Cuaca terlihat sangat cerah, terik matahari yang cukup panas disiang hari ini membuat Rissa terpaksa berteduh dibawah pohon besar yang berada dekat dengan pangkalan ojek.
"Mau kemana neng?" Tanya salah satu dari ketiga ojek tersebut.
"Nunggu teman, mang."
"Ohh, nunggu nya sambil duduk disini aja, ntar pegel kalo berdiri!"
Rissa hanya tersenyum lalu menggeleng."Lama banget sih!" Gerutu Rissa sambil sekali-kali mengecek ponsel nya.
"Sekali nya mau pulang bareng, malah disuruh nunggu kaya gini." Menyeka keringat dipelipis dahi dan sekitar leher.Sudah lebih dari 30 menit Rissa berdiri disana, tapi seseorang yang ditunggu nya sedari tadi tak kunjung datang juga.
Kemana Varo?
"Kak, ikh! serius kamu udah nonton?"
"Gue serius Sel, nggak boong." Sely memukul Varo. "Kok nggak ngajak-ngajak sih kak, kan aku pengen nonton juga."
"Ya gue nggak tau, gue kira, lo udah nonton.""Pengen si, tapi nggak ada temen yang bisa diajakin nonton bareng, bisa temenin nggak?"
"Gue sibuk, sorry." Tolak halus Varo."jikh, so sibuk." Sely terkekeh.
"Oh iya, kamu udah punya pacar kak?" Lanjut Sely menanti jawaban Varo.
"Kepo." Varo menyentil dahi Sely. Membuat si empu nya meringis.
"Pasti udah punya ya." Tebak Sely.
"Kalo udah kenapa? trus kalo belum kenapa?" Ujar Varo.
"ya nggak kenapa-kenapa, cuma pengen tau aja." Jawab Sely acuh.Varo melirik jam diponsel nya. Sudah 45 menit, Sely terus mengajak nya bicara. "Gue harus pulang Sel," Pamit Varo.
"Sebentar lagi aja kak, masih jam segini ngapain pulang." Larang Sely menarik kembali Varo hingga duduk dipinggirnya lagi.
Varo resah. "Gue keluar bentar aja Sel."
"Nggak kak."Tangan Sely belum dilepas dari tangan Varo, malah Sely semakin erat mengenggam tangan Varo.
Segenit itukah Sely?Rissa melangkahkan kaki nya memasuki halaman sekolah, 'mungkin Varo lupa' pikir nya.
Ditangan kanan nya Rissa mengenggam Botol air mineral untuk Varo.Baru saja Rissa belok kearah lapangan, mata nya menangkap sang pacar sedang mengenggam tangan dan duduk sedekat itu dengan sahabat nya sendiri.
Bukan hanya itu, posisi Sely sedang menyenderkan kepala nya dibahu Varo. Jarak nya mungkin hanya 1 meter saja dari posisi Rissa.
Rasanya sungguh sakit, saat melihat pacar yang sangat dicintai olehnya berselingkuh dengan sahabat nya sendiri.
Setega itu kah Varo? melupakan janji yang telah dia buat untuk pulang bersama dengan nya hari ini. Sekejam itu kah Sely? bermesraan dengan pacar sahabat nya. Dan harus tetap sabar kah Rissa melihat kejadian itu?Brakk...
Botol yang dipegang Rissa tak sengaja terjatuh, membuat Varo dan Sely sontak menoleh ke sumber suara.
"Rissa," Sely bangkit berdiri. Rissa mencoba menahan air mata nya supaya tidak lolos begitu saja disini. Lalu Rissa menatap Varo. "Gue lagi nunggu temen disini," "Gue duluan ya." Tanpa menunggu lama, Rissa berbalik meninggalkan kedua nya. Varo menunduk, lalu mengacak rambutnya kasar. "Gue pulang duluan." Varo berlari menyusul Rissa."Gue kecewa sama lo kak!!" Rissa menyeka air mata nya.
"Rissa tunggu." Teriak Varo yang masih berusaha menyusul Rissa.
Hap, tangan kanan Rissa dicekal oleh Varo.
"Gue bisa jelasin sama lo Riss."
"Gaada yang perlu dijelasin," Rissa menepis tangan Varo. Varo mencekal pundak Rissa, menatap manik mata Rissa yang telah basah oleh air mata. Sedangkan Rissa menunduk.
"Gue minta maaf."
Rissa menggeleng pelan, mengatur nafas nya lalu menatap Varo.
"Hiks, Lo pikir aja kak! Gue nunggu lo hampir 1 jam panas-panas-an, tapi lo malah enak-enak-an disana sama sahabat gue sendiri. Hati lo dimana! Hiks." Rissa tersedu.
"Gue cape, mau pulang." Menepis kasar kedua tangan Varo.Memberhentikan taksi, lalu masuk kedalam taksi. "Jalan pak!"
"Rissa." Teriak Varo. Varo segera berlari ke parkiran, tanpa menunggu waktu lama Varo menyusul taksi yang ditumpangi oleh Rissa."Lo jahat kak." Gumam nya dalam tangis. Supir taksi melirik Rissa sebentar. "Neng, mimisan! Mau ke rumah sakit aja? biar diperiksa dokter" panik sang supir. Rissa menggeleng, kemudian mengeluarkan tisu dari tas.
Hidung nya terus saja mengeluarkan darah, Rissa memejamkan mata sembari mencoba terus menahan darah agar berheti keluar dari hidung.
Si supir yang melihat nya pun merasa kasihan sekaligus bingung. Ingin menolong harus bagaimana, tidak menolong juga rasanya tak tega.Sesampainya di depan rumah Rissa merogoh uang dan ponsel nya. Lalu uang itu diberikan kepada si supir dan ponsel digunakan nya untuk menghubungi Bijum, meminta Bijum untuk segera kegerbang untuk memapah nya keluar dari taksi.
Sesampainya didalam rumah, Rissa kembali dipapah ke kamar dibantu oleh Bijum dan pak Eno. Sedangkan orangtua nya tidak ada di rumah.
"Bi, kalo ada yang nyari, bilang aja Rissa nya nggak pengen diganggu atau nggak Rissa nya kecapean jadi langsung tidur. Pokoknya jangan biarin ada orang masuk ke kamar Rissa ya bi!" Perintahnya. Bijum hanya menganggukan kepala.
"Bijum buatin Teh hangat ya Non, trus itu darah nya juga dibersihin dulu non!"
"Iya bi." Bijum keluar kamar, Rissa berjalan kearah cermin, menatap diri nya sendiri. Membersihkan darah yang keluar dari hidung sudah biasa bagi Rissa. Tapi kali ini, rasa nya sakit dan sesak didada. Mungkin efek dari kejadian yang dilihat nya tadi di sekolah.Dengan lemas Rissa menuju kearah kamar mandi, mungkin dengan siraman air hangat bisa membuat tubuh nya lebih baik.
Setelah mandi, Rissa memungut tisu yang berserakan hampir disetiap sudut kamar.
Tisu yang hampir penuh dengan darah.Ia melihat sebuah boneka disudut kamar. Perlahan Rissa mendekati boneka tersebut, lalu mengambilnya. "Kenapa harus kaya gini?" tak disangka air mata nya lolos begitu saja.
"Kenapa nangis lagi si." ucap nya lalu menghapus air mata nya. "Hiks hiks, Rissa kuat, kuat." gunamnya menguatkan dirinya sendiri
"Bunda kenapa hati Rissa tambah sakit, Hiks hiks hiks."Tok tok tok
Ketukan pintu dari luar membuat Rissa terdiam. Lalu mengatur nafas nya.
"Iya bi?" sahut Rissa dari dalam.
"Anu itu ada den Varo diluar.""Kan Rissa udah bilang kalo ada yang nyari, bilang aja Rissa udah tidur." Melirik jam, baru jam 08.15 menit.
"Iya non."Bijum berlari kebawah.
"Non Rissa nya udah tidur Den."
"Boleh saya masuk bi?""Emm, anu itu udah malem den."
"Saya tau bi." Varo memutar bola mata nya malas."Permisi Bi." Varo masuk dengan sendirinya.
Baru saja akan menaiki tangga, langkahnya terhenti kala ponsel nya bergetar."Hallo?"
"---""Gue kesana sekarang."
"---"Varo segera berlari dengan cepat. Melewati Bijum yang masih diam.
"Bi, salamin ke Rissa ya!"
Bijum hanya mengangguk.Seperti nya Varo sedang buru-buru.
Apa yang terjadi? Bijum pun tidak tau.Next 👇👉
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 [COMPLETED] +Revisi+
Teen FictionMasa revisi. Gue nulis ini Untuk dia kakak senior gue. Sifat-nya benar-benar Gak bisa ditebak. Kadang dingin kadang juga bikin hangat. Tapi, dia selalu bikin kecewa entah itu tindakannya atau pikirannya. Semua yang di lakuin dia selalu salah di mata...