Chanyeol di panggil oleh keluarganya untuk datang ke rumahnya. Dia mau tidak mau harus datang, meskipun dia tidak terlalu peduli dengan apa yang akan mereka katakan.
Mereka pasti menyuruhnya untuk berpisah dengan Baekhyun.
Dia tidak akan melakukannya.
Chanyeol keluar dari mobilnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah keluarganya setelah memberikan kuncinya pada salah satu pekerja yang menyambut kedatangannya untuk memarkirkannya.
Dia membentulkan pakaiannya sambil berjalan menuju ruang santai keluarganya dimana mereka berkumpul seperti yang salah pelayan informasikan.
"Chanyeol."
Chanyeol berhenti melangkah saat melihat yang ada di ruangan itu.
Keluarganya.
Dan Byun Jin Ki.
Dia menundukkan badannya sebagai sopan santun, kemudian mengambil duduk di samping ibunya yang menyuruhnya duduk disana.
"Seperti yang saya katakan sebelumnya, mohon di pertimbangkan." Jin Ki meletakkan gelas teh yang sedang di pegangnya, kemudian berdiri, membungkukkan badannya sekilas dan pergi dari ruangan itu.
Chanyeol mengerutkan dahinya kemudian menatap kedua orang tuanya dengan penuh pertanyaan.
"Papa sudah pernah bilang padamu bukan? Jika kamu kembali bersama dia, Papa tidak akan menyerahkan perusahaan ataupun warisan padamu."
Chanyeol mengangguk. Dia ingat itu.
"Jadi bagaimana keputusanmu? Kamu sudah bersama lagi dengannya?"
"Jika dibilang kembali bersama, itu belum, namun akan segera terjadi." jawab Chanyeol, "Tapi aku sudah yakin akan tetap bersamanya meskipun aku pernah goyah sedikit."
"Kamu masih bisa berfikir kembali, Chanyeol. Jin Ah masih yang terbaik untukmu."
Chanyeol menatap ibunya.
"Hanya aku yang dapat menentukan siapa yang terbaik yang dapat bersamaku, Bu. Dan aku yakin itu bukan Jin Ah." Jawabnya.
"Lalu kamu yakin bahwa itu Baekhyun? Kamu masih ingatkan siapa yamg membuatmu kecelakaan waktu itu hingga lupa ingatan?"
Chanyeol diam mendengar pertanyaan Ibunya.
"Kamu masih ingat, kan? Dia bahkan tidak pernah muncul selama kamu di rawat rumah sakit."
"Kamu masih ingatkan pernyataannya bahwa dia selama ini telah membohingimu?"
"Kamu masih ingatkan dia -"
"Aku masih ingat dengan jelas, Bu." Potong Chanyeol. "Namun semua itu terjadi karena dia punya alasan dan aku sudah tahu hal itu."
"Meskipun Baekhyun pernah melakukan itu semua padaku, aku percaya itu bukanlah keinginan aslinya. Dia hanya bergerak sebagaimana mestinya, mengikuti alur yang dia percayai bahwa Tuhan inginnya seperti itu. Dan salahnya, dia tidak mengenal kata perubahan. Dia tidak tahu bahwa dia bisa membawa hidupnya lebih baik."
"Dari dulu aku sudah tahu. Dari awal aku memulai hubungan ini dengannya aku sudah tahu-"
"Bahwa hubungan ini dibangun dengan kebohongan dan berbagai hal bisa saja terjadi."
"Namun semuanya bisa kita mulai dari awal kembali. Aku bisa membawa hubungan ini menjadi sesuatu yang baru lagi. Tak ada yang tidak bisa, Bu. Jika kamu gagal dalam satu cara, kamu bisa mencari caranya yang lain."
"Aku ingin jadi orang yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik."
Kedua orang tuanya saling bertatapan, kemudian ibunya menghela napas tidak suka dengan tatapan suaminya.
"Lakukan apapun yang kamu mau. Karena katamu, ini hidupmu dan kamu memang yang paling tahu apa yang kamu inginkan dan butuhkan."
"Tapi ibu masih tidak dapat menerimanya!"
Chanyeol tersenyum mendengar itu. "Tidak apa, Ibu pasti akan mengerti kenapa aku bersikap keras kepala seperti ini nanti ketika bertemu Baekhyun lagi."
Ibunya mendengus dan memalingkan wajahnya.
Chanyeol menatap Papanya yang menatapnya dengan lembut.
Lalu Chanyeol ingat sesuatu.
"Aku beberapa hari atau minggu nanti mungkin tidak akan datang perusahaan."
Papanya bertanya, "Ada apa?"
"Aku akan pergi ke Vienna."
Ibunya kini mengalihkan pandangan dan menatapnya lagi dengan dahi berkerut.
"Ngapain kamu ke Vienna?"
Mereka melihat raut wajah anaknya menyendu dan itu membuat perasaan mereka jadi resah.
"Aku ingin melihat makam anakku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You
FanfictionBisa di bilang. Dirinya sangat bodoh. Mengejar orang yang jelas-jelas sudah membohonginya selama dua belas tahun lebih. Namun dia tidak peduli itu. Karena dia selalu mengejar. Mengejar perempuan itu yang selalu menghindarinya- - Sejak awal mereka me...