Part 4

146 32 38
                                    

Hareun memandang seorang pria berjaket kulit yang mengaku bernama Jin Ju Sik di hadapannya. Walaupun pria itu berkata hanya ingin mengumpulkan informasi darinya, entah mengapa Hareun takut ia akan membuat masalah jika salah memberikan jawaban.

"Jadi, Anda tidak berniat melompat ke sungai?" tanya petugas Jin sambil mencatat sesuatu di bukunya. Hareun menggeleng. "Lalu, apa yang Anda lakukan di jembatan pada tengah malam?"

"Saya pulang kemalaman karena banyak pekerjaan. Jadi, saya berjalan kaki karena sudah tidak ada bus," jawab Hareun. "Tidak ada yang saya lakukan di sana. Saya hanya duduk melepas kepenatan. Itu saja."

"Anda sempat menghubungi Yoseob-ssi. Boleh saya tahu pembicaraan kalian?"

"Saya menghubunginya setiap hari. Entah itu pagi, atau siang, atau malam sekali pun."

Mereka sama-sama menoleh ke arah pintu ketika Dujun muncul.

"Ah, maaf. Saya hanya ingin menemaninya," kata Dujun sambil menutup pintu kembali.

"Yoseob-ssi bilang, Anda sedang memiliki masalah," lanjut petugas Jin.

"Ya." Hareun melirik Yoseob yang sedang memandangnya di samping Dujun. "Saya selalu menceritakan hari-hari yang saya lalui pada Yoseob. Dia tahu semua masalah saya dan selalu membantu untuk mengatasinya."

"Lalu? Apakah masalah ini menjadi pemicu Anda untuk melompat?"

Hareun kembali menggeleng sambil tersenyum. "Itu bukan masalah besar. Saya hanya sedang lelah, dan saya memanjat tembok jembatan hanya untuk mengambil ID card. Sungguh. Anda bisa menanyakannya pada pria yang menolong saya." Hareun menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang mulai terasa nyeri. "Saya meminta tolong padanya, tapi tangan saya tidak sempat mencapai tangannya. Lalu saya terjatuh."

"Ya, saksi juga memberikan informasi seperti itu. Saya hanya ingin mencocokkannya," kata petugas Jin sambil menutup bukunya. "Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya akan kembali jika memang ada perkembangan lebih lanjut."

"Terima kasih," kata Hareun sambil menyalami petugas Jin. "Ah, ya. Bagaimana keadaan pria yang menolong saya? Saya dengar dia juga melompat ke sungai untuk menolong saya."

"Ya, tapi dia baik-baik saja. Saya permisi dulu." Petugas Jin membungkuk, kemudian berbalik, dan menyalami Yoseob dan Dujun. Dujun membukakan pintu untuknya.

"Dujun-ah," panggil Hareun saat petugas Jin sudah keluar dari kamar. Dujun yang hendak ikut keluar, langsung berhenti, dan menoleh ke arah Hareun. "Bisa kau bawa dia keluar bersamamu? Aku ingin beristirahat. Lagi pula, bukankah sudah kubilang, aku enggak ingin bertemu dengannya?"

"Hareun-ah." Yoseob langsung menghampiri Hareun, sementara Hareun merebahkan diri di tempat tidur.

"Dujun-ah, bawa dia bersamamu," ulang Hareun sambil memunggungi Yoseob. Namun, ia tahu Dujun tidak melakukannya. Karena ia mendengar pintu ditutup, tetapi suara Yoseob masih terdengar di belakangnya.

"Hareun-ah, maafkan aku," ucap Yoseob. "Aku bersalah, aku mengabaikanmu. Kau berhak marah padaku, tapi kau harus memberi tahuku bagaimana supaya kau mau memaafkanku."

"Aku sudah memaafkanmu. Jadi, sebaiknya kau keluar. Aku ingin istirahat."

"Hareun-ah..."

"Kubilang, aku ingin istirahat. Apa sekarang kau sudah enggak ingin mendengarku lagi?" tukas Hareun akhirnya.

Yoseob terdiam sesaat. "Hareun-ah, aku sungguh-sungguh minta maaf. Keadaannya sedang enggak memungkinkan waktu itu. Aku sedang bersama Jieun, dan dia..."

"Aku tahu kau bersama Jieun," sela Hareun tidak sabar. Ia berbalik lalu duduk menghadapi Yoseob. "Aku tahu kau pergi mengantar neneknya. Aku mengerti dan aku memaafkanmu. Jangan buat aku terlihat seperti orang yang egois."

Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang