"Pasien hanya mengalami dehidrasi, tidak ditemukan hal-hal aneh di tubuhnya. Jadi, ini murni karena tidak ada asupan cairan selama tiga hari berturut-turut," jelas dokter. "Tidak ada yang perlu dicemaskan. Setelah pasien bangun nanti, dia sudah boleh pulang, dan harus beristirahat di rumah selama beberapa hari."
"Baik, terima kasih, Dok," kata Gikwang. "Dengar, kan? Junhyung enggak apa-apa. Jadi, kau enggak perlu mencemaskannya lagi."
"Gikwang-ah," Terdengar suara Yoseob dari arah pintu ruangan. "Bagaimana keadaannya? Kenapa kalian baru menghubungiku?"
"Kami enggak ingin membuatmu cemas. Kami juga enggak memberi tahu siapa-siapa selain kau," jawab Gikwang. "Junhyung hanya dehidrasi. Entah kenapa dia bisa terkurung di kamarnya sendiri selama tiga hari."
"Apa dia enggak menceritakan sesuatu atau berbuat aneh waktu kalian terakhir bertemu?" tanya Hareun.
"Enggak ada," jawab Yoseob. "Apa dokternya mengatakan dia harus dirawat?"
"Enggak perlu, kita hanya perlu menunggunya bangun. Perawat sudah mengganti botol infus, tapi dia masih belum sadar," jawab Gikwang.
"Lebih baik kalian sarapan dan mencari sesuatu yang hangat. Sekarang sudah pukul sembilan pagi, Hareun enggak boleh terlambat makan. Biar aku yang menunggu di sini," kata Yoseob. "Oh iya, ini kubawakan mantelmu."
Hareun menerima paper bag berisi mantel yang disodorkan oleh Yoseob. Ia meremas tangan Junhyung yang sejak tadi dipeganginya sebelum bangkit. Sebenarnya Junhyung tidak ingin melepaskannya, tetapi ia tidak bisa melakukannya, dan akhirnya membiarkan Hareun pergi bersama Gikwang.
Yoseob duduk di kursi menggantikan Hareun. Pria itu tidak terlihat kaget begitu melihat Junhyung membuka matanya.
"Tidurmu nyenyak?" tanya Yoseob. "Kenapa kau melakukannya?"
"Aku enggak melakukan apa-apa," balas Junhyung.
Yoseob menghela napas. "Aku tahu perasaanmu. Hareun pernah begitu memperhatikanmu, tapi sekarang perhatiannya hanya pada satu pria. Aku pun begitu. Dulu aku selalu menjadi orang pertama yang dicarinya, apapun yang dia lakukan, apapun yang terjadi padanya. Sekarang dia memiliki pria lain yang selalu ada untuknya, dan sudah enggak membutuhkanku lagi."
Junhyung terdiam. Berbaring sepanjang malam dengan Hareun yang tidak pernah lepas dari Gikwang, membuat Junhyung merasa sesak. Ia mengira seiring berjalannya waktu ia akan bisa melaluinya, ternyata tidak.
"Waktu pulang dari rumah ibuku kemarin, tiba-tiba aku merasa terpuruk," kata Junhyung pelan dengan pandangan menerawang. "Kenyataan bahwa Hareun memutuskan untuk tinggal karena orang lain memukulku untuk kesekian kalinya. Meskipun dia bilang dia pernah menyukaiku, tapi ternyata selama ini pria yang ada di hatinya bukan aku. Kali ini yang terburuk, karena aku terus teringat bahwa dia sedang pergi bersama pria lain—yang seharusnya adalah aku."
"Tapi kau harus benar-benar merelakannya," kata Yoseob sambil menepuk-nepuk lengan Junhyung. "Hareun berada dalam masa paling bahagia yang pernah kulihat. Gikwang juga bahagia, dia terlihat begitu menyayangi Hareun. Sebagai keluarga dari keduanya, kita harus mendukung mereka dan ikut berbahagia."
"Menurutmu aku bisa melakukannya?"
"Tentu saja. Kalau kau seperti ini terus, Hareun akan terus mencemaskanmu. Kau tahu, dia merasa bersalah karena mengira kau berbuat hal bodoh karena dirinya."
Junhyung belum sempat menjawab karena seorang perawat datang lalu memanggil dokter yang tadi menanganinya. Setelah memeriksanya, akhirnya dokter mengizinkan Junhyung pulang dengan sederet wejangan, sementara perawat melepas infus di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
Hayran KurguSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...