Part 67

89 20 53
                                    

~ Kukira aku sedih karena seri ini mendekati akhir.

Ternyata bukan hanya karena itu.

Sepertinya ketertarikan teman-teman dalam membaca seri ini juga ikut berakhir.

Gak sedikit pembaca yang pergi dan belum kembali. Belum, karena aku percaya kalian akan datang lagi.

Lalu teman-teman yang gak lagi meninggalkan komentar. Mungkin karena terlalu bosan sehingga gak ada yang perlu dikomentari lagi di ceritaku.

Mungkin teman-teman juga malas menunggu update yang gak tentu. Percayalah, aku pun pengen update secara teratur, tapi keadaan yang kadang beberapa hari enggak sempat untuk nulis 1 part pun. Atau karena writer block, karena sesungguhnya menulis satu part itu gak semudah membacanya.

Untuk teman-teman yang sudah merasa jenuh, cerita ini akan segera berakhir, kok. Kira-kira 3-4 part lagi. Beneran.

Mungkin jalan cerita atau ending-nya nanti bisa gak sesuai dengan harapan kalian, gak sesuai dengan keinginan kalian, tapi aku juga gak bisa selalu memenuhi keinginan setiap pembaca. Jadi, kuharap teman-teman tetap menikmati sampai akhir.

Aku gak akan maksa teman-teman untuk vote atau komentar, lakukan aja senyaman kalian. Untuk kalian yang merasa gak enak karena sering kebanyakan komentar, ketahuilah, aku senang berbalas komentar dengan kalian.

Untuk kalian yang masih setia hingga akhir, saranghae ❤ ~

🍀

"Noona, apa kalian akan berangkat ke Indonesia besok?" tanya Key.

"Ya, mereka butuh tour guide yang mengenal Jakarta, dan yang mengenal mereka dengan baik," jawab Hareun sambil menyeringai.

"Tapi kau akan kembali, kan? Apa kau berniat untuk pindah ke sini?"

"Umm, aku berencana untuk memperpanjang lima tahun lagi, sebelum aku benar-benar memutuskan untuk pindah atau enggak."

"Ah, begitu. Kalau begitu, sampai bertemu sebulan lagi, Noona." Key bangkit lalu memeluk Hareun. "Berjanjilah kau akan benar-benar kembali. Hanya kau harapanku jika kelima Hyung pergi militer."

Hareun menepuk-nepuk punggung Key. Padahal Hareun hanya pergi sebentar, rasanya seolah-olah ia akan pergi jauh, dan tidak kembali lagi.

Hareun langsung beristirahat di rumah sepulang kerja. Ia lelah dan pusing setelah mengepak kopernya. Hareun lebih cepat merasa lelah semenjak hamil, dan ia harus meminum penambah darahnya setiap hari. Ia juga sudah menyiapkan surat izin terbang dari dokter, kalau-kalau ia membutuhkannya.

Hareun merasa bersemangat dan gugup di saat bersamaan. Ia berniat memberi tahu Gikwang mengenai kehamilannya di Jakarta nanti, setelah Dujun dan yang lainnya pulang lebih dulu. Gikwang memang berencana tinggal bersama Hareun selama seminggu di Jakarta, karena Hareun berencana mengajak Gikwang mengunjungi makam ibunya.

Di dalam pesawat pun Hareun tidak bisa menyembunyikan kecemasannya, sehingga ia merasa sesak disertai keringat dingin.

"Kau enggak apa-apa?" tanya Gikwang khawatir. "Apa ada yang sakit?"

"Aku enggak apa-apa," jawab Hareun sambil memejamkan matanya. "Aku hanya perlu tidur, setelah itu aku akan baik-baik saja."

Hareun tidur sambil memegangi tangan Gikwang. Mama, semua akan baik-baik saja, kan?

~***~

"Wah, di sini panas sekali. Padahal baru bulan Juni," keluh Yoseob saat mereka melangkah keluar dari bandara.

Hareun memandang berkeliling sambil menghirup udara di sekitarnya. Ah, ini dia udara Jakarta yang bertahun-tahun ditinggalkannya. Rasanya sama saja, hanya lebih panas dibandingkan di Korea.

Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang