07. kebenaran

1K 68 25
                                    


💚Happy Reading💚

"Karena yang awal nya manis itu belum tentu manis sampai akhir,"
.

"Risssaaaaaaaaa!" Sapa Sely, ketika baru saja membuka mata nya. Rissa menoleh kebelakang, tepat kepada seseorang yang masih terbungkus oleh selimut.
"Kenapa?" menatap Sely bingung.

"Mata lo sembab, lo abis nangis?" tanya Sely, sambil menyingkirkan selimut yang melilit tubuh nya.

"Enggak," elak Rissa lalu berbalik menatap cermin dan segera menutupi dengan sebagian rambutnya.

Sely berdiri dan mendekatkan diri nya kepada Rissa membelai rambut hitam Rissa, "Lo abisa nangis gue yakin banget 100 persen."

Setelah mengatakan itu Sely langsung menyambar handuk lalu masuk kedalam kamar mandi. Melakukan ritual pagi nya.

Rissa menghela nafas nya kasar.
Membenarkan kembali rambut nya, beberapa kali mengecek mata nya yang masih sembab itu.

Ada satu cara untuk mengecilkan kembali mata nya, yaitu mengompresnya dengan es batu. Dia menuruni anak tangga, membuka pintu kulkas dan mengambil beberapa es batu dengan wadah yang sudah berada ditangan nya.

Rissa mengompres mata nya ditemani Sely yang baru saja duduk didepan nya, Sely langsung menyantap roti, yang memang sudah Rissa siapkan untuk tamu tak diundang itu.

"Lo yakin mau sekolah?" tanya Sely melihat penampilan Rissa yang sudah tak layak dikatakan sebagai siswa.

"Emang kenapa?"
"Hahaha, ngak papa si." Sely kembali menyantap roti nya.
"Tapi gue saranin lo nggak usah sekolah." lanjut nya.
Rissa menaikan kedua alis nya.
"Apa kata anak-anak pas lihat penampilan lo kaya gitu apalagi ditambah dengan mata sembab."

Rissa menggeleng pelan.

"udah deh Riss, tinggal nurut aja. Muka pucet, mata sembab, penampilan lo acak-acakan pula" Sely menggeleng-geleng kan kepala.

" beneran gue gak papa." Ujar nya menyakinkan Rissa.
"Terserah lo deh" jawab Sely sambil mengibaskan tangan nya seolah tak peduli.
"yo berangkat! " lanjut nya.

Kedua nya melangkah pergi meninggalkan rumah dan masuk kesebuah taksi.

"Riss," panggil sely melihat wajah Rissa yang makin pucat.
Taksi sudah berada dekat kawasan sekolah.

Nafas Rissa sudah mulai tak beraturan, keringat pun bercucuran membasahi bagian leher dan telapak tangan nya.

"Gue ga yakin lo sekarang baik-baik aja, mending kita ke rumah sakit." sely panik dengan keadaan Rissa.
"Ummm, Udah gue gak papa." Sekali lagi Rissa mengucapkan kan kalimat bohong itu.
" udah deh Riss, kita ke rumah sakit aja gue itu khawatir banget sama lo." wajah Sely memang menyiratkan ke khawatiran kepada Rissa.

"Gue bener-bener gak papa"

Sely mengenggam tangan Rissa erat.

Taksi berhenti tepat depan gerbang sekolah.
Dan Sely sigap membantu Rissa keluar dari taksi.

"kok tambah pusing ya?" lirih Rissa memegangi kepala nya yang seakan ditimpuk oleh palu besar.

Brukk....

Rissa pingsan lagi.

Melihat itu Sely berlari menghalangi taksi yang hendak pergi.
"pak! anterin lagi saya pak,"

Sely menghampiri lagi Rissa.
Dan Rissa dibopong oleh satpam sekolah, lalu kembali dimasukan kedalam mobil.

"untung masih pagi, jadi masih sempet bolos" ujar Sely melihat Rissa sekilas.

1001  [COMPLETED]  +Revisi+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang