Bab 6

155 10 0
                                    

Kebebasan

merasakan rasa sakit yang kembali tumbuh didasar hatinya

**

Hari itu dia hanya ingin menikmati harinya, dia hanya akan makan dan mengisi perutnya yang selalu membuatnya resah setiap saat. Pikiran dia masih bersama kakaknya Novem yang kini mengalami depresi karena ayah dan dirinya. Dia hanya terdiam sambil menunggu mie didepannya matang, hanya mie yang kini dia tunggu sampai matang.

"Kakak, aku hanya ingin kakak bahagia."dia menatap kearah luar, seolah dunia terlalu kejam ketika dia masuk semakin dalam.

Dia memakan makanannya dengan cepat agar dia bisa menemui kakaknya di panti rehabilitasi. Dia berdiri dan melihat wanita yang mencurigakan dia memasukan segala sesuatu yang ada didalam sana dan memasukkan kedalam tasnya. Dia tidak yakin dengan apa yang dia lakukan.

Tanpa bertanya dia menarik tasnya dan berjalan ke kasir. "Mohon dihitung"ucapnya pada kasir didepannya.

Wanita itu meninggalkan dia, dan berdiri didepan pintu. March hanya melihatnya dengan tatapan bingung.

"Apakah dia kekasih anda?"pertanyaan itu seketika membuat dia menggelengkan kepala cepat.

"Ah bukan, dia hanya teman."

"Teman"ucap penjaga itu dengan senyum tipis.

March tahu apa yang ada dipikiran penjaga toko itu. Dia pasti berfikir tidak akan ada persahabatan diantara laki-laki dan wanita.

"30 ribu saja."ucapnya lagi. "Kembalian 20 ribu, terima Kasih."

Dia keluar dan wanita itu langsung menarik tasnya dan berjalan pergi meninggalkan dia. Dia berjalan berlawanan arah dengannya dia melihat kebawah dan menarik nafasnya begitu berat.

"Haruskah aku mencari dirinya, padahal dia tak mencari ku."gumamnya dan bergegas pergi.

**

Dia berjalan ke lorong yang tak begitu luas hingga dia tiba di depan kamar 502 dia melihat wanita itu tengah menatap keluar. Duduk didekat jendela dan hanya terdiam tanpa berbicara apapun. Sudah dua tahun dia berada di sini, tetapi kondisinya tidak selalu baik.

"Dia hanya akan seperti itu sepanjang hari, dia tidak pernah ingin pergi dengan siapapun kecuali dokter Gamma."ucap perawat itu dengan tersenyum. "Gadis ya malang"

Suster berjalan meninggal March namun, langkahnya terhenti seketika. "Dia hanya butuh seseorang berada disisinya"

March kembali terdiam dia tidak tahu jika, kakaknya akan seperti itu. Dia membuka pintu itu dan melihatnya dengan tatapan sendu.

"Haruskah kamu datang"seketika tubuhnya gemetar. "Haruskah, kamu membunuhnya."

"Kak"

"Aku sudah cukup menderita karenanya dan kini aku semakin menderita karena mu. Aku kehilangan orang yang aku sayang, mereka meninggal diriku termasuk kamu."

"Kak"

"Aku membenci diriku, aku membenci hidupku, aku benci akan kehidupanku. Haruskah aku mati, ikut bersamanya dan juga ibu."

"Kak"

"Mungkin saja, aku memang harus-"

"Kak"teriakan itu seketika membuat Novem berteriak histeris.

Dia melangkahkan perlahan kebelakang ketika semua perawat dan dokter datang. Dia hanya terdiam dipojokan dengan rasa takut. Dia takut, dia takut jika kakaknya akan melakukan itu.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang