Bab.29

55 5 0
                                    

Playlist
최낙타 (Choi Nakta) – 고백 lyrics (Confession Lyrics )

**

Pagi ini
"Lebih dari merindukanmu."

**

Mereka melihat kearah Dandelion dan Ilalang yang hanya saling melirik dan terdiam saja. Membuat Kala juga sedikit bingung dengan mereka.

"Kalian berdua lagi marahan"tanyanya pada Ilalang.

Yah, karena kalau tanya sama Dandelion pasti dia tidak akan pernah menjawab dengan benar. Ilalang hanya menggeleng pelan dan melirik kearah Dandelion lagi.

"Sepertinya kamu lihat sesuatu tadi pagi"tanya March yang membuat mereka berdua melirik kearahnya seraya menatap curiga. "Kompak amat, aku kan cuma bilang sepertinya."

"Kak Dio, nggak menyembunyikan sesuatu kan kamu juga Lang."tanya Bintang mulai bingung dengan kelakuan mereka.

Ilalang sudah selesai makan dan melihat ke semua orang disana. "Aku yang akan mencuci piringnya, kalian bisa tinggalkan saja. Dan satu hal lagi, aku melihat sesuatu di atas 18 tahun di sofa tadi pagi."

Seketika Dandelion tertunduk diam mendengar perkataan Ilalang. Mereka menatap kearah Dandelion tidak percaya, March hampir saja tersedak karena ucapan Ilalang barusan.

"Sofa"ucap March menatap Dandelion.

"Diatas 18"tambah Kala yang melihat tak percaya.

"Wanita tadi"ucap Langit melihat makin tak percaya.

"Ciuman, pelukan"tambah Bumi yang membuat Dandelion makin tertunduk malu.

"Kenapa di sofa bukan dikamar?"pertanyaan itu seketika membuat mereka melirik tajam ke arah Bintang.

"Itu tidak seperti yang kalian pikirkan, aku kira tadi itu- ah sudahlah kalian juga tidak akan percaya."ucapnya yang berlalu.

"18++"ucap Kala melihat tak percaya.

"Percaya atau tidak percaya, dia luar biasa"ucap Langit melihat kearah Dandelion pergi

"Yah, benar-benar mengagumkan"tambah Bumi yang masih tidak bisa berfikir jernih.

"Dia hebat juga"ucap March yang tersenyum lebar. "Ku kira kalian berdua tidak akan adu tonjok."

"Hei"teriak mereka berdua kompak

"Kalian membicarakan apa sih?"ucap Bintang yang membuat mereka berdiri dan membereskan bekas makan mereka masing-masing. "Hai, kenapa aku ditinggalkan?"

**

Ilalang kini hanya duduk di bangku kayu samping rumah. Melihat matahari pagi yang cukup hangat menerpa tubuhnya.

"Kamu udah selesai"suara itu membuatnya ingin beranjak pergi namun, dia mencegahnya. "Kamu takut padaku."

"Nggak, aku hanya nggak ma-"

"Aku tahu, kamu tadi pagi nggak salah lihat. Aku yang salah lihat"ucapnya yang tertunduk malu. "Aku kira itu kamu, ternyata orang lain."

"Kok aku"

"Semalam aku mendengar radio sampai ketiduran, aku tidak tahu kalau aku tertidur di sofa dan pagi hari dia melihatku dan aku kira dia adalah kamu."jelasnya.

"Kenapa kakak nggak jelasin tadi? Mereka pasti mikir aneh-aneh."ucapnya yang mulai sedikit merasa bersalah.

"Kamu tahu, aku tidak pernah bisa melakukannya."

"Karena dia mantan kakak kan, dia yang selalu ada untuk kakak. Tapi, kenapa kakak meninggalkan dia begitu saja."

"Haruskah aku jelaskan, bahwa mencintainya waktu itu adalah salah."ujarnya. "Seharusnya aku tidak menyakitinya."

"Maaf"ucapnya yang melihat kearah Dandelion.

"Sudahlah, lupakan saja."

"Kurasa kakak menikmatinya"ucapnya tersenyum jahil.

"Nggak juga"ucapnya yang memang selalu jujur. "Sudah lama aku tidak berbicara santai gini."

"Hahahah, kakak pasti merindukan dia."

"Lebih dari merindukanmu, itukan yang ingin kamu tahu."

"Wah, berarti aku tidak dirindukan."ucap March yang duduk disamping Dandelion.

"Aku rindu kalian berdua."dia merangkul mereka berdua.

"Tapi kak, kakak tidak melakukan itu dengan kak senja kan. "dia menghubungkan kedua jarinya seperti orang berciuman.

"Otak kalian nggak beres, siapa yang ngajarin?"tanyanya menjitak kepala mereka berdua.

Mereka berdua saling melihat dan mengangkat dagu mereka bergantian. Membuat Dandelion menatap mereka curiga.

"Kalian, tidak-"

"Tidak"
"Hmm, tidak."

"Kalian kompak amat, mencurigakan."

"Kakak aja yang jelasin"ucap Ilalang pada March.

"Kok aku, kamu aja"ucap March.

"Ih, kakak aja. Aku kan nggak ikut-ikutan."

"Aku juga nggak ikut-ikutan, kamu yang ikutkan kemarin."

"Nggak, aku nggak jadi ikut kok."

"Terus, kalian pergi kemana?"tanyanya memancing mereka.

"Ih aku hanya sampai diujung jalan, aku nggak jadi kesana. Kakak kan sama Bintang yang kesana."

"Ih, nggak jadi. Orang aku balik pas ketahuan sama kak Di-"

Seketika mereka terdiam dan melihat Dandelion yang memperhatikan mereka sejak tadi. Akhirnya dia tahu tujuan mereka kemana, ke tempat hiburan malam dekat alun-alun

"Kak, maafkan kami"ucap March yang membuat dia menatapnya tajam. "Yah aku tahu"dia menjewer telinganya sendiri seperti anak kecil.

Ilalang pun sama, dan membuat Dandelion menatap mereka dengan perasaan bersalah juga. Menghukum mereka terlalu keras tidaklah baik. Tapi, dengan menghukum diri mereka sendiri. Mereka tidak akan melakukan hal itu lagi.

"Kak Dio, aku dan kak March kan nggak jadi kesana."

"Yaudah,ayo makan"

"Benarkah"ucap Ilalang yang langsung berdiri.

"Iya"

"Memang kita mau makan apa?kita baru sarapan tadi pagi."

"Mi enak nih"ucapnya yang berjalan dulu meninggalkan March dan Ilalang yang mengekor dibelakangnya.

**

Senja hanya tersenyum melihat mereka bertiga, melihat tangannya yang ditarik Dandelion membuat jantungnya berdegup kencang kembali. "Kurasa aku masih sama."

"Bukankah pria itu lebih dingin dibandingkan diriku"suara itu seketika membuatnya hampir terjatuh. "Perhatikan langkahmu."

"Kamu yang membuatku hampir terjatuh"

"Ah benarkah, maafkan aku."

"Hai, anak kecil"

"Nona sudah aku bilang padamu, bahwa aku punya nama."

"Nona?"

"Hmm, kamu lebih tua dariku. Haruskah ku panggil dengan nama saja. Senja"

"Hai, kamu"dia hanya melambaikan tangan dan pergi. Membuat senja hanya melihatnya pria tampan tinggi itu memang membuat dia selalu naik darah.
***

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang