, merasakan dinginnya yang membuat lelah itu sedikit berkurang.

"Kamu terlalu keras berlatih"ucapan Bintang membuatnya bangun dengan posisi duduk. "Aku bukan sih tua bangka bawel, nggak usah takut."

"Hahaha"

"Apa kamu tidak lelah?ujian bukankah sebentar lagi"ucapnya yang duduk disampingnya.

"darimana?"tanyanya yang melihat kantung hitam yang dibawanya. "Itu apa?"

"Ah, tadi aku ke supermarket, ada beberapa minuman yang aku beli mau?"

Dia melihat kedalam kantung yang hanya berisikan air mineral. Membuat Langit menatap tajam ke arah Bintang. "Ah, minuman apaan?isinya cuma air putih doang"

"Ini juga minuman kali"protesnya."Ini ada macam-macam kan."ucapnya begitu polos.

"Ini semua air mineral, Bintang"ucap Langit mencoba menahan amarahnya. "Emang tadi kamu bilang apa sama mbak-mbaknya?"tanyanya memastikan.

"Sebenarnya aku mau beli air mineral tapi, aku nggak tahu yang enak yang mana."

"Astaga, otak kamu kagak pernah beres ya memang"ucapnya yang berdiri meninggalkannya. " Nah, abisin sendiri?lain kali kalau mau bawa minuman yang berwarna."

Dia berlalu begitu saja tanpa melihat lawan bicaranya tadi. "Gimana cara ngabisin nya?"

"Buat mandi aja"teriaknya tanpa dosa.

"sky, sky terus minuman yang berwarna itu gimana?"ucapnya yang tak dipedulikan oleh Langit. "Ah, mungkin yang dimaksud itu diberi pewarna kali ya."

Dia berlari mengejar Langit yang pasti sedang berada di roof top. Menikmati semilir angin senja yang begitu hangat.

**

Langit masih melihat kearah angkasa. Dia masih melihat matahari yang tak kunjung kembali ke peraduannya. Membuatnya tak bisa melihat indahnya cahaya bulan malam ini. Malam ini adalah malam Purnama, malam yang sangat ia rindukan.

"Wah, kamu selalu saja ke atas sini. Capek tahu"keluh Bintang yang membanting tubuhnya ke sofa yang sengaja ditaruh di sana. "Kamu suka sekali nunggu bulan Purnama, kamu nggak bakalan jadi werewolf kan. "

"Mungkin, bisa saja."ucapnya yang duduk di samping. "Bulan purnama terlihat begitu Indah, kadang aku tidak bisa membayangkan cantiknya."

Langit sore itu memang indah, ketika semburan warna jingga memenuhi langit. Seolah waktu telah benar-benar akan berubah tinggal menunggu esok tiba.

"Hmmm, kenapa kamu nggak suka bintang?"pertanyaan itu membuat Langit tersenyum lebar.

"Aku masih normal"ucapnya setengah tertawa.

"Ah serius"ucapnya sedikit kesal.

"Bintang memang Indah, lebih Indah dari satu bulan di langit. Tapi, bintang ada berjuta-juta sedangkan bulan hanya sendiri."ucapnya menatap langit yang mulai gelap. "Ah, rasa hari ini bulan tidak akan muncul di langit."

Dia menepuk kaki Bintang dan bergegas turun. Bintang merasa ada yang aneh dengan Langit, sikapnya begitu berbeda.

"Apa yang dia bicarakan sih?"gumam Bintang tidak mengerti.

**


Malam ini Langit memilih jalan dan meninggal Bintang untuk naik bis sendiri. Dia menelusuri tempat itu kembali, dimana dia bersama Bulan menghabiskan waktu masa kecil. Semua tidak berubah, semua masih sama hanya mereka yang bertambah dewasa dan tak pernah dipertemukan kembali.

Bayangan anak kecil berumur tujuh tahun itu seolah memutar dalam benaknya. Pipi yang cabi dengan senyum yang manis membuat Langit hanya bisa merasakan kerinduan pada gadis kecil yang meninggalkannya 15 tahun yang lalu.
Langit mendekat kearah ayunan, memegang besi tali ayunan. Dia suka membuat Bulan terbang ke angkasa dengan ayunan yang dia dorong dengan kuat. Dia mencoba untuk melakukannya merasakan terbang hingga mengapai langit tertinggi.

"Seperti anak kecil saja"suara itu membuatnya menghentikan laju ayunan. Menatap wanita dengan rambut panjang dengan balutan kemeja dan celana jeans biru yang sengaja disobek. "Langit, nggak akan pernah menyentuhnya kalau bulan tidak ada"

Dia terdiam melihat wanita manis yang berada dihadapannya. Dia menatap gadis itu dengan seksama memastikan apakah dia yang berada disana.

"Hai, kenapa lihatin Bulan begitu banget sih?ah, bulan tahu kok. Kalau Bulan itu cantik"ucapnya tersenyum.

Langit hanya ikut tersenyum, kini Bulan telah datang kembali ke langit. Dan Bulan tak akan pernah lagi dilepas oleh langit sampai kapanpun.

"Dengan siapa dia?"

***

Ok teman pembaca yang Budiman. 😁

Cerita ini murni fiksi belaka ya teman pembaca. Si penulis hanya ingin menceritakan kisah-kisah yang mungkin menarik saja 😂. Buat para fans yang idolanya terlibat dicerita ini. Maaf ya,😊

Vote komen akan penulis dengarkan asal jangan menggunakan bahasa kasar atau yang penulis tidak mengerti. TERIMA KASIH,

Saranghaeyo 💕

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang