Part 18

145 28 77
                                    

Junhyung berdiri sambil memandang hamparan laut di depannya dengan alat pancing di tangannya. Entah sudah berapa lama dia berdiri di sana tanpa menyadari umpannya dimakan ikan atau tidak. Ia sendiri tidak tahu apa yang mengganggu pikirannya sejak semalam. Mungkinkah semua kisah yang diceritakan Hareun membuatnya merasa bersalah karena telah mengusirnya? Tunggu—apa dia benar-benar merasa bersalah? Jadi, benar perkiraan Hareun, bahwa Junhyung hanya merasa bersalah padanya?

"Yah, Junhyung-ah~"

Lamunan Junhyung buyar. Ia segera berpura-pura fokus pada alat pancingnya saat Yoseob yang baru saja kembali dari bersepeda mendatanginya. Yoseob memarkir sepedanya kemudian menghampiri Junhyung.

"Kau sudah mendapat berapa banyak?" tanya Yoseob sambil melongok ke arah ember di dekat kaki Junhyung. "Yah, kau sudah lama di sini, dan belum mendapat apa-apa?"

"Aku mendapat banyak rumput laut sejak tadi," jawab Junhyung.

"Bagaimana kau melakukannya? Aku mau mencobanya."

"Sini, cobalah," kata Junhyung sambil menyodorkan alat pancingnya pada Yoseob.

"Aku pernah merusakkan alat pancing sebelumnya."

Junhyung tetap mengajarkan Yoseob cara memancing, walau ia harus mengawasinya dengan gugup. Namun, kailnya menyangkut di antara bebatuan ketika Yoseob baru saja melemparkan umpannya. Yoseob langsung memandang Junhyung dengan tatapan bersalah.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Yoseob.

"Kita harus memotongnya," jawab Junhyung sambil mengambil alat pancingnya kembali dari tangan Yoseob. "tapi karena kita sudah enggak punya kail, berarti kita harus pulang."

"Jadi, aku membuat acara memancingmu selesai?"

"Ya, itu gara-gara kau. Padahal aku bisa mendapat ikan kalau aku menunggu sedikit lebih lama lagi."

Setelah merapikan alat pancingnya, Junhyung dan Yoseob menghampiri sepeda yang dinaiki Yoseob tadi untuk pulang.

"Yah, karena kau pernah hampir membuat kita terjatuh saat memboncengku, jadi kali ini aku yang akan mengendarai sepedanya," kata Junhyung.

Setelah memberikan alat pancingnya pada Yoseob, Junhyung duduk di depan, sementara Yoseob duduk di belakangnya. Mereka bersepeda selama satu jam hingga Junhyung merasakan tetesan air mengenai wajahnya.

"Yah, ini air laut atau apa?" tanya Junhyung.

"Rasanya ini gerimis," jawab Yoseob. "Ayo cepat, sebelum kita kehujanan."

Tepat saat mereka tiba di tempat penyewaan sepeda, hujan mulai turun cukup deras. Untunglah mereka berada di dekat objek wisata sehingga banyak taksi yang memangkal di sana.

"Yah, aku harus pergi untuk membeli sesuatu. Kau kembali ke penginapan duluan saja," kata Yoseob.

Junhyung merasa lega Yoseob tidak memintanya untuk menemaninya, karena ia sendiri sedang tidak dalam suasana hati yang bagus untuk berjalan-jalan. Mereka menaiki taksi secara terpisah. Begitu tiba di penginapan, Junhyung melongok ke bawah pot bunga tempat Dujun menyimpan kuncinya tadi. Rupanya kuncinya sudah tidak ada di sana. Sepertinya sudah ada yang kembali lebih dulu.

Junhyung membuka pintu penginapan. Langkahnya terhenti saat melihat Hareun sedang duduk di sofa dengan mata terpejam. Gadis itu memang suka sekali melihat hujan dan terlihat nyaman di sana. Tanpa sadar langkah Junhyung sudah membawanya mendekati sofa dan ikut duduk di sana. Ia ikut menyandarkan kepalanya di sandaran sofa sambil memandangi Hareun.

Berapa lama waktu berlalu tanpa gadis itu di sampingnya? Sudah berapa lama ia tidak melihat wajahnya dari dekat seperti ini? Apakah Hareun merasa lebih nyaman atau justru lebih menderita sejak pergi dari rumahnya? Tidak, Yoseob bersamanya. Jika ada orang lain di dunia ini yang lebih peduli pada Hareun, itu adalah Yoseob. Tidak mungkin Yoseob membiarkan Hareun merasa kesepian.

Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang