Part 64

87 21 39
                                    

Junhyung mengawasi Hareun berkemas dengan pandangan hampa. Tiba-tiba pagi tadi gadis itu memberi tahu Junhyung bahwa ia akan pindah ke apartemen Gikwang. Junhyung sudah tahu suatu hari hal itu akan terjadi, tetapi entah mengapa ia merasa takkan pernah siap. Padahal Junhyung juga sudah pernah ditinggalkan oleh Hareun, dan ia tidak bisa membayangkan akan melalui hal itu lagi.

"Bisakah kau enggak membawa semuanya?" pinta Junhyung cepat saat melihat Hareun hampir mengosongkan laci pakaiannya.

"Tentu saja aku enggak akan membawa semuanya. Aku hanya ingin merapikannya," balas Hareun.

Junhyung duduk di sandaran sofa dalam diam. Ia tahu, baik merajuk, maupun diam takkan mengubah keputusan Hareun untuk pergi. Hareun menoleh ke arahnya.

"Kenapa kau diam sekali?" tanya Hareun sambil menghampiri Junhyung, walau ia tahu pria itu sedang melakukan mogok bicara padanya.

Bisakah kau enggak pergi? Ingin rasanya Junhyung mengatakan itu, tetapi bibirnya terkunci rapat. Sebagai gantinya, ia meraih pinggang Hareun, lalu memeluknya.

"Ada apa denganmu?" tanya Hareun sambil menepuk punggung Junhyung. "Aku hanya pindah ke apartemen Gikwang yang berjarak tiga puluh menit dari sini."

"Tiga puluh menit itu jauh. Bagaimana kalau aku enggak bisa tidur di malam hari?" tanya Junhyung dengan suara memelas.

"Kita sudah lama enggak tidur bersama, dan kau baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba kau jadi enggak bisa tidur?"

"Bagaimana kalau aku merindukanmu?"

"Kita bertemu setiap hari di kantor. Lagi pula, kau bisa datang menemuiku ke rumah Gikwang."

Junhyung membenamkan wajahnya di bahu Hareun tanpa menjawab. Hareun kembali menepuk-nepuk punggungnya sambil tertawa.

"Aku akan datang sesekali. Kau bersikap seolah aku akan pergi jauh," kata Hareun sambil melepaskan pelukannya. "Ayo, bukankah kau akan pergi ke gym bersama Yoseob?"

Junhyung turun dari sofa lalu membawa koper Hareun keluar. Ia mengantar gadis itu ke apartemen Gikwang dan menurunkannya di depan gedung.

"Jangan terlambat makan, jangan tidur terlalu malam, jangan minum-minum tanpa sepengetahuanku," kata Junhyung sambil menurunkan koper Hareun dari bagasi.

"Aku tahu," balas Hareun sambil tertawa. "Sampai besok."

Hareun melambaikan tangan ke arah Junhyung lalu menyeret kopernya masuk ke apartemen. Junhyung menunggu hingga Hareun menghilang dari pandangan, sebelum akhirnya kembali masuk ke mobilnya, dan melaju pergi. Ia sudah janjian dengan Yoseob. Anak itu sedang pemanasan di depan cermin saat Junhyung tiba.

"Oh, kau sudah datang?" sapa Yoseob tanpa melepaskan pandangan dari cermin. "Kau jadi mengantar Hareun ke apartemen Gikwang?"

"Mm-hm, aku langsung ke sini setelah mengantarnya," jawab Junhyung.

"Lalu, kenapa kau lesu begitu?" tanya Yoseob sambil melirik Junhyung melalui cermin. "Yah, kau enggak bisa terlalu posesif padanya seperti itu. Ini keputusan yang terbaik untuknya. Kau tahu bagaimana perasaanku saat melihat dia dipukul oleh ibunya sendiri?"

"Aku tahu," balas Junhyung. "Aku hanya... dia menghabiskan waktunya di rumahku sejak kedatangannya ke Seoul. Sejak itu aku hanya bisa tidur nyenyak kalau ada Hareun di sana. Bagaimana aku bisa menjalani hari-hariku tanpa dia?"

Yoseob menoleh. "Oh, kau sudah datang?"

Junhyung ikut menoleh. Gikwang terhenti saat ia bertemu pandang dengan Junhyung. Junhyung melengos setelah menyadari tujuan Yoseob mengajaknya ke gym jam segini.

Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang