"Jangan berpikir aku baik-baik saja tanpamu. Tanpa kamu tau, aku sangat menderita tanpa mu."
-Rissa-
🍂🍂🍂🍂
.
.
.
.
.
Happy Reading
Rissa turun dari mobil dibantu Bijum dengan pak Eno.
Rissa sudah berada diteras rumah nya. Namun dia tidak langsung masuk ke dalam rumah, tetapi memilih duduk terlebih dahulu di kursi. Menatap kedepan dengan pandangan kosong.
"Gue harus bilang apa sama temen-temen gue, juga kak Varo?" Lirih nya.
Rissa menghembuskan nafas gusar.Rissa bangkit berdiri, niat nya yang akan masuk ke dalam rumah terhenti. Rissa melihat bunga Lili kuning yang tergeletak disudut pintu. Sebenarnya Rissa tidak yakin jika itu bunga Lili untuknya, karena memang tidak ada seorang pun yang tau jika dirinya menyukai bunga tersebut.
Walau ragu, akhirnya Rissa mengambil dan membawa nya ke kamar. Bunga itu terlihat sudah layu, mungkin karena sudah berada dirumah nya sejak beberapa hari yang lalu.
Setelah beberapa menit Rissa memandangi bunga tersebut, ternyata dirinya menemukan secarik kertas yang dililit kecil.
Kertas bewarna kuning dengan tulisan yang diyakini nya merupakan tulisan tangan Varo.Dalam kertas itu tertulis, "Gue harap lo baik-baik aja disana, tetap tersenyum dan tertawa walaupun tanpa Gue disisi lo. Kalo udah pulang tolong kabarin, Gue tunggu di Taman cempaka."
Tanpa sadar Rissa tersenyum hangat. "Apa bahagia gue hanya berasal dari lo kak?" gumam nya.
❤❤❤❤
-Taman Cempaka-
"Kak Varo!" Panggil Rissa dari jendela mobil ketika melihat kehadiran Varo.
Rissa keluar dengan balutan hoodie bewarna kuning dengan celana hitam nya.Membuat Varo tertegun sejenak. Sudah hampir satu minggu lebih dirinya tidak bertemu dengan Rissa. Ada rasa canggung tersendiri juga.
Rissa berjalan menghampiri Varo dengan sedikit berlari. "Nggak mau peluk kak?" pertanyaan yang keluar pertama kali disaat Rissa sudah berada tepat didepan nya.
Varo mengerut kan kening bingung. "Mau banget?" tanya Varo menatap Rissa.
Rissa mengangguk kecil.
Sebenarnya Rissa juga sedikit malu. Tapi biarlah demi membayarkan rasa rindu ini yang sudah tak terbendung.Varo merengkuh tubuh Rissa dalam pelukan nya, Rissa tersenyum lalu membalas pelukan Varo dengan erat.
Rissa ingin menangis bahagia, Rissa tidak bisa menyembunyikan nya lagi. Rissa benar-benar menangis sekarang.
"Kenapa?" tanya Varo heran.
Varo hendak melepas pelukan nya.
"Gue mohon, sebentar lagi!"
Rissa mencoba menahan air mata nya.
Varo membiarkan Rissa dalam pelukan nya.
"Jangan pergi!" Bisik Rissa.
"Gue gak akan pergi." Varo mengusap rambut Rissa. Ntah apa yang membuat Rissa menangis lagi, bahkan lebih kencang.
Isakan nya terdengar jelas, detak jantungnya semakin cepat.
"Tapi gue ragu kak."
"apa yang bikin lo ragu-in gue?"Rissa menghembuskan nafas berat. Melepas pelukan Varo dan langsung menunduk.
Jujur dalam pelukan Varo membuat Rissa tenang, tapi ntah kenapa Rissa merasa itu adalah pelukan terakhir dengan Varo. Ada apa dengan nya?
Apakah kehangatan tubuh Varo bisa ia rasakan lagi?
Apakah ia bisa bertahan sampai benar-benar memiliki Varo?
Apakah ia bisa tersenyum dan bahagia berdua bersama Varo?
Apakah kebahagian ini hanya sebentar?Lalu apakah kematian yang benar-benar memisahkan dirinya dengan Varo?
Sayang nya ia bukan Tuhan yang bisa melihat masa depan.
"Apa yang lo ragu-in dari gue Riss?"
"Gue nggak tau."
Rissa terisak kembali.
"Mending kita ngobrol nya di mobil!"
Varo menuntun Rissa untuk masuk kedalam mobil."Lo kenapa? Jujur sama gue!" Varo yakin ada yang disembunyikan oleh Rissa. Rissa yang tiba-tiba datang trus meminta dipeluk setelah itu menangis. Ada apa sebenarnya pikir Varo.
"Gue nggak tau." Rissa tidak berani menatap Varo.
"Nangis pasti ada sebab nya. Lo kenapa?" suara lirih Varo membuat Rissa memberanikan diri untuk menatap Varo."Lo nggak bakal marah kan?" Tanya Rissa memastikan.
"Tergantung." Varo mengangkat bahu nya.
"tuh kan, kalo lo marah gue bakal nangis lagi." rengek Rissa mengerucut kan bibir.
"Iya Rissa, gue janji nggak bakal marah."
Varo mengusap pucuk rambut Rissa lembut.Rissa perlahan membuka mulut nya, "Gue nggak ke luar negeri." setelah mengatakan itu suasana menjadi hening. Varo mencoba mencerna apa yang dikatakan Rissa.
Varo sendiri sedikit bingung, apa yang dimaksud Rissa. Apakah diri nya sedang dibohongi oleh Rissa. Kalau pun benar, jadi selama satu minggu Rissa kemana? Tidak menghubungi dirinya sama sekali.
Tapi sebisa mungkin Varo menahan emosi nya, ia tidak ingin melihat Rissa menangis lagi. Varo menghembuskan nafas kasar, " Jadi selama ini lo kemana?" Rissa ingin menangis lagi, walau pun Varo tidak membentak nya, tapi Rissa yakin ada kekecewaan Varo yang teramat besar kepada dirinya.
"Gue sakit!" Jujur Rissa, sebenarnya ragu juga untuk mengatakan ini, tapi setidak nya Varo dan teman-teman nya berhak tau.
"Lo sakit? Kenapa nggak ngasih tau gue. Lo tau, gue khawatir." Varo memukul stir mobil keras.
"Maaf." Rissa terisak kembali.
"Jangan nangis lagi, gue minta ma'af!" Varo mengangkat dagu Rissa.
"Gue yang harus nya minta maaf, gue nggak ada disaat lo sakit." Varo menyeka air mata Rissa dengan kedua jari nya."Jangan nangis," suara Varo benar-benar lembut dan lirih. Membuat Rissa merasa tersentuh.
Tanpa basa-basi Rissa memeluk Varo dari samping. "Makasih!"
"Kadang gue bersyukur sama Tuhan, udah ngasih kebahagian lewat lo." Varo tersenyum senang sekaligus tenang.
TBC ❤
Sebelum konflik, Rissa mau jujur dulu sama Varo sama sahabatnya.
Karena kebahagiaan itu pasti tidak selamanya dari keluarga. Walaupun sahabat juga ngga semua nya baik.
Tapi Rissa yakin bahwa kebahagiaan nya juga termasuk dalam sahabat² nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 [COMPLETED] +Revisi+
Teen FictionMasa revisi. Gue nulis ini Untuk dia kakak senior gue. Sifat-nya benar-benar Gak bisa ditebak. Kadang dingin kadang juga bikin hangat. Tapi, dia selalu bikin kecewa entah itu tindakannya atau pikirannya. Semua yang di lakuin dia selalu salah di mata...