Bab.49

24 4 0
                                    

Playlist
JUNG EUN JI 정은지: You Are My Garden 그대란 정원

**
Terkait
"Harusnya lo katakan sejak awal, bahwa lo menyukainya."

🌺

Bintang masih terdiam, dia tidak tahu harus kemana?haruskah dia ke rumah sakit.

"Kamu nggak pergi"tanya Bumi yang membuat dia hanya tersenyum. "Kamu nggak jawab aku nih."

"Haruskah aku pergi, yang dia butuhkan bukan aku kak. Tapi, orang lain."ujarnya yang membuat Bumi tersenyum.

"Kamu sudah tanya ke dia."

"Aku mau ke dia, tapi dia sudah miliki orang lain"ucapnya yang kembali lirih. "Aku tidak berhak menemuinya sekarang."

"Benarkah, bukannya dia selalu baik padamu. Apakah dia tidak pernah menganggap mu?"ujar Bumi yang melihat Bintang masih berpikir.

"Iya tapi-"

"Aku tahu, terkadang sakit ketika perhatian itu hanya sebatas pertemanan. Sudah dibawa perasaan ternyata dianya, melukai dengan sengaja."Bintang menatap Bumi tak mengerti.

"Dia tidak melukaiku, aku yang melukainya."

"Gadis itu mampu membuat kamu lepas dari trauma"ujarnya yang membuat Bintang tidak mengerti.

"Tidak, dia memperburuk keadaan."ujarnya.

"Benarkah, lalu alasan menemuinya?"

"Aku tidak tahu"

"Terkadang memang rumit tapi, itulah kehidupan. Keluarlah, nanti kamu pasti menemukan segalanya."

"Keluar kemana?"

"Keluar dari ketakutan mu, kamu datanglah ke tempat itu kembali."

"Dibawah payung pun aku masih basah kak."ucapnya frustasi.

"Hmm, benarkah. Berarti kau harus menggunakan jas hujan"ucapnya yang membuat Bintang sedikit tersenyum. "Nah, begitukan ganteng jadinya."

"Apa sih?"

Bumi tidak tahu, mengapa dia mengatakan bahwa dia tidak berhak memilikinya?segitukah menakutkannya cinta. Tetapi, melihatnya menjaganya membuat Bumi berfikir bahwa dia akan terlepas dari segalanya yang membuat dia takut. Mungkin July yang tahu isi hatinya.

**

Bulan terdiam menatap kearah jendela besar di rumah sakit itu. Waktu sudah menunjukan pukul 21.00 membuat dia hanya menarik nafas berat karena tak kunjung dia datang.

"Kenapa dia tidak datang?"ucapnya yang melihat kearah ponselnya.

Seketika rasa sakit dikepalanya begitu terasa. Dia memegangnya dengan begitu kuat, dia sering merasakan sakit dikepalanya namun, kali ini sakit itu benar-benar luar biasa.

"Kenapa kepalaku terasa begitu berat?"ucapnya

Seketika dia melihat segalanya, memori buruk itu seperti sebuah film yang terputar sangat cepat. Dengan jelas dia melihat anak laki-laki yang mencoba berlari namun, dia tidak mengerti dia melihat gadis kecil yang hanya terdiam tak bergerak. Seketika tubuhnya bergetar hebat, darah itu membuat tubuhnya menggigil ketakutan. Saat itu pula dia berteriak begitu keras dan menutup telinganya.

"Bulan"ucap Langit yang berlari kearahnya. "Bulan kamu nggak papa."

"Langit"ucapnya yang langsung pingsang begitu saja.

"Bulan, bangun."ucap Langit yang langsung membawanya kembali ke kamarnya.

Dia melihat kearah wanita itu, dia tidak mengerti. kenapa dia memanggil nama Bintang begitu lirih? Dia mengambil handphonenya dan berusaha menghubunginya.

Bintang, kamu bisa datang ke rumah sakit

Kamu sakit??

Tidak, ada hal penting yang mau aku tanyakan sama kamu.

Hal apa?

Kamu datang aja.

Baiklah, aku akan kesana.

Dia menutup handphonenya dan menatap kearah Bulan. Dia merasa mereka memiliki sesuatu yang disembunyikan.

"Harusnya kamu katakan sejak awal, bahwa kamu menyukainya."ucapnya yang menggenggam tangannya erat.

Seketika Venus terdiam menatap kearah Langit, "dia menyukai Bulan"

**

Bintang terdiam ketika melihat Langit yang memegang erat tangannya. Membuat dia merasa salah berada disini saat ini. Namun, dia memegang pegangan pintu itu dan masuk kedalam.

"Kamu datang"ucapnya yang tersenyum.

Mereka sekarang hanya duduk diatas ranjang sampingnya. Dia melihat dengan jelas sorot mata Langit yang penuh dengan kecemasan.

"Ada apa?"tanyanya yang membuat langit menatap Bintang dengan tatapan tanya. "Bikin aku tak-"

"Takut"potongnya

"Kenapa sih?"

"Dia memanggil nama kamu berkali-kali, aku nggak tahu tapi, tubuhnya tiba saja dingin dan dia pingsan."ujar Langit.

"Kamu salah denger kali, mungkin dia melihat sesuatu yang menakutkan. Terkadang aku merasakannya, hal itu membuatku selalu takut untuk melihat tempat yang terlalu terang."jelasnya.

"Benarkah"ucapnya yang melihat kearah Bulan.

Bintang tidak mengerti, kenapa hal itu terjadi pada Bulan?mungkinkah, karena dirinya. Dia membuat memori buruk didalam otaknya atau alasan lainnya. Langit selalu ada disampingnya dan Bintang merasa itu cukup untuk menghilangkan memori buruk itu dengan dia menjauh darinya.

"Kak Bintang mencintai kak July"suara itu seketika membuat Bintang terkejut.

"Kamu kok!" Dia menatap Venus yang menatap Bintang.

"Aku mau nanya boleh"ujar Venus yang melihat Bintang buru-buru pergi.

"Maaf Venus, tapi aku-"

"Kakak tahu kalau July suka sama kakak"seketika Bintang terdiam menatap Venus.

"Nggaklah, dia itu suka sama orang lain bukan aku, udah ya. Kamu mau ketemu Langit kan."ujarnya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kali ini aku serius."

Dia tidak mendengar dan langsung pergi begitu saja.

"July?"seketika dia menatap Venus dengan tatapan tak percaya.

"Maaf kak, aku harus pulang"ujarnya pada Langit yang menghentikan langkahnya.

"Arasi"langkahnya terhenti ketika nama itu kembali di panggilnya. "Benar, kamu tahu dimana dia?"

"Kak, tolong. Aku mohon jangan bawa aku ke Kak Kala, kalau tidak Antariksa akan membenciku."ujarnya yang membuat Langit tidak mengerti.

"Karena kamu mencintai Bintang"dia mengangguk pasti. "Kurasa bukan itukan"

Seketika Venus terdiam menatap Langit. "Kamu tahu kalau Bintang dan Antariksa memiliki hubungan. Siapa nama sebenarnya?"

"Kumbang." Mata Langit menatap tak percaya kearah Venus.

Bulan yang sejak tadi mendengar hanya mampu terdiam dan tak banyak berkomentar. "Antariksa."gumamnya tanpa suara.
***

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang