10. Dekat 2

818 49 16
                                    

🍂🍂🍂🍂
.
.
.
.
.
Happy Reading


Varo berjalan melewati lorong ruap inap di Rumah Sakit.
Tak lupa ia juga menenteng minuman berwarna pink pada tangan kanan nya.
Apalagi jika bukan jus stroberi.

Langkah nya tepat berhenti didepan pintu ruang inap Rissa, Varo menghela nafas nya pelan.

Clek..
Pintu terbuka, tatapan nya langsung tertuju pada Rissa yang tengah tertidur pulas.
Dia seorang sendiri, mungkin Aldan sudah meninggalkan nya ketika Rissa sudah tertidur.

Dia tersenyum kecil memandang wajah cantik Rissa.
"Maafin gue Riss," Ucap Varo lirih.
Varo mengusap-usap pucuk kepala Rissa.
Akibat tindakan nya itu membuat Rissa terbangun.
Rissa membulatkan mata nya sempurna.
Apakah Ia tidak salah liat?
Rissa mengucek mata nya untuk menyakinkan penglihatan nya.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Kenapa Varo menemuinya?
Padahal kan masih ada hari esok.

Varo mengambil gelas air putih yang berada diatas meja nakas lalu memberikan nya kepada Rissa.
Rissa menerima dengan senang hati, lalu meneguk hingga habis tak tersisa.

"Malam." sapa Varo.
Rissa tersenyum hangat.
Varo menyodorkan minuman stroberi yang tadi dibawa nya. "Minum!"
Rissa bingung sekaligus senang. Bayangkan saja sudah malem begini ditawari jus stroberi kesukaan nya. Ditambah seorang Varo datang menjenguk nya.
Kebahagiaan nya serasa kembali lagi setelah lenyap dalam beberapa jam yang lalu.

Rissa langsung menyedot jus stroberi nya dengan lambat, seolah tak ingin cepat habis. Mungkin.

"Banyak yang bilang,pemandangan dari atas gedung itu kalo malem bagus!"
entah Varo bertanya atau memberi tahu. Atau bahkan mungkin ada maksud lain.
"Trus?" ujar Rissa.
"Mau coba liat?" tawar Varo.
Lagi-lagi Rissa tersenyum lalu mengangguk.

Varo memapah Rissa keluar dari kamar lalu memasuki lift dan keluar dari sana.
Kini mereka sudah berada di lantai paling atas atau yang biasa disebut rooftop, tidak ada apa-apa disini. Hanya terdapat bangku panjang menghadap pada keramaian kota. Dan beberapa barang bekas yang tidak terpakai tergeletak dimana-mana.

Mereka duduk dibawah puluhan bintang dan bulan yang bersinar indah. Kerlap-kerlip lampu kota turut menghiasi malam, membuat kesan cantik dan indah bercampur satu.

Mereka tenggelam dalam indah nya pemandangan kota.
"Cantik kan?" perkataan Varo membuat Rissa menoleh menatap dirinya.
"Siapa?" tanya Rissa pelan.
"Kota nya."
Jleb banget, Rissa berpikir ucapan Varo tadi untuk dirinya.
Mimik wajah Rissa berubah seketika, masam.

"Lo juga cantik hari ini."
Rissa terdiam lalu tersenyum malu.
"Makasih."
Rissa melirik Varo yang sedang menutup matanya, tampak menikmati angin yang menerpa wajah nya.
"Tau kok, gue Ganteng," Celetuk Varo menoleh menatap Rissa.
Rissa langsung mengalihkan pandangan nya.
Rissa malu karena kepergok mengagumi wajah tampan varo.
Rissa menggigit bibir bawah nya sambil menutup mata nya. Untuk mengurangi detak jantungnya yang mulai tak beraturan.
Varo masih menatap dirinya.
Membuat Rissa semakin salah tingkah.

"Jangan diliatin!" Ujar Rissa menangkup wajah nya dengan kedua tangan nya.
"Kenapa?" Varo bertanya masih menatap Rissa.
"Malu." Lirih Rissa.
Varo terkekeh melihat Rissa salting.
"Jangan malu, diliatin sama orang ganteng." Ucap bangga varo sambil menarik tangan Rissa dari wajah nya.
Rissa menoleh menatap Varo.
Sekarang pipi Rissa sudah berubah warna menjadi merah merona.
Dia benar-benar malu dipandang begitu lekat oleh Varo.
"Kak," lenguh Rissa memalingkan muka.
Varo tertawa renyah.
"Jangan ketawa!" Larang Rissa.
Varo tidak mengerti apa yang dimaksud Rissa.
"Pokoknya, nggak boleh ketawa!"
Rissa tidak mau ditertawakan.
Dia benci itu.

Varo kembali memandang indah nya kota Ketika malam. Akhirnya Rissa bisa bernafas lega. "Riss," panggil Varo tanpa melihat Rissa.
"Ya?"
"Gue boleh jadi teman dekat lo?"
Rissa terdiam.
Lima menitan Rissa masih terdiam.
"Riss?" panggil Varo sekali lagi.
Rissa menghembuskan nafas nya pelan. "Boleh." jawaban Rissa membuat Varo tersenyum.
Dia baru menyadari bahwa ketika Varo tersenyum, ketampanan nya bertambah sekitar tiga Puluh persen atau mungkin lima puluh persen barangkali.

Rissa ikut tersenyum ketika melihat Varo tersenyum.
Membuat suasana menjadi lebih hangat.

-Jika tujuan mu untuk dekat adalah membuat ku bahagia, maka dekatilah aku. Namun jika sebalik nya, ku mohon biarkan aku bahagia dengan yang lain-

****

"Kak Aldan?" panggil Sely.
Aldan menoleh lalu menghampiri Sely yang tengah duduk sendiri dipinggir Danau buatan di komplek rumah Sely.

"Udah lama?" tanya Aldan ikut duduk dipinggir Sely.
"Nggak terlalu." Jawab Sely menatap Aldan.
"Kak?" panggil Sely
Aldan menoleh.
"Gimana keadaan Rissa?" tanya Sely, karena memang sudah beberapa akhir ini dirinya disibukan dengan tugas.
"Cukup baik." jawaban Aldan membuat Sely tenang.
"Sel, lebih baik hubungan kita jangan kasih tau sama Rissa dulu deh!" Ucap Aldan  menatap Sely dengan serius.
"Emang kenapa kak?" Tanya Sely penasaran.
"Rissa mungkin bakal terlihat nerima aja hubungan kita, tapi yang gue khawatirin itu. Dia bakal berubah sama lo!" Penjelasan Aldan membuat Sely semakin bingung.
"maksudnya berubah gimana kak?" Tanya Sely memastikan.
"ya, gue mau hubungan kita ini sementara jangan sampe ketahuan Rissa. Rissa itu adik kesayangan gue. Gue nggak mau nanti dia mikir nya yang nggak-nggak tentang kita."
"Rissa itu tipe orang yang suka mendem semua perasaan nya sendiri Sel, dia nggak bakal ngomong langsung kalo dia sakit, dia kecewa, dia marah. Ngejauh itu hal yang mungkin akan dia lakuin ke lo ataupun gue, pas tau kita udah pacaran. Dia nggak bisa ngapa-ngapain" Aldan menarik nafas nya pelahan.

Tidak kah Aldan memikirkan perasaan nya juga. Sely cemburu ketika Aldan berbicara seperti itu. Seakan Sely tidak pernah dianggap keberadaan nya oleh Aldan. Seakan semua bahagia nya hanya tercurahkan untuk Rissa seorang, tidak ada sedikit pun untuk diri nya. Lalu selama ini dianggap apa Sely oleh Aldan?
Jika memang hanya kejelasan hubungan mereka saat ini yang Aldan ingin kan, oke Sely akan berikan. Dia tidak memikirkan perasaan nya kembali. Apakah nanti akan bahagia atau malah sebalik nya.

Sely memejamkan mata nya sebentar, hampir saja air matanya terjatuh. Sely segera menyeka air mata nya, sangat tak ingin dilihat lemah oleh Aldan.
Sely berusaha kuat.
Menyakini bahwa semua nya akan baik-baik saja kedepan nya.

"Oke!" lirih Sely lalu berdiri hendak meninggalkan Aldan.
"Gue yakin semua nya bakal baik-baik aja." Langkah Sely terhenti.
"Tenang aja, gue akan berusaha untuk menutupi hubungan kita kak!"
Sely tersenyum menatap Aldan.

Aldan membalas senyuman Sely.

Sely berlalu meninggalkan Aldan sendiri.

"Gue percaya sama lo Sel." ujar nya lalu bangkit dan pergi berlalu.

TBC ❤

Menuju 1k!
Dukung terus cerita gaje ini yaa😊😊
Klik gambar Bintang dibawah.
👇

1001  [COMPLETED]  +Revisi+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang