Hareun mengernyit saat perawat melepaskan infus di tangannya. Ia mengawasi Gikwang yang sedang ikut mendengarkan instruksi dari dokter Oh kepada Yoseob. Sepertinya semalam Gikwang mengatakan sesuatu padanya mengenai ... menjadi miliknya? Hareun tidak yakin, tetapi dia juga malu untuk menanyakannya. Bagaimana jika dia salah dengar?
Bagaimana pun, Gikwang sudah memiliki kekasih. Tadi pagi saat Hareun terbangun, ia tidak sengaja mendengar Gikwang sedang berbicara di telepon. Gikwang mengatakan bahwa ia juga merindukan orang di telepon itu—siapapun dia—dan berjanji akan menemuinya. Bahkan telepon itu diakhiri dengan kata-kata "Saranghae".
Hareun merasa sedih mendengarnya, tetapi ia juga merasa bersalah karena membuat Gikwang mengkhianati kekasihnya. Hareun tidak ingin dianggap sebagai perusak hubungan orang lain. Lagi pula, apapun yang dikatakan Gikwang padanya semalam tidak akan mengubah apa-apa.
"Kenapa kau masih bersikeras untuk pergi?" tanya Yoseob tidak sabar setelah dokter Oh dan perawatnya meninggalkan mereka.
Hareun menggigit bibir bawahnya, menghindari pandangan Gikwang dan Yoseob. Tepat pada saat itu Dujun masuk ke dalam kamar setelah menyelesaikan urusan administrasi.
"Ada apa? Kenapa suasananya tegang sekali?" tanya Dujun.
"Hareun tetap ingin kembali ke Indonesia," jawab Yoseob.
Dujun memandang Hareun. "Baiklah," katanya. "Aku enggak akan memaksamu untuk tinggal. Lagi pula, bukankah tujuan awalmu bekerja dengan kami memang untuk mengumpulkan biaya pulang? Ya, kan?"
"Dujun-ah!" protes Gikwang dan Yoseob bersamaan.
"Aku tahu kau sudah memesan tiket, tapi tiketmu hangus karena kau batal berangkat, dan uangnya enggak bisa dikembalikan," lanjut Dujun. "Aku juga tahu kau masih punya cukup uang untuk membeli tiket lagi, tapi bisakah kau tinggal sedikit lebih lama? Maksudku, di perusahaan lain pun kau harus mengajukan pengunduran diri minimal satu bulan sebelumnya. Paling enggak, kau harus memberi waktu untuk Yoseob mencari pengganti dirimu."
Hareun menunduk. Ia memang sempat memikirkannya semalam setelah mendengar bahwa Bae Yongchun dilaporkan ke polisi. Walaupun statusnya belum dapat dipastikan, tetapi tidak mungkin pria brengsek itu akan kembali mengganggunya, kan?
"Baiklah, aku akan tinggal sebentar lagi. Hanya sampai Yoseob mendapatkan penggantiku," tambah Hareun. "Lagi pula aku juga harus menggantikan biaya rumah sakit ini ..."
"Hareun-ah."
"Tapi... aku enggak ingin tinggal bersama Junhyung lagi," lanjut Hareun.
"Lalu, kau mau tinggal di mana?" tanya Dujun.
"Di mana saja, asalkan bukan di sana," jawab Hareun. "Aku bisa ... mencari goshiwon atau penginapan lain."
"Enggak, enggak," sahut Yoseob cepat. "Aku akan membawamu ke rumahku. Dujun sudah memberi ijin kemarin. Iya kan, Dujun-ah?"
"Aku enggak bisa tinggal di rumahmu," tolak Hareun. "Maksudku, bagaimana dengan Jieun nanti?"
"Kenapa kau mencemaskan Jieun? Kau kan akan tinggal di rumahku, bukan di rumahnya," sungut Yoseob. "Pokoknya, kau akan tinggal denganku. Aku akan mengantarmu pulang, lalu aku akan ke rumah Junhyung untuk mengambil barang-barangmu."
"Biar aku yang pergi mengambilnya," sahut Gikwang.
"Enggak perlu. Aku yang akan pergi mengambilnya sendiri nanti," tolak Hareun tanpa melihat ke arah Gikwang.
"Enggak apa-apa. Kalau barangmu banyak, aku bisa kembali lagi untuk mengambilnya," kata Gikwang.
"Enggak, kok. Aku sudah mengemas pakaianku kemarin," kata Hareun. "Hanya ada satu tas. Itu saja, enggak perlu membawa yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
FanfictionSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...