Part 35

117 28 62
                                    

"Apa kau akan membenciku dan mengusirku lagi kalau aku mengatakan aku enggak bisa menikahimu?"

Junhyung hanya bisa termangu saat Hareun mengatakan hal itu padanya semalam. Dengan kedua lengan kecil yang memeluk lehernya, telapak kaki dingin yang memijak kakinya, serta embusan napas hangat di telinganya, Junhyung tidak bisa berbuat apa-apa selain balas memeluk pinggang Hareun. Ia ingin mengatakan pada Hareun untuk tidak perlu mencemaskan hal itu, tetapi Hareun melepas pelukannya.

"Aku hanya akan tinggal di sini selama satu atau dua minggu lagi, hingga visa milik Yoseob selesai—kalau kau enggak keberatan."

Junhyung menghela napas panjang. Walau ia sudah berusaha meyakinkan bahwa Yoseob tidak ada hubungannya dengan keinginannya untuk menikahi Hareun, tetapi gadis itu seolah-olah tidak mendengarkan ucapannya. Apa yang membuatnya berubah pikiran dalam waktu semalam? Padahal Hareun mengatakan akan mempertimbangkannya, secepat itukah dia mengambil keputusan? Apakah karena Junhyung masih belum memberinya cincin seperti yang dia inginkan?

Mereka tidur terpisah malam itu, membuat Junhyung terjaga di tempat tidurnya sepanjang malam. Ia bahkan berkali-kali menghampiri kamar kerjanya untuk melihat Hareun yang tidur di sofa putihnya. Ia ingin sekali memeluk gadis itu dan memintanya untuk tidak pergi darinya. Namun, sepertinya sebuah pernikahan pun tidak akan membuat Hareun tetap tinggal. Sekarang apa lagi yang harus Junhyung lakukan?

"Yong~"

Junhyung menoleh dan melihat Yoseob berjalan menghampirinya dengan handuk putih di lehernya. Seluruh beban seolah terangkat dari bahu Junhyung setelah melihat Yoseob, padahal ia belum bercerita apa-apa.

"Kenapa kau duduk di sepeda, tapi enggak bersepeda?" tanya Yoseob sambil menunjuk sepeda statis yang dinaiki oleh Junhyung.

Junhyung tidak menjawab. Ia memang tidak terlalu menyukai berolahraga dan sering datang ke gym hanya agar bisa bertemu Yoseob.

"Ada apa? Kau diam sekali," Yoseob naik ke sepeda di sebelah Junhyung lalu mulai mengayuh.

"Sebenarnya...," Junhyung terdiam sesaat. "Hareun menolakku."

"Ah, begitu?" sahut Yoseob sambil melirik Junhyung sesaat.

"Kenapa responmu hanya begitu?" protes Junhyung.

"Lalu, aku harus bilang apa? Bukankah Hareun sudah tahu ibumu menentangnya?"

Junhyung merengut. "Iya, sih." Ia melirik Yoseob. "Dia mengira kau yang memintaku untuk menikahinya."

"Lagi? Kenapa anak itu selalu menyalahkanku?" sungut Yoseob.

"Lagi?" ulang Junhyung bingung.

"Ah, maksudku, kau sudah pernah mengatakan pada Hareun bahwa kau enggak bisa menikahinya, juga bahwa ibumu enggak menyukainya. Kau marah-marah dan mengusirnya. Sekarang tiba-tiba kau memintanya untuk menikah lagi, tentu saja dia akan curiga."

"Aku marah padanya karena melihat fotonya dengan Yongchun Hyung. Sekarang setelah aku tahu yang sebenarnya, tentu saja aku ingin memperbaiki kesalahanku!"

"Kurasa enggak akan mudah membujuknya dengan cara seperti itu. Kau kan enggak tahu alasan dia enggak ingin berlama-lama di negara ini."

"Memangnya kau tahu?"

Yoseob hanya mengangkat bahu sambil terus mengayuh sepedanya.

"Kapan visamu akan selesai?" tanya Junhyung.

"Entah kapan. Aku enggak pernah mengajukannya," jawab Yoseob santai. Mata Junhyung langsung melebar.

"Kau membohonginya?"

Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang