Disclaimer :
Seluruh cerita ini adalah fiksi atau karangan belaka. Jadi, ada beberapa karakter yang ditampilkan dengan kepribadian yang bertolak belakang dengan aslinya, baik protagonis maupun antagonis. Kasus yang sedang dibahas juga fiksi, tidak ada kaitannya dengan skandal yang sedang ramai diperbincangkan di Korea, dan dipublish jauh sebelum skandal tersebut naik ke permukaan (silakan cek kembali tanggal publish di cerita sebelumnya).
💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡
Pagi itu, Hareun sedang sibuk membuat sarapan di dapur. Tak lama kemudian, ia membawa dua piring berisi nasi goreng dengan telur mata sapi, dan menghampiri Yoseob yang sedang duduk di ruang tamu.
"Ah, beritanya cukup ramai juga," gumam Yoseob yang sedang sibuk menatap ponselnya sejak tadi.
"Berita apa?" tanya Hareun sambil meletakkan piring di depan Yoseob.
"Ah, itu—berita Bae Yongchun," jawab Yoseob, entah mengapa terlihat gugup. Namun, Hareun langsung menangkap gelagat anehnya.
"Apa ada sesuatu?" tanya Hareun.
Yoseob melirik Hareun sesaat. "Enggak ada. Hanya... Hanya..."
"Kau tahu aku berhubungan dengan kasusnya juga, kan?"
Yoseob meletakkan ponselnya menggaruk-garuk kepalanya. "Artikelnya menceritakan tentang perkembangan kasus ini, lalu... lalu... ada beberapa komentar yang kurang menyenangkan," jawabnya. Hareun mengernyitkan dahi. "Kau enggak perlu memikirkannya. Kebanyakan orang-orang hanya bersembunyi di balik layar komputer mereka dan mengetikkan hal-hal yang enggak pantas."
"Apa komentarnya mengenai aku?"
Yoseob memandang Hareun dengan mulut terbuka, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar.
"Bacakan untukku," tuntut Hareun.
Yoseob kembali meraih ponselnya kemudian berdehem. "Karena artikelnya mengatakan hanya ada satu saksi mata, jadi beberapa orang berkomentar, bagaimana bisa seseorang dituduh melakukan pelecehan hanya dengan kesaksian satu orang. Lalu... Lalu beberapa berpendapat bahwa saksinya bisa saja dibuat-buat oleh pihak pelapor untuk menjatuhkan seseorang." Yoseob melirik Hareun lalu kembali meletakkan ponselnya. "Kau enggak perlu membaca komentar di internet. Itu hanya akan membuang-buang waktu."
Hareun tidak menyahut. Ia memandangi sendok di tangannya. Bagaimana bisa orang-orang berpikiran seperti itu?
"Sudah kubilang, enggak usah dipikirkan," kata Yoseob sambil meraih tangan Hareun. "Aku akan berusaha mencari kabar terbarunya untukmu. Jadi, kau enggak perlu mencemaskannya."
Hareun mengangguk segan. Setelah sarapan, Yoseob pergi ke kamarnya, lalu keluar dengan kemeja ungu bergaris-garis. Ia menghampiri Hareun yang sedang mencuci piring di dapur.
"Aku harus pergi sebentar. Ada tugas dari Dujun yang harus kukerjakan. Kau enggak apa-apa kutinggal sendirian?" tanya Yoseob.
Hareun mengangguk.
"Atau kau ingin ikut denganku?"
Hareun menggeleng. "Ada beberapa artikel yang harus aku input."
"Baiklah. Hubungi aku kalau kau memerlukan sesuatu."
Hareun mengangguk. "Hati-hati di jalan."
~***~
Dongwoon tidak melepaskan pandangannya dari komputer di depannya. Keningnya berkerut dan ia berdecak tanpa henti.
"Kau sedang lihat apa?"
Dongwoon mendongak kaget ke arah Junhyung yang baru saja tiba di lantai tiga. Wajahnya semakin cemas melihat Hyung-nya itu melangkah lesu dengan wajah pucat dan kantung hitam di bawah matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/173842706-288-k69859.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
Fiksi PenggemarSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...