12. Dua minggu setelah jadian?

756 31 8
                                    

Sebenarnya nggak ada yang berubah setelah gue pacaran sama kakak kelas Gue. Disekolah ya biasa aja, bahkan kita ketemu aja jarang.
Ntah lah tapi Kak Varo minta gue buat rahasiain, kalo gue itu sekarang pacar nya dia yang secara nggak langsung hubungan kita bisa dibilang backstreet.
Sebagai pacar yang baik, ya otomatis gue nurut dong.
Gue masih belum terlalu banyak tanya, jadi ya gini.
Dan gue nggak tau bakal seberapa lama gue bisa nutupin ini.
Yang pasti gue cuma bisa liat dia cuma hari rabu kalo di sekolah. Itu pun karena jadwal eskul yang sama, cuma beda beberapa jam aja.

Bahkan disekolah dia nggak pernah tuh senyum sama gue. Seakan gue sama dia itu nggak ada ikatan gitu. Dia kaya bener-bener nggak kenal sama gue.
Kadang gue suka mikir. Apa sebenarnya dia malu punya pacar kaya gue? Sampe segitu nya dia sama gue.

Tapi kenapa dia suka senyum sama sahabat gue sendiri. Sely,tau kan? dia temen gue paling cantik.
Oke gue juga tau, kalo dia mungkin udah kenal Sely jauh sebelum dia kenal Gue. Sebenernya gue fine-fine aja tuh liat kedeketan mereka. Nggak pernah mikir yang nggak-nggak juga, walau ya kadang-kadang aja sih.

Contoh nya aja hari ini.
Dia yang minta gue buat bareng sekolah, tapi ini udah hampir jam 7, kenapa dia belum datang juga? apa mungkin dia lupa jemput gue? Dari pada nunggu yang nggak pasti, yekan. Mending gue naik angkot aja yang udah pasti.

Setelah gue pamit ke Bunda.
Gue langsung keluar dari rumah. Menyusuri jalan hingga ke perempatan depan.
Namun, tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti tepat didepan gue. Tanpa dilihat pun, gue udah tau siapa dia. Siapa lagi kalo bukan kak Varo.

Dia cuma naikin kaca helm.
"Cepet naik!" Titah nya.
"Suruh nunggu dirumah." lanjut nya lagi.
"Ini udah siang, gimana kalo lo misal nya lupa? Ya kali gue harus terus nunggu lo kak." Jawab Gue sebari naik keatas motor.
Kak Varo hanya diam. Pengen marah tapi gimana, yaudah lah!

****

"Dania." Panggil gue lalu duduk dikursi kosong disebelahnya.
"Kenapa lo?" tanyanya pas gue dateng sambil menangkup kepala tertunduk lesu.
"Lo kenapa? datang-datang muka udah kusut, cerita sama gue!"
"Masa tadi pagi gue diturunin dijalan." Ucapan gue langsung disambut gelak tawa Dania. Temen nggak peka situasi ya gini.
"Maksud nya?"
Lah nih orang, udah ketawa tapi belum ngerti maksud nya juga.
Gue menghela nafas kasar.

"Jadi, kan tadi pagi. Dia bilang mau berangkat bareng-"

"Terus?"

"Ya makanya jangan dipotong dulu." Kesal gue.
"Gue nunggu lah ya. Eh, gue liat jam udah hampir siang. Ya dari pada gue nunggu dia yang batang idung nya aja belum keliatan, gue inisiatif buat naik angkot aja, dari pada telat kan."
Dania cuma manggut-manggut.
Gue tarik nafas sebentar.
Bodo amat mau didengerin atau nggak. Yang penting gue udah cerita.

"Pas lagi nunggu angkot didepan ternyata kak Varo datang."

"Cieee," Dania malah ngecie-cie in.

"Bukan nya minta maaf udah telat gitu. emang cowo rata-rata nggak punya hati sama perasaan. Dia malah marah sama gue."

"Lah kok gitu?" dia bingung apalagi gue.

"Nggak tau, ya udah lah gue naik. Pas dibelokan pertama, tau kan?" tanya gue.
"Udah tau aja." Potong gue langsung, nggak mau buang waktu.
"Kak Varo ngeberhentiin motor. Lah disangka gue mau beli apa gitu kan pas banget didepan Alfamart ya."
"Coba tebak dia ngomong apa?"
"Apa?" kepo nya dengan muka serius.
Oke, kali ini berarti dia benar-benar ngedengerin apa yang diucapin gue.
"Cepet Sa!"

Gue nginget lagi apa yang diucapin kak Varo.

"Sampe sini aja ya Riss,"
"Apa?"
"Lo nggak salah kak, nurunin gue disini." lanjut gue.
"Gue buru-buru."
"Gue juga buru-buru, ini udah siang." Resah gue.
"Tungguin sebentar,"
"Lah lo bener-bener mau ninggalin gue?"
Bukan nya ngejawab dia langsung ninggalin gue, Sendiri guys.
"Kalo nggak niat mau bareng mending nggak usah jemput sekalian aja. Gue nyesel sumpah udah iyain ajakan lo." gerutu gue sambil mengehentak-hentakan kaki gue.

"Maaf, dengan neng Rissa?" ucap seorang bapa-bapa yang berhenti tepat didepan gue.
"iya, siapa ya?" tanya gue bingung.
"Oh saya ojek neng, tadi disuruh kesini sama. Bapa lupa nama nya."

"Lo dipesenin ojek? kok ngakak ya." potong Dania tiba-tiba.
"Ketawa boleh?" tanya nya bikin gue pengen tampol.
Inget ya! Nggak boleh ketawa diatas penderitaan orang lain.
Kenapa? kesan nya kaya kita itu nggak peduli sama penderitaan yang dirasain orang itu.
Tapi kalo yang mau ketawa, ketawa aja, hayati ikhlas.
"Ketawa yang puas!" tandas gue.
"Nggak kok, lanjutin cepet!"

Kembali ke cerita.

"Oh iya, cepet mang! Udah siang." Kata gue.
"Oke oke"
Pas udah nyampe.
"Makasih mang."

"Eh eh Neng!" dia manggil gue.
Gue nengok dong. "iya mang."
"Itu-itu."
"Itu apa mang?" Gue bingung dong.
"Helm?" Ujar gue.
"Itu udah." Tangan gue menunjuk Helm di Motor.

"Bukan."
"Trus apa?"
"Ayo mang udah mau masuk?" Desak gue
"Ongkos."
"Ohh ongkos, kirain aku udah di bayarin sama laki-laki tadi."
Gue ngeluarin uang sepeluh ribu dan ngasih tanpa minta kembalian. Itung-itung sedekah.

Tawa Dania menggelegar dikelas membuat sebagian murid menoleh kearah kami. "Kenapa Dan?" Tanya Bebi sekretaris kelas.
"Ehh, ngga Bei"
"Jangan bikin malu!" Tukas Gue menatap tajam Dania.
"Iya-iya engga." Dania mengerucut kan bibir nya.
"Tapi ya menurut gue ya, Kak Varo itu nggak langsung pergi ke sekolah deh."
"Nah itu yang gue khawatirin, soal nya pas tadi gue sengaja lewat parkiran. Nggak liat tuh motor dia."
"Terus dia kemana, bukan nya ngomong ke lo buru-buru ya?"
Ternyata ada juga yang satu pikiran sama gue.

"Rissaaaa" teriak temen gue satu lagi, Wendy.
"Apaa?" Balas teriak gue didalam kelas.
Wendy berlari kearah meja Dania. Seperti nya membawa info penting. "Wendy liat KakVar dikelas Sely."
"APA?" Kaget gue.
"Ngapain?"
"Ya mana Wendy tau!"
"Ceritanya gimana?" tanya gue kepo.
"Kan tadi Wendy nganter Bei ke Wc ya. Pas banget ngelewat kelas Sely. Nah tadinya Wendy kan mau nyamperin dulu, eh tapi pas Wendy ngintip ke kelas nya. Ada kak Varo lagi duduk di pinggir Sely."
"Seinget Wendy ya?" Wendy berpikir.
"KakVar itu pacar nya Rissa." ujar nya dengan tersenyum.
Gue hanya ngangguk. Tapi tunggu waktu pagi pas gue nanya ke Wendy, bareng nggak sama Sely, terus katanya Sely mau dijemput.
Apa jangan-jangan Kak Varo jemput Sely?
Terus kalo bener, kenapa kak Varo tega ngelakuin itu sama gue.

"Apa jangan-jangan Kak Varo ngejemput Sely, pas pagi." Pemikiran yang sama kaya gue.

TBC 😥
Hayo kenapa Varo nurunin Rissa dijalan. Dan kenapa Varo ada di kelas Sely???

1001  [COMPLETED]  +Revisi+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang