28. putus? maaf?

595 23 1
                                    

Justin bieber -all bad

.
.
.

Dear Rissa...

Mungkin saat lo baca surat ini kita sudah menjadi sepasang kekasih. Benar bukan?

Gue mau ngucapin terima kasih banyak, karena udah mengizinkan gue untuk milikin lo. Entah kenapa gue bisa suka sama lo dalam waktu sesingkat ini.

Saat pertama kali kenal lo, gue udah merasa lo itu adalah cewek yang harus gue jaga baik-baik. Gue harap lo jangan lemah Riss, harus tetap bertahan! dan yang terpenting lo nggak boleh terus menerus bersedih, okay? itu buat gue kecewa.

Maaf, seandainya gue belum bisa jadi pacar yang baik buat lo. Gue bukan manusia yang sempurna! Karena gue bukan Tuhan. Jadi, kalo terjadi sesuatu yang buat lo nggak nyaman, please kasih tau gue! kita bisa bicarain baik-baik.

Gue ingin hubungan yang saat ini kita berdua jalan-i itu bukan lagi sekedar pacaran seperti anak abg labil, karena gue sama lo udah sama-sama dewasa, pasti tau mana yang baik dan buruk buat hubungan kita. Gue yakin kita pasti bisa berakhir happy ending jika berjuang bersama.

Walau kenyataannya sampai saat ini gue belum bisa bahagia-in lo, selalu jadi alasan setiap lo nangis, gue minta maaf ya. Gue gagal buat bikin lo bahagia. Gue belum bisa jadi yang terbaik buat lo. Gue cuma bisa nyusahin lo. Gue bukan cowo yang lo harapin Riss.

Tapi, sebagai pacar gue harap lo pertahanin hubungan kita. Gue yakin lo adalah satu-satu nya orang yang paling ngertiin gue. Jika, nanti ada sesuatu yang gue lakuin malah nyakitin lo. Tolong tegur gue ya. Gue sayang sama lo.

Love you.

Ttd, Varo.

***

"Gue nggak tau lagi apa yang harus gue lakuin kak."
"Riss, please jangan nangis!"
"Wait, gue kesana sebentar lagi."
"jangan ditutup telepon nya Riss!"

"Maafin gue Riss!" Gue menghela nafas lelah. "Gue nggak pernah bisa marah sama lo kak."
"Tau nggak? Lo itu jahat."

Titt..
Sambungan terputus.

"Tuh kan dia emang jahat?!" Gue nggak tau harus gimana lagi. Gue bingung. Kenapa hati gue gini banget ya rasanya, tetap bertahan walalu disakitin mulu.
Apa gue harus periksa ke dokter hati?
Supaya tau hati gue itu terbuat dari apa.

"Udah lah, gue pusing." gue rebahin diri ke sofa. Kemudian gue coba nyari sesuatu di mbah google yang konon katanya sangat ter-percaya.

Gue ketik dipencarian "Cara mengurangi depresi." Enter.

Tak lama kemudian muncul jawaban.

1. Segarkan pikiran.
2. Cari kebahagiaan.

Okay, langkah pertama yang lebih baik gue lakukan sepertinya dengan mandi dulu deh, supaya pikiran gue juga bisa ikut fresh walau hanya sebentar.

Tanpa babibu lagi gue langsung nyimpen handphone dan surat tadi kedalam laci meja belajar.

Nggak butuh waktu lama, untuk menyelesaikan ritual mandi gue. Baru saja gue duduk di tempat tidur, terdengar ketukan pintu sontak gue langsung melangkah untuk membuka-kan pintu.

"Kak--Varo?" refleks gue mundur, sejak kapan dia adadirumah gue.

Kak Varo masuk ke kamar gue. Pintu sudah ditutup, tapi gue hanya diam. Bego!

"Ngapain lo disini kak?" sumpah demi apapun, gue gugup banget. Bukan nya menjawab, Kak Varo malah meluk gue. Jadi-lah yang ada gue tambah gugup, serius dah.

"Gue minta maaf Riss!" Sesak didada yang gue tahan se-dari tadi runtuh sia-sia. "Hiks, Lo jahat." Gue berontak, memukul dada Kak Varo keras. "Lo berhak marah sama gue." Kak Varo nunduk, membiarkan Gue melampiaskan semua amarah.
"Gue kecewa sama lo,"
"Gue cape, Hiks."
"Lo tau? gue lelah." Gue nggak berani natap mata dia. Gue takut.

"Lo jahat," Gue ambruk, terduduk dilantai masih dengan tersedu-sedu. Kak Varo pegang wajah gue. Bola mata nya menatap gue dalam-dalam, membuat siapa pun seolah terbius.

"Gue tau, gue udah terlalu banyak salah sama lo selama ini." Kak Varo merengkuh tubuh gue kedalam pelukan nya lagi.

"Gue nggak mau kehilangan lo Riss."
"Gu-gue, cape." tubuh gue melemah. Bersandar didalam pelukan nya.
"Lo tau kan, Riss? Gue sayang sama lo."

"Tapi kenyataan nya ucapan kata Sayang dari mulut dan hati lo nggak sejalan." Potong gue. "Lo ngomong juga sama orang lain, bahwa lo sayang dia."
"Lo bilang gitu ke Sely kan, kak!"
"Lo nggak pernah mikirin gimana perasaan gue! jujur, gue sangat kecewa dibohongi oleh orang yang gue sayang." kak Varo melepas pelukan nya.

"Gue nggak pernah bilang sayang ke dia." sanggah Kak Varo. "Gue cuma sayang sama lo." Kak Varo menahan tubuh gue yang hampir terjatuh.

Jadi, omongan siapa yang harus gue percaya? pikir Rissa

"Lalu sebelum lo kenal gue, kenapa lo ngasih harapan sama Sely kak? apa maksud nya? bahkan setelah kita berdua pacaran pun, lo masih tetap kasih perhatian sama dia! Sebenarnya siapa yang lo harapin. Gue atau dia?" gue bertanya, Gue duduk diatas Sofa. "Gue nggak bisa milih." Kak Varo menunduk dalam-dalam.

"Cih, terbukti kan sekarang pun lo nggak bisa milih. Sebegitu nya lo sayang sama dia." lagi-lagi gue kecewa.

"Semua omongan lo itu bulshit kak, nggak ada yang bisa gue percaya." Gue membuang wajah gue menatap kearah Jendela.

"Waktu gue telfon lo di mall, pas gue lagi nggak ada. Lo jalan kan sama Dia? dan waktu itu lo kerumah gue lo bawa perempuan lain."
Kak Varo diam.
"Sebenarnya gue juga tau kak, selama ini Sely sering bawain minum buat lo pas lagi latihan."
"Gue tau semua nya." Semua unek-unek gue, gue keluarin. Gue cuma mau tau tanggapan dia apa.

"Lo kenapa diem, ngerasa bersalah? Cewe lo sendiri nggak boleh liat pacar nya latihan. Cewe lo sendiri nggak pernah dianter pulang bareng.
Selama ini, lo anggap gue itu apa?"
Tak ada sahutan.

"Pacar? tapi hanya sekedar untuk status?"
"Jawab gue kak! Percuma kalo lo minta maaf, tapi lo sendiri nggak tau kesalahan lo itu apa? karena akhirnya hal itu akan terulang kembali dan gue kecewa untuk kesekian kalinya" Gue senyum sinis.

"Permintaan maaf lo itu, sebenarnya untuk kesalahan yang mana?
"Karena nggak bisa milih? atau karena udah pergi sama cewe lain? jangan buat gue bingung." Gue tertunduk.
"Sebaiknya kita memang lebih baik putus"

TBC 👉👇

1001  [COMPLETED]  +Revisi+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang