Hareun melangkah masuk ke unit apartemen Junhyung lalu membuka sepatunya. Ia membawa belanjaannya ke dapur dan meletakkannya di atas meja. Dilihatnya dua buah kotak pizza di atas meja makan.
"Apa Junhyung sudah di rumah?" gumam Hareun. Ia sedang memasukkan minuman kaleng yang dibelinya ke dalam kulkas ketika tiba-tiba pinggangnya dipeluk dari belakang.
"Kenapa kau baru pulang?" tanya Junhyung sambil menciumi bahu Hareun.
"Aku pergi dengan Yoseob tadi," jawab Hareun sambil menutup pintu kulkas lalu berbalik menghadap Junhyung. Pria itu membungkuk untuk menciumnya, sementara Hareun melingkarkan lengannya di leher Junhyung. Hareun selalu terpaksa berjingkat setiap kali mencium Junhyung karena prianya itu terlalu tinggi untuknya.
Junhyung mengangkat Hareun dan mendudukkannya di atas meja dapur. Pria itu menyapukan bibirnya ke pipi dan leher Hareun, seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu.
"Kau wangi krim pencukur," kata Hareun sambil mengusap rahang Junhyung dengan lembut.
"Kenapa kau sering melakukan itu?" bisik Junhyung. Ia mengecup bibir Hareun. "Kau tahu kan kalau aku enggak bisa menahan diriku setiap kali kau menyentuhku?"
"Bukankah karena itu kau ingin menikahiku?"
Jemari Junhyung yang sedang membuka kancing blus Hareun langsung terhenti. "Kau pikir aku ingin menikahimu hanya karena ingin disentuh olehmu setiap hari? Kau jahat sekali."
Hareun tersenyum, sementara Junhyung melanjutkan kesibukannya. Kemudian Hareun menyadari sesuatu.
"Memangnya kita jadi menikah?" tanya Hareun bingung.
"Tentu saja."
Hareun mendorong Junhyung dan memandangnya dengan bingung. "Kapan aku setuju akan menikah denganmu?"
Junhyung meraih wajah Hareun dengan kedua tangannya. "Apa yang kau bicarakan? Kita sudah mempersiapkannya selama berbulan-bulan. Sekarang kau mengatakan kapan kau setuju menikah denganku? Apa kau sedang mencoba mengulur-ngulur lagi?"
"Berbulan-bulan?" ulang Hareun kaget. "Tapi... bukankah kita baru selesai dengan B-Bae Yongchun sebulan yang lalu? Dan kau juga... mengusirku...."
"Yongchun Hyung? Ada apa dengannya? Apa dia melakukan sesuatu padamu?"
"Apa?" Hareun menatap mata Junhyung di hadapannya. Pria itu terlihat cemas. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa selama ini aku berhalusinasi?"
"Mungkin kau hanya cemas memikirkan pernikahan kita yang semakin dekat. Aku bisa mengerti. Banyak orang yang stres karena memikirkan persiapannya."
"Kapan kita akan menikah?"
"Minggu depan."
"Minggu depan?"
Junhyung mengangguk lalu tersenyum. "Aku tahu. Kukira hari itu besok, ternyata masih beberapa hari lagi. Rasanya lama sekali, kan? Aku juga sudah enggak sabar." Junhyung mengecup bibir Hareun. "Aku sudah enggak sabar untuk memanggilmu sebagai istriku."
Hareun tertegun, sementara bibir Junhyung kembali menjelajahi setiap jengkal kulitnya. Jadi, selama ini ia bermimpi, dan terbangun tanpa mengingat keadaan sekitarnya? Atau ia berhalusinasi dan tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi padanya selama ini?
Hareun mendesah dan memejamkan matanya. Lalu, bagaimana hubungannya dengan Gikwang? Apa itu juga khayalannya semata? Dada Hareun terasa nyeri. Jadi, usai sudah pengharapannya pada Gikwang, karena dalam beberapa hari ia akan menikahi sahabatnya. Hareun tidak tahu apakah ia harus merasa senang atau merasa sedih mengetahui kenyataan ia akan segera menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
FanfictionSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...