5

718 71 0
                                    

Byun Baekhyun.

"Maaf, tadi siapa namamu?"

Park Chanyeol menghela napasnya, "Park Chanyeol." Untuk kesekian kalianya dia menyebutkan nama dirinya sendiri pada perempuan itu di hari ini.

"Oke, Chanyeol-ssi, jadi untuk yang ini -"

Chanyeol mendengarkan penjelasan yang perempuan itu berikan untuk presentasi yang mereka akan lakukan beberapa jam lagi. Sebenarnya Chanyeol tidak terlalu membutuhkan penjelasan itu karena dirinya sudah dapat menguasai materi yang akan mereka bahas - meskipun dirinya tidak ikut kerja sama sekali dalam power point yabg perempuan itu buat.

Ya, cukup bagus juga powerpointnya.

Dia menatap perempuan itu yang seluruh pandangannya terfokuskan pada layar laptop di hadapan mereka. Dia mengerutkan dahinya ketika mendengar perempuan itu berbicara dengan cepat dalam sekali napas, namun perempuan itu terlihat tidak lelah ataupun capek.

"Kalau yang ini-" Perempuan itu mengalihkan pandangannya dan mereka bertemu pandang.

.....

.....

Baekhyun mengerjapkan matanya perlahan.

Tubuhnya terasa menggigil dan ketakutan. Dia merasa mulai resah, namun tak mengalihkan pandangannya juga dari kedua mata lelaki itu.

Ah, menyebalkan.

Mata lelaki itu seperti mengoyak tubuhnya hingga ke dalam. Dirinya merasa seperti di telanjangi dan seluruh hal yang di sembunyikannya seakan dapat dilihat dengan mudanya.

Dia benci ini.

Kenapa setiap mereka berbicara atau bertemu pandang lelaki itu selalu menatap kedua matanya secara tiba-tiba?

Ah, dia ingin menangis jadinya.

Dia berdehem membersihkan tenggorakannya kemudian mengalihkan pandangannya dengan cepat sebelum otaknya memproses apapun yang akan dipikirkannya.

"Kalau yang ini, biar saya yang menjelaskan."

....

....

Ah.

Chanyeol mengalihkan pandangannya menuju layar laptop yang ada di depannya, kemudian terdiam. Dia membaca tulisan nama seseorang disana kemudian melihat foto yang terlampirkan disampingnya.

Kim Kibum? Dia belum pernah mendengar nama itu di dunia seni yang dia tahu.

"Siapa dia?"

Dia menatap perempuan itu yang tak menjawab pertanyaannya dan hanya memandang lukisan di layar itu dengan sendu. Dia mengangkat bahunya tak ingin peduli lalu memindahkan slide selanjutanya.

....

....

"Ja, mari kita undi bangku kalian! Sudah pertengahan semester, untuk merubah suasana kelas, kita rubah kelas dan pasangan duduknya!"

"Satu meja harus terdiri laki-laki dan perempuan! Kita pisah undiannya!"

Baekhyun menghela napasnya mendengar perkataan wali kelasnya di awal pagi hari itu. Dia bangkit dari duduknya ketika mereka di perintahkan untuk berdiri dan maju ke depan setelah semuanya beres.

"Perempuan ambil kiri, laki-laki ambil kanan."

Teman-teman kelasnya langsung berebutan mengambil kertas undian untuk bangku mereka dan dia diam di belakang dan mengambil apa yang tersisa.

Nomer 20.

Ah, di belakang.

Baekhyun mengangkat kepalanya setelah membaca nomer undiannya kemudian menatap bangku yang akan di tempatinya dan mendapati seseorang sudah duduk disana.

Ah.

Dia tidak tahu harus merasa senang atau tidak sekarang.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang