Bab7

145 9 0
                                    

Lalu

apakah mereka baik-baik saja atau terluka

**

Suara decitan roda kereta itu membuatnya kembali mengingat kemasa lalu. Masa dimana segalanya belum berjalan seperti ini. Segalanya terasa berputar kembali di otaknya. Langkah dan tawa yang seakan tak mampu membuat dia terusik oleh suara kereta yang datang tiba-tiba.

"sekarang, aku hanya bisa diam disini tanpa pernah melihat mereka lagi."

Dia terdiam dan hanya menatap setiap ruas-ruas rel kereta api yang mengingat akan masa lalu yang begitu membahagiakan. Berlari, tertawa, dan melupakan segalanya yang menyakitkan.

Terkadang hidup sulit untuk ditebak, terkadang mereka begitu menyakitkan tapi juga begitu bermakna. "Aku-"

Dia terdiam ketika melihat seorang wanita yang berada diseberang jalan. Dia melihat wanita itu dengan tatapan tak bisa. Seketika kereta datang dan membuat jarak di antara mereka. Suara decitan roda dan gerbong yang bergetar begitu terdengar nyata hingga berlalu begitu saja.

Wanita itu berlari kearahnya dan seakan tertunduk dan tak memperlihatkan wajahnya yang hampir tertutup rambut panjang yang diurainya. Dia menjatuhkan sebuah buku, dan membuat Kala mengambil namun, dia sudah tidak ada di sana.

Dia membuka buku itu dengan jelas bertuliskan nama dan alamat serta nomor telfon di dalamnya. "Rasi Bintang"gumamnya.

**

Dua tahun kemudian...

Dia kembali melihat enam pria yang berada di depannya. Memori itu seolah terekam dalam ingatannya dengan cepat. Mereka seolah berjalan meninggalkannya, bahkan sautan darinya tak mereka dengarkan. Hingga hembusan angin membelai wajahnya pelan, perlahan dia membuka matanya dan melihat bahwa dia berada di kamarnya.

"Kebebasan"gumamnya. "Apa mereka baik-baik saja?"

Dia melihat foto yang diambilnya tiga tahun yang lalu. Terlihat jelas senyum yang tergambar di sana. Entah, ada dimana mereka sekarang? Mereka terpisah, saat dia memutuskan kuliah keluar negeri.

"tuan Kala, apa kamu tidak akan berangkat?"pertanyaan itu membuat dia menatap pria yang lebih tua darinya.

"Kak Fajar, Kakak kenapa ada disini?"

"Yah, hidupmu selalu seperti ini. Sendirian."bukan menjawab dia malah mengalihkan pembicaraan. "Dibawa ke Amerika dengan paksa pasti tidak menyenangkan bukan."

"Hmm"

"Carilah mereka, mungkin mereka marah. Karena kamu pergi tanpa memberitahu. Lagipula, kepergian mu meninggalkan bekas luka juga kan."

"Iya, aku mungkin itu yang membuatku terus bermimpi tentang mereka"

"Kalian punya mimpi yang sama bukan"

"Mimpi kita sudah tak sama lagi, kita berbeda."

"Termasuk wanita buku merah, ayolah, kamu pasti bisa mencari mereka. Aku dengar, mereka belum menemukan tujuan mereka."

"Benarkah, tahu darimana"

"Apa kamu lupa aku siapa?"

"Apa mereka masih mengharapkan aku ada?"ucapnya tak yakin dengan dirinya

"Kenapa kamu jadi putus asa begini sih?kalau mereka membencimu, mereka tidak akan pernah menunggumu."

"Benarkah"

"Kalau kamu mau tahu, carilah mereka. Dan jangan pernah melakukan itu lagi." Ucapnya.

"Aku tidak melakukannya, aku dipaksa"ujarnya.

"Hmm, kamu tidak ingin melakukannya"

"Aku hanya mencoba untuk mencari dia, aku hanya ingin mencoba untuk-"

"Untuk melihatnya, ayolah mungkin dia sudah bahagia."

"Jika tidak, dan dia malah menderita bagaimana?"

"Berangkatlah, ini pertama kalinya kamu jadi managers hotelkan"

"Sepertinya kamu tahu tentangnya."

"Hsss..."

"Iya, iya aku berangkat"

"Cobalah sekali lagi"ujarnya menyemangatinya.

"Baiklah"ucapnya mencoba meyakinkan dirinya.

"Kurasa, kamu benar-benar akan mencari gadis itu."ucap Fajar  yang membuatnya tersenyum. "Bisakah kalau-"

"Baiklah, aku akan menemui dia. Tapi, bukankah dia berada di kota lain."

"Keras kepala?"

"Apa?"

"Hmm, aku tidak akan menggulangnya. Satu lagi, carilah Dio"

"Kenapa?"

"Kurasa, Ilalang terluka. Aku tidak tahu pasti, kalau dia tahu. Mungkin dia akan terluka."

"Ilalang terluka!"

"Tenanglah, kamu harus mencari mereka semua."

"Setiap kali aku melangkah pergi, aku pasti akan kembali lagi."ujarnya.

Dia hanya memikirkan mimpi penuh dengan kepedihan dan penderitaan itu. Seolah mimpi itu mengarahkan dia entah kemana, dia telah melukainya sebelum dia pergi.

"Masihkah, dia ada di tempat yang sama. Aku belum pernah menemuinya sejak saat itu."gumamnya.

***

Ok teman pembaca yang Budiman. 😁

Cerita ini murni fiksi belaka ya teman pembaca. Si penulis hanya ingin menceritakan kisah-kisah yang mungkin menarik saja 😂. Buat para fans yang idolanya terlibat dicerita ini. Maaf ya,😊

Vote komen akan penulis dengarkan asal jangan menggunakan bahasa kasar atau yang penulis tidak mengerti. TERIMA KASIH,

Saranghaeyo 💕

Note*

1. Ini hanya fiksi ya teman,

2. Cerita ini hanya fiksi belaka jadi, jangan baper 😁

3. Silahkan membaca.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang