Bab.69

17 2 0
                                    

Playlist
Damsonegongbang – Loving With All Your Heart.

**
jawabannya
"Seandainya aku bisa menghapus air matamu sekarang, apa mungkin kamu akan baik-baik saja?"

🌺

"Haruskah aku yang terus saja menunggu, sedangkan kamu tidak pernah perduli padaku."ucap Venus yang melihat kearah pohon itu. "Bisakah, kamu kembali lagi"ucapnya yang seakan tak tahu harus bagaimana segalanya menyakitkan sekarang.

"Jadi ini, mengapa kamu nggak pernah mau jelasin ke aku?"suara itu seketika membuat dia terdiam. "Kamu masih nggak mau jawab."

Bumi hanya melihat wanita itu yang tengah terdiam menatap pohon ditepi danau. Disitulah, Bumi mengerti. Ketika orang yang ditunggunya mengakhiri hidupnya dengan bergantung diri didepannya. Dia menatap Bumi seolah tak percaya dengan perkataannya. Apa yang dia tahu tentangnya?

"Aku hanya ingin hidup tanpa mengenangnya, bahkan aku ingin menghapus segalanya."ucapnya begitu lirih. "Bisakah, aku melakukan itu."

Bumi hanya terdiam menatapnya, dia tidak tahu harus bagaimana. Dia sulit untuk mengutarakan perasaan, dia hanya mendekat dan mengelus punggungnya pelan.Sisa rasa itu membuat dia kembali berpikir, haruskah dia mengatakan akan keberadaannya atau dia hanya akan memendamnya selama ini. pria itu terlalu menakutkan untuknya, namun dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. sejak kepergian Antara dunia dia hanya untuk mencari wanita yang dicintainya.

"Ikhlaskan dia"

Seketika tangisnya pecah, Venus memeluk kedua kakinya dan menangis begitu kencang. Membuat Bumi hanya menatapnya dengan tatapan simpati, empatik, iba, atau yang lainnya. Mungkin sulit baginya, kali ini dia benar-benar melihat orang yang menangis tersedu-sedu dihadapannya. Membuat dadanya terasa begitu sakit ketika melihatnya.

"Seandainya aku bisa menghapus air matamu sekarang, apa mungkin kamu akan baik-baik saja?"gumam Bumi dalam hati.

 Dia benar-benar kehilangan segalanya, kematian Antara kepergian Kumbang membuat dia mencari cara. ketika dia tahu bahwa yang membuat dunianya hancur bukanlah mereka.

**

July menatap Langit dalam diam, dia masih bertanya mungkinkah dia mencintai Bulan. "Kamu menyukainya."

"Kamu terus terang sekali"ujarnya yang tersenyum.

"Selama beberapa bulan belakangan ini, aku lihat kamu selalu melihat kearah handphonemu. Hal yang sangat jarang kamu lakukan bahkan tidak pernah."ujar July yang membuat Langit tersenyum dan melepas ponselnya darinya.

"Aku hanya ingin tahu kabar kak Kala, katanya dia kelelahan."

"Terus bagaimana dengan-"

"Bintang"potongnya. "Dia baik-baik saja."

 Langit menatap July yang terbelalang karena pernyataan ia.

"Kenapa kamu selalu saja tahu isi pikiranku?"dia tertunduk malu karena tahu bahwa July masih mengharapkan Bintang hingga hari ini.

"Tentu saja, jelas terlihat di wajahmu"ujarnya yang mulai menggoda July.

"Kenapa kalian tidak jadian aja?"seketika mereka menatap kearah Kumbang yang datang.

"Bukankah kamu harus istirahat."ucap July yang membuat dia duduk diantara mereka.

"Hmm, aku akan istirahat nanti. Oh iya, aku dengar dia akan ikut audisi lagi."ujarnya yang membuat Langit menatap tak percaya. "Kenapa? Aku kan adiknya."

"Bukankah, dia akan berhenti."ujar Langit.

 Dia menatap sekilas kearah July kemudian melihat kearah Langit lagi. "Katanya ada yang bilang padanya dulu, bahwa mimpimu itu adalah impianmu. Kamu berhak meraihnya, selagi itu masih bisa kamu raih."ujarnya menatap July. "Dia mendapat itu, ketika dia lulus SMA. Aku tidak tahu, ternyata ada yang mendukung dia sejak dia terpuruk saat itu."

***

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang