❤Selamat membaca❤
"Satu hal yang lo harus tau, bahwa sebenci apapun gue ke lo. Gue nggak pernah bisa benci sama lo. Kenangan indah yang udah lo lakuin sama gue terlalu membekas."
"Boleh nggak kalo gue bersyukur?"Dahi Rissa mengkerut , ia bingung dengan ucapan Varo barusan. "Maksud?"
"Ya gue bersyukur kalo lo nggak benci gue. Karena mulai sekarang gue sayang sama lo. Serius, nggak main-main."
"Lo bisa buktiin?" Varo tersenyum, ia mengusap rambut Rissa lembut.
"Gue yakin, gue bisa buktiin itu sama lo."
"Udah, sekarang lo tidur!"
Rissa hanya mengangguk kecil. Ia menarik selimut Nya lagi. Sebelum menutup mata, Rissa menatap wajah Varo, haruskah ia percaya akan semua perkataan nya lagi. Ia tidak mau terluka lagi, tapi apa tidak salah kalau Varo dikasih kesempatan kedua. Tapi?
"Tidur Rissa?!" Rissa menghembuskan nafas lelah. Baiklah, biarkan saja waktu yang menjawab.
Mereka berdua terlelap dibawah sinar remang-remang didalam pesawat.Flashback off..
Rissa dan Aldan akan bertemu di sebuah caffe di ibu kota. Sebenar nya, Rissa hanya ingin tau alasan kenapa Aldan sekarang sedikit berbeda. Beda hal nya waktu kemarin-kemarin. Ada apakah sebenar nya?
Rissa dan Varo tengah menunggu Aldan yang mungkin sedikit terlambat. Tak selang lama, Aldan berjalan menghampiri mereka.
"Maaf gue telat." Mereka saling menatap saja.Aldan memesan makanan nya, tidak bukan makanan, ia memesan es coffe saja.
"Riss, ma'afin gue!" lirih Aldan tak mampu menatap adik nya. Rissa tersenyum kecil, "Lo tau gue Kecewa Bang. Kenapa lo nggak ikut gue ke Jerman?" tanya Rissa langsung pada inti nya.
"Gue nggak bisa ninggalin tugas kuliah."
"ah, iya tugas itu lebih penting ya bang."
"Untung ada Refal disana." Ucap nya lalu memasukan sesendok es krim pada mulut nya.Varo hanya diam mendengar kan. Tak mau ikut berbicara, karena ini bukan masalah nya.
"Bukan karena ada yang larang kan?" ujar Rissa membuat Aldan sedikit tak tenang.
"Bener kan? Karena ada yang larang lo?" dengan cepat Aldan menggeleng.
"Ng-gak,"
"Oke enggak.""Lo pacaran sama sely?!"
Kedua cowo disana membulatkan mata nya sempurna, Sely siapakah yang dimaksud Rissa.
"Enggak, gue nggak pacaran sama Sely."
"ggak pacaran ya, yakin? Bukan nya waktu gue di Jerman lo jalan sama Sely." Rissa terus memojokan Aldan dengan kata-kata nya.
"Dek,"
"Tinggal ngaku aja elah bang, gue juga nggak bakal larang lo kok. Paling juga nyruh lo putus." Ujar Rissa dengan santai nya. Varo menatap Rissa meminta penjelasan.
Aldan berpikir, "Gue nggak bakal putusin dia."
"Oh gitu ya, lo tau kak? Kalo bunda sama papih mau cerai?" Aldan menggeleng.Sebenarnya percakapan mereka membuat Varo yang mendengar nya pusing. Belum selesai membahas ini, sudah loncat ke masalah lain. Jadi mereka sedang membahas apa?
"Mereka kenapa?"
"Hebat ya. Bang lo kemana aja? Bahkan hampir keluarga Rana udah tau semua. Sedangkan ini, anak nya sendiri malah nggK tau apa-apa.""Lo pura-pura nggak tau apa emang mau nutupin semua? Karena mungkin lo udah tau siapa yang jadi orang ketiga disini." Aldan tersenyum kecil lalu menatap Rissa.
"Riss gue mohon-""Mohon buat nggak nganggu pacar lo?" Rissa tersenyum meremehkan.
"Bahkan gue sekarang nggak mau liat lagi muka nya bang, tenang aja. Selagi dia cari aman dari gue. It's okey."Aldan melirik jam tangan nya, "Gue harus pergi."
Rissa menundukan kepala, ia menahan tangis. Varo melirik Rissa iba, kenapa Aldan menjadi seperti ini pikir Varo yang merasakan perubahan dari sikap Aldan.Aldan bangkit berdiri. Varo melirik Rissa lagi.
"BANGSAT?!" Varo mendorong tubuh Aldan keras. Kedua mata Varo memancarkan kebencian. Aldan bangkit berdiri dengan bantuan kursi.
Keadaan yang sedang lumayan sepi itu membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Rissa sendiri tak tau kenapa Varo mendorong Aldan. Apakah karena Rissa menangis?
"Gue nggak mau main kasar sama lo Bang,"
"Tapi liat lo kaya gini ke Rissa, gue nggak bisa diem aja."
"Lo nggak tau titik masalah nya."
"Bodo amat. Lo udah bikin nangis Rissa. Lo tau nggak Rissa itu kangen sama lo?!" suara Varo meninggi.
"Dia cuma mau mojokin gue." Varo berdecak kesal. Jika ia tak ingat bahwa Aldan itu kakak dari Rissa. Maka ia tak yakin, Aldan sekarang baik-baik saja.
"Dia mojokin lo, karena dia cuma pengen tau jawaban dari semua perubahan ini."
Aldan tak menghiraukan ucapan Varo, ia malah berlalu meninggalkan Varo dan Rissa.
"Rissa menghembuskan nafas gusar, "Udah kak, gue baik-baik aja."
"Lo nangis berarti nggak baik-baik aja." Varo merangkul Rissa keluar dari Restoran itu. Varo juga tak lupa menaruh tiga lembar uang ratusan ribu diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 [COMPLETED] +Revisi+
Novela JuvenilMasa revisi. Gue nulis ini Untuk dia kakak senior gue. Sifat-nya benar-benar Gak bisa ditebak. Kadang dingin kadang juga bikin hangat. Tapi, dia selalu bikin kecewa entah itu tindakannya atau pikirannya. Semua yang di lakuin dia selalu salah di mata...