Bab.55

19 1 0
                                    

Playlist
EXO “Wait”

**
Kepergiaan
ketakutan itu membuat dia berfikir buruk tentang kondisi Kumbang.

**

March keluar dari kamar Bumi dengan mengomel sendiri. Membuat Ilalang hanya melihatnya sekilas lalu tersenyum melihat bibirnya yang manyun seperti ikan koi.

"Kenapa kamu senyum?"tanya March judes.

"Suka hati, ini punyaku."ucapnya yang kembali fokus dengan cemilan satu kantung penuh disamping. "Bukankah film tadi asik, sayang sekali kak Kala di rumah."

"Astaga, pipi kami itu udah bulat kaya bakpao masih aja ngemil kaya gini."ucapnya yang ingin menariknya namun, dengan cepat dia mendekap cemilan itu dalam peluknya. "Ish,  bagi kek."

"Nggak"

"Mendingan kamu pergi deh ke rumah sakit, kamu belum menjenguk dia satu minggu ini."ujar March yang membuat Ilalang tak mengerti. "Kurasa dia membutuhkan kamu."

Ilalang terdiam sejenak, benar dia sudah tidak pergi ke rumah sakit lagi. Dia merasa bersalah karena ini, dia bergegas melompat dan pergi ke kamarnya.

"Jangan lupa bawa bunga, bunga soba itu bagus untuknya."teriak March yang mendapat cemilannya.

Dia melihat kearah March, sebenarnya dia berusaha buat tidak perduli, lagi pula dia juga sudah janji untuk kembali. "Apa dia sudah tidak ingin menemui kak March ya?"

**

Ilalang berjalan begitu santai menelusuri lorong rumah sakit, dia tidak menemukan suster Dina dimana pun. Dia merasa aneh, apalagi suster Merry, mereka seolah menghilang atau menghindarinya. Dia berjalan keruangan itu, berjalan begitu tenang dengan mencium bau bunga yang ada dihadapannya.

Dia melihat kedalam ruang rawat itu, ruang itu tidak ada siapapun. Sprai dan kasurnya tertata begitu rapi. Tangannya seketika melemas, dia berjalan keluar untuk mencarinya. Mungkin saja dia berada di suatu tempat, dimana dia sering berada disana namun, dia tidak kunjung menemukannya.

Dia mencari hingga bertemu dengan dokter Hamma, dia menatap dengan mata yang seolah tengah membendung air mata. Dia berlari kearahnya, dia berharap bukan berita buruk yang dia dapatkan darinya.

"Dokter"teriaknya yang membuat Dokter Hamma mengangkat senyum paksa. "Dokter dimana Kumbang."tanyanya yang membuat dia hanya berlalu dan menepuk pundaknya pelan tiga kali.

"Dokter, apakah dia baik-baik saja?"

Dokter Hamma hanya berlalu meninggalkan dia. Dia hanya berfikir mungkinkah dokter Hamma menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, ketakutan itu membuat dia berfikir buruk tentang kondisi Kumbang.

"Kumbang"suara itu membuat dia melihat kearah sumber suara.

"Suster Dina diman-"dia menyodorkan sebuah surat kepadanya.

"Dia hanya menitipkan ini untukmu, aku harap kamu bisa mengerti kondisi saat ini. Aku harap kalian akan bertemu suatu hari nanti. Carilah mimpimu, kembalikanlah dia ke sisimu."

Ilalang hanya melihat surat itu dengan ekspresi datar. Dia tidak tahu, dia harus bersedih atau bagaimana?rasanya menyakitkan untuknya saat ini termasuk kehilangan dia yang belum sempat ucapkan selamat tinggal.

**

March terduduk di bangku taman, dia merasakan luka yang teramat menyakitkan. Sesekali dia menyiratkan air matanya dengan kasar. Perlahan dia membuka surat itu, berharap bahwa dia akan baik-baik saja. Tetap baik-baik saja.

Dear You

Pertama kali aku melihatmu, semua tampak begitu nyata. Air dingin di tengah laut, ombak besar yang menerjang kita berdua. Membuatku sangat takut pada lautan, bahkan dinginnya air yang membuatku hampir mati bersamamu.

Kedua, di rel kereta waktu itu. Aku terus saja mengikutimu seperti pengutip. Tetapi, itu sangat menyenangkan buatku.

Ketiga, aku terus membuatmu dalam masalah. Di kejar-kejar polisi dengan hal yang tidak ingin kita lakukan.

Ke empat, kamu mengajarkan aku tentang alam kebebasan. Tentang dunia yang sulit aku raih.

Ke lima, waktu malam itu aku benar-benar terkejut. Kamu membuatku terdiam hingga aku takut menemui dirimu namun, aku selalu menunggu kedatangan kamu.

Hingga hari ini sampai detik ini....

Dia terdiam ketika membaca surat itu, dia sadar bahwa wanita ini tidak pernah bisa mengatakan selamat tinggal, karena menurutnya selamat tinggal adalah kata yang sangat menakutkan untuknya.

"Kita akan bertemu, Kumbang"ujarnya. "Aku berjanji padamu"

"Kak?"suara Ilalang tertahan ketika dia melihat surat yang berada di tangannya. "Lalu ini!"dia menatap surat beramplop biru itu dengan sedikit keraguan.

***

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang