Chanyeol menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya setelah selesai berkeliling menemui beberapa pasiennya. Ada yang cukup mudah untuk di ajak berbicara ada yang tidak. Dia mengerti akan hal itu - jika mereka tidak ingin berbicara - namun dia juga tak boleh menyerah dengan mudahnya.
Jika tidak -
Bahkan apa yang selalu dia jaga selama ini tetap lepas kendali darinya.
Ah -
Chanyeol menarik laci paling bawah meja kerjanya lalu mengambil satu-satunya berkas yang ada disana. Dia membuka kembali berkas itu dan membaca semua catatan yang dia tulis.
Itu berkas milik Baekhyun.
Ada satu hal yang tadi mengingatkannya akan perempuan itu.
Dia berhenti ketika menemukan laporan yang dicarinya.
Dia bertemu dengan seorang anak kecil yang menjadi pasien barunya. Ketika dia melihatnya sesuatu di dalam hatinya terasa sangat sakit. Anak kecil itu terlihat memendam banyak hal dan selalu menutupinya seakan dirinya baik-baik saja, hingga akhirnya dia meledak dan berakhir di rumah sakit itu.
Ketika dia menyapa anak kecil itu, anak itu menyapanya balik dengan ramah, setidaknya itu menurut orang lain, namun berbeda menurutnya. Suara anak itu memang terkesan ramah dan hangat, namun ada sumbang, ada kekosongan di dalam sana. Sama seperti perempuan itu.
Dia mengusap kepala anak itu dengan perlahan dan tersenyum hangat. Dia terus membiarkan anak itu bercerita apapun dan dirinya terus mengusap kepala anak itu serta mendengarkan ceritanya dengan seksama.
"Apakah dokter kesini untuk bertanya padaku kenapa aku melakukan itu?"
Dia menggelengkan kepalanya, "Tidak. Siapa yang mengatakan itu?"
"Kerena setiap aku melakukan itu pasti ada saja dokter yang mendatangiku."
"Oh ya?"
Anak itu mengangguk, "Aku tidak terlalu suka dengan mereka, mereka baik dan sangat baik denganku, tapi aku-"
Chanyeol tersenyum, dia menurunkan tangannya dari kepala anak itu, "Tidak apa, jika kamu tak ingin mengatakan itu, tidak apa."
Anak itu mengangguk mengerti kemudian memanggil dirinya, "Ne, Dokter."
"Heum?"
"Jika aku tak kunjung mengatakan apa yang dokter ingin ketahui, apakah tidak apa?"
"Tidak apa, meskipun kamu tidak mengatakan apapun, dokter akan berusaha mengerti dengan apa yang ingin kamu sampaikan pada dokter."
Anak itu yang sejak tadi menunduk kini menatapnya tepat di dua matanya. Dia tersenyum ketika anak itu menatapnya.
"Dokter-"
"Apakah pernah ada yang mengatakan pada dokter, bahwa mata dokter itu menakutkan?"
"Mata dokter itu menakutkan."
"Seperti dapat melihat kedalam diriku yang sebenarnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You
FanfictionBisa di bilang. Dirinya sangat bodoh. Mengejar orang yang jelas-jelas sudah membohonginya selama dua belas tahun lebih. Namun dia tidak peduli itu. Karena dia selalu mengejar. Mengejar perempuan itu yang selalu menghindarinya- - Sejak awal mereka me...