Part 62

79 16 23
                                    

Junhyung menyelimuti Hareun lalu duduk di sampingnya sambil menghela napas panjang. Untunglah tadi dia menemukan Hareun tepat waktu saat gadis itu pingsan di pinggir jalan dekat kantor mereka. Junhyung langsung membawa Hareun ke rumah sakit dan ternyata lagi-lagi lambungnya yang bermasalah karena tidak diisi. Apa yang dipikirkan gadis itu?

Ponsel di saku Junhyung bergetar. Junhyung mengeluarkannya dan melihat nama Yoseob di layarnya.

"Junhyung-ah, bagaimana keadaan Hareun?" tanya Yoseob.

"Kami sudah pulang. Tadi dia sudah diinfus dan sekarang sedang tidur," jawab Junhyung pelan. "Ada apa dengannya? Apa dia masih memikirkan Gikwang? Memangnya kau enggak memberi tahunya kalau kita sudah memberi klarifikasi?"

"Dujun dan aku sudah memberi tahunya, tapi dia memang baru melihat fotonya waktu kami pergi minum kemarin itu."

Ingin rasanya Junhyung memarahi Yoseob, tetapi ia menahan diri karena Hareun sedang beristirahat.

"Aku pergi menjemput Gikwang di kantor tadi," kata Yoseob lagi. "Dia sendiri basah kuyup karena kehujanan dan sekarang sedang demam. Mungkinkah mereka bertengkar dalam hujan seperti di dalam drama?"

"Gikwang sudah pulang?" tanya Junhyung.

"Oh, dia baru tiba hari ini lalu langsung ke kantor untuk menemui Hareun."

Junhyung mengernyitkan dahi. Kenapa dia tidak ingat melihat Gikwang di kantor tadi? Junhyung mengusap tangan Hareun yang sedang dipegangnya, lalu ia menyadari sesuatu. "Hareun enggak memakai cincinnya."

"Apa?"

"Cincin dari Gikwang. Dia enggak memakainya."

Yoseob terdengar terkesiap. "Apa mereka putus? Oh, jangan. Aku tahu Hareun sudah menemukanmu dan ayahmu, tapi mengingat enggak ada yang bisa kalian lakukan, hanya Gikwang harapan kita agar Hareun tetap tinggal!"

Junhyung berdecak. "Enggak usah mencemaskannya. Aku akan mencari cara. Aku enggak ingin menggantung harapan pada Gikwang. Dia akan kuberi pelajaran."

"Yah, Junhyung-ah—"

Junhyung langsung mengakhiri teleponnya dengan jengkel. Dasar Gikwang, tidak merasa bersyukur karena Hareun sudah memberikan hatinya. Gikwang justru mempermainkan gadis itu dan membuatnya terluka seperti ini. Junhyung melepaskan pegangannya dari tangan Hareun, tetapi gadis itu menahannya.

"Junhyung-ah..."

Junhyung langsung mendekat ke arah Hareun. "Hm? Kau butuh sesuatu?"

"Peluk aku," gumam Hareun dengan mata terpejam.

Junhyung tertegun selama beberapa saat. Namun, ia segera berbaring di samping Hareun, dan memeluknya. Junhyung merasa terluka saat mendengar napas gadis itu di dekat telinganya.

"Rasanya nyaman sekali," gumam Hareun. "Aku sudah enggak memiliki siapa-siapa untuk bersandar. Yoseob terluka karena aku, kau enggak mau berhubungan dengan perempuan lain karena aku, dan Gikwang terjebak denganku. Aku sudah kehilangan kalian."

"Jangan bilang begitu. Aku enggak pernah meninggalkanmu," sungut Junhyung.

"Mm, aku tahu. Apa sekarang hanya kau yang aku miliki?" Hareun mempererat pelukannya. "Junhyung-ah, apa kau masih menyayangiku?"

"Tentu saja," jawab Junhyung dengan dada berdebar-debar.

"Kalau begitu, biarkan aku pergi—"

Junhyung mendesah. "Ah, jangan mengancam untuk pergi lagi."

"Aku sungguh-sungguh. Aku enggak bisa seperti ini terus. Hidup kalian akan lebih baik kalau aku enggak ada di sini. Sejak awal... sejak awal kalau aku enggak di sini, enggak akan ada yang terluka. Enggak akan ada masalah yang melibatkan kalian. Aku membawa kutukan dari ibuku, selamanya aku akan membawa pengaruh buruk bagi semua orang."

Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang