Bab 8

148 9 0
                                    

Playlist
Stella Jang (스텔라장) - Do You Know Me (날 알아줄까)

**
Kemana

"Benar, bahwa coklat mampu mengembalikan mood seseorang."

**

Bintang masih terdiam di ruang latihan. Seketika pikirannya kembali kemasa itu, membuat air matanya tanpa sadar menetes begitu saja. Dia tidak tahu, segalanya di masa lalu begitu menyakitkan.

Seketika pintu ruang terbuka terlihat wanita dengan kemeja merah dan celana jeans biru yang entah sengaja dirobek atau memang robek. Membuat dia dengan cepat menghapus air matanya.

Dia seperti tengah mencari seseorang dan tidak menyadari akan keberadaannya. "Permisi, apakah benar ini kursus tari. Maksud saya tempat kursus tari?"

"Iya"

"Ah syukur lah"dia menghela nafas lega dan membuat Bintang menjadi kebingungan. "Apakah Langit ada?"

"Langit"ulangnya.

"Iya"

"Langit, maaf tidak ada yang namanya langit disini"ucapnya yang membuat wanita itu sedikit kebingungan.

"Hai, kamu beneran kesini"ucap Langit yang datang dari belakang Bulan dengan membawa kantong plastik hitam di tangannya. "Kebetulan, aku baru beli beberapa cemilan."

"Langit!katanya"dia menunjuk kearah Bintang.

"Memang aku kenapa?ah iya, kenalkan dia Bintang."ucapnya memperkenalkan dia dengan Bintang.

"Bintang"

"Bulan"dia membalas uluran tangannya dan tersenyum simpul.

Bintang merasakan ada yang aneh, dia seolah mengenal wanita ini. Rambut panjang dengan wajah manis dan sedikit judes.

"Kamu bakal tinggal di sini kan."tanyanya memastikan. "Aku berharap kamu akan terus disini"

Bintang menatap Langit dengan kebingungan, katanya sungguh manis. Dia kembali melihat kearah Bulan, seketika dia teringat. Dia wanita yang ditemuinya di taman tadi malam.

"Ada yang kamu pikirkan, sejak tadi kamu hanya diam. Ah, aku terlalu kaku ya. Aku emang belum terbiasa dengan orang yang baru aku kenal."jelas Bulan yang hanya membuat Bintang tersenyum.

"Okok, sebagai perayaan kita minum bersama."

"Aku nggak mau"tandas Bulan cepat.

"Aku juga, kamu sendiri aja."ucap Bintang ikut-ikutan.

"Hai, kalian berdua. Maksudnya itu kita minum ini nih"dia menunjukan minuman bersoda dihadapan mereka. "Emang kalian mikir aku bakalan ngajak kalian minum apa?"tanyanya sedikit menggoda.

"Udah lupakan, kalau ini aku
mau"ucap Bulan yang membuat Bintang tersenyum. "You so cute"

Mereka pun tertawa bersama. Tak ada lagi rasa canggung diantara mereka. Merasakan kembali tawa lepas itu rasa derita dan air mata seakan hilang dalam sekejap mata.

**

Langit terdiam di atap merasakan angin yang menerpa dirinya begitu lembut. Dia tidak mampu memejamkan matanya dia hanya bisa terdiam dan merasakan rasanya pelukan senja. Dia selalu teringat akan seseorang di saat senja datang menyapanya.

Suara musik-musik hiburan itu seakan membuat dia kembali kepada rasa yang paling menyakitkan. Dia hanya terus berlari-lari dan terus lari.

"Seharusnya kita perbaiki bukan malah berlari tanpa pernah berhenti seperti ini."ucapnya yang membuat Langit terdiam. "Akankah, masa lalu ingin kita kembali atau kita biarkan berlalu begitu saja tanpa pernah mengingatnya. Bukankah, itu tidak adil."

"Senja hanyalah senja tapi, dia begitu di rindukan. Padahal, senja selalu datang belakangan."dia menatapnya dengan penuh pengharapan. "Seandainya aku bisa memutar balik waktuku, aku tak akan pernah mau terjebak pada masa ini."

"Setidaknya kamu menemuinya, Langit"

"Jika, jika aku menemuinya. Apa mungkin penyakit ku ini akan hilang?"

"Langit, setidaknya kamu hilangkan rasa bencimu padanya"

"Aku tidak bisa" ujarnya melihat kearah kota yang begitu padat. "Aku tidak akan menemuinya."

Dulu dia meninggalkan langit disana dan membuat sejuta luka baginya dan kini dia seolah kembali dan mencarinya. Dia hanya meninggalkan begitu saja. Namun, dia sudah berjanji bahwa dia tidak akan berlari lagi. Dia mengambil snickers dari dalam sakunya.

"Makanlah ini jika kamu ingin berlari"

Dia mengingat dengan jelas perkataan Bintang. Snickers itu seolah menjadi obat rindu walaupun memilukan. Tapi, itu mejadi makanan favorit.

"Benar, bahwa coklat mampu mengembalikan mood seseorang."gumamnya yang berjalan pergi.

Langit pergi begitu saja tanpa memperdulikan wanita yang kini melihatnya dengan tatapan sendu. Dia tidak yakin, haruskah dia mengejarnya atau hanya berdiri disana.

**

Langit terdiam ketika melihat Bintang yang tengah asik dengan sepatunya. Dengan cepat dia menginjak sepatu itu begitu keras.

"Arghh.. Sakit tahu"kesalnya yang kembali menghentakkan kaki ke tanah.

"Kalau dia bisa bicara, mungkin dia akan merasakan kesakitan yang sama"ucapnya melihat ke arah Bintang. "Akhir-akhir ini kamu sering menyendiri. Ah, aku merasa kalau aku dicampakkan."ucapnya dengan gayanya yang begitu imut.

"Udah ah, kita balik aja ke rumah."dia berdiri dan merenggangkan otot-ototnya. "Ahhh...hari yang melelahkan."

"Kamu habis ngangkat karung satu ton. Udah, ayo kita pulang."

"Bintang"

"Hmm"

"Tidak jadi"

"Kamu selalu seperti itu"keluhnya yang berjalan terlebih dahulu.

Mereka berjalan dan pergi meninggalkan tempat itu. Tawa itu seakan membuat mereka merasakan sedikit kebahagiaan meskipun tertahan disana. Pikiran mereka melayang entah kemana-mana.

"Haruskah aku mencarinya"gumam Langit dalam hati.

"Dia dimana"gumam Bintang yang menatap entah kemana.

**

"Sejak tadi kamu murung, ada apa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Ah, tidak hanya saja. Aku merasa kalau aku lapar."ujar langit yang membuat Bintang menatapnya dengan tatapan curiga.

"Apa kamu masih mencari wanita yang berada di sungai Han itu?"

"Hmm, tidak."dia menggeleng kepalanya pelan. "Akhir-akhir ini ada yang mengganggu pikiranku."

"Yah, kamu memiliki banyak cinta sekarang. Apa lagi? Kamu akan menjadi dokter bukan."

"Aku belum tahu pasti, haruskah"

"Hmm, menurutku itu baik. Apa ada seseorang lagi dalam hatimu?"

"Apa kamu gila? Satu saja sudah membuatku pusing"

"Wah, berarti kamu sudah punya. Siapa katakan lah?"

"Ah, lupakan. Aku hanya asal bicara."

"Yah, katakan padaku."

"Tidak akan"

"Kak, ayolah"

"Kak, sejak kapan itu?"tanyanya heran yang membuat Bintang mengambil langkah seribu untuk meninggalkannya.

"Kak Bintang"sapa wanita dengan wajah imut itu yang membuat Langit melihat Bintang dengan wajahnya yang berubah cemas.

***

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang