Hareun tersengal. Rasanya ia sudah berlari sangat jauh sejak tadi, tetapi Bae Yongchun masih mengejarnya. Lama-kelamaan ia merasa seperti berlari di tempat, sementara pria itu sudah semakin mendekat.
"Jangan... Jangan..." gumam Hareun saat Bae Yongchun mengulurkan tangannya.
Kemudian ia merasakan genggaman pada tangannya. Padahal Hareun sudah pernah memegang tangan kelima pria yang senantiasa menjaganya itu, tetapi ia tetap bisa mengenali tangan ini dengan sangat baik.
"Oh, Gikwang-ah..."
"Aku di sini."
Hareun menggenggam tangan itu dengan erat. "Jangan tinggalkan aku lagi," gumamnya. Tangan Gikwang yang besar dan hangat membuat perasaannya lebih tenang.
Dalam waktu singkat, Hareun bisa merasakan Gikwang berada di sisinya. Ia bersandar di dada pria itu dan bisa mencium aroma yang sangat disukainya. Seluruh rasa sakit di tubuhnya seolah menghilang saat Hareun merapatkan dirinya ke arah Gikwang.
"Tolong jangan membenciku. Ya...?"
"Kau milikku. Mana mungkin aku melakukannya," balas Gikwang seraya mengusap-usap rambut Hareun.
Hareun membuka matanya. Namun, tidak ada siapa-siapa di sampingnya. Hareun menoleh dan melihat Dujun yang sedang sibuk dengan ponselnya. Pria itu langsung mengangkat kepalanya saat menyadari Hareun telah bangun.
"Pagi." Dujun tersenyum sambil menyimpan ponselnya di saku celana. "Kau tidur dengan tenang dan nyenyak sekali."
Hareun memandang berkeliling. Tidak ada Gikwang di manapun. "Gikwangie?"
"Ah, Gikwang sedang sibuk akhir-akhir ini. Dia yang mengurus semua pekerjaan di kantor, sampai-sampai harus lembur hingga pagi," tutur Dujun.
"Ah, begitu," gumam Hareun kecewa. Jadi, semalam hanya mimpi?
"Enggak apa-apa. Kau akan segera bisa bertemu dengannya lagi. Dokter sudah mengizinkanmu pulang besok," hibur Dujun. "Sebentar lagi aku akan mengantarmu ke Dokter Shin. Kau ingin aku memanggilkan perawat untuk membantumu membersihkan diri?"
Setelah Hareun membersihkan diri, Dujun membantunya memakan sarapannya. Namun, suasana hatinya yang muram membuat selera makannya menurun.
"Kau terlihat murung, Aruna-ssi," kata Dokter Shin saat Hareun menemuinya. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Hareun menggeleng.
"Bukankah kau ke sini karena ingin saya membantumu?" tanya Dokter Shin lagi.
"Saya sedang tidak ingin membicarakannya."
Dokter Shin mengangguk-angguk. "Lalu, bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?"
"Awalnya saya memang bermimpi buruk, tapi kemudian dia datang ke dalam mimpi saya, dan saya merasa lebih tenang."
Dokter Shin mengangkat alisnya, menunggu Hareun meneruskan ceritanya. Ah, rupanya mereka tidak bisa menghindari pembicaraan ini.
"Lee Gikwang," lanjut Hareun akhirnya. "Saya bermimpi dia datang dan menemani saya. Lalu, sepertinya saya tidak bermimpi buruk lagi di sisa malam itu."
"Ah, Lee Gikwang yang pernah mengantarmu dan bicara dengan saya?" tanya Dokter Shin sambil mencatat sesuatu di bukunya. Hareun mengangguk. "Lalu, apa kau memberi tahunya soal ini?"
Hareun menggeleng. "Itu hanya mimpi. Dia tidak benar-benar datang untuk menemani saya."
"Jadi, itu sebabnya kau murung sejak tadi? Kenapa kau tidak memintanya untuk benar-benar datang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
FanfictionSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...