Sore itu Hareun sedang bersantai di tempat tidur sambil membaca novel berbahasa Inggris yang dibelikan Yoseob kemarin. Rupanya pria itu juga mengetahui bahwa Hareun pernah melarikan diri ke kafe perpustakaan. Yoseob memutuskan untuk membelikan beberapa buku agar dapat memastikan Hareun tetap berada di kamarnya. Entah dari mana Yoseob mendapat pemikiran bahwa Hareun bisa pergi kapan saja tanpa sepengetahuannya.
Hareun menoleh ke arah ponsel yang diletakkan di sampingnya. Nama Dujun berkedip-kedip di layarnya. Hareun buru-buru menutup bukunya lalu meraih ponselnya. Ia sengaja berjaga-jaga karena takut melewatkan telepon dari leader-nya itu lagi.
"Oh, Dujun-ah. Ada apa?" tanya Hareun.
"Hareun-ah,"
Hareun tertegun. Debar di jantungnya tidak bisa membohonginya saat mendengar suara Gikwang dari ponsel di telinganya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Gikwang.
"A-aku baik-baik saja," jawab Hareun gugup. Bahkan wajahnya ikut memanas.
"Aku sudah keluar dari rumah sakit hari ini."
"Oh ya? Kau sudah sehat?"
"Aku sudah lebih baik."
Hareun mengangguk-angguk. "Syukurlah. Kau masih harus beristirahat. Jangan bekerja terlalu keras."
"Kau enggak ke sini untuk menemuiku?"
Hareun terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.
"Kau pergi begitu saja karena marah padaku?" tanya Gikwang lagi. "Maaf karena kemarin aku berpura-pura masih belum sadarkan diri. Aku takut kau akan pergi dariku. Aku takut kau menghindariku lagi, tapi aku bisa mendengarmu."
Hareun tercengang. Jadi, waktu itu Gikwang memang sudah sadar?
"Hareun-ah, kau masih di sana?" tanya Gikwang.
"I-iya," jawab Hareun.
"Kau marah padaku?"
"Enggak."
"Lalu, kenapa kau enggak datang lagi setelah itu?"
"Aku datang ke kamarmu waktu itu, bersama Sejeong."
Gikwang terdengar terkesiap. "Jadi, kau benar-benar ada di sana?" tanyanya. "Tapi Gayoon bilang Sejeong hanya sendirian."
"Aku sedang ke toilet dan menyuruh Sejeong pergi lebih dulu," jawab Hareun. "Tapi saat aku kembali, dia bilang kau enggak ingin bertemu siapa pun, walaupun dia sudah memakai namaku."
"Maaf, Hareun-ah. Aku memang meminta Gayoon menyampaikan seperti itu, karena kupikir Sejeong sengaja memakai namamu, dan membohongiku."
"Sungguh? Bukan karena kau sedang bersama Gayoon?" tanya Hareun, tidak bisa menyembunyikan kejengkelan pada suaranya.
"Enggak, lah," jawab Gikwang. "Selagi kita membahasnya, ada yang sudah lama ingin kujelaskan mengenai aku dan Gayoon. Kami—"
"Gikwang-ah," sela Hareun. "Kau enggak perlu menjelaskan apa-apa. Aku enggak peduli ada hubungan apa antara kau dengan Gayoon."
"Benarkah?"
"Kau enggak perlu mencemaskanku. Aku akan pergi sebentar lagi. Jadi, kau bisa menjalani hubunganmu dengannya tanpa perlu memikirkan hal lain."
"Apa?"
"Lebih baik kau enggak menghubungiku lagi. Kau harus menghargai perasaannya. Enggak ada perempuan yang suka kalau kekasihnya terlalu sering menghubungi perempuan lain. Lagi pula, kencan kita waktu itu juga enggak sungguh-sungguh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
FanfictionSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...