Dujun duduk di sebuah meja besar sambil menunggu. Ia menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka. Bae Yongchun muncul dari pintu itu bersama seorang petugas polisi. Ia mengenakan kaus tahanan berwarna oranye dengan kedua tangan diborgol di depannya. Luka bekas pukulan Junhyung dan Yoseob masih nampak di wajahnya. Pria itu menyeringai ke arah Dujun.
"Kau rupanya. Ingin meminta maaf padaku dan menjelaskan bahwa semua ini salah paham?" tanya Yongchun sambil duduk di hadapan Dujun.
Dujun balas tersenyum ke arahnya. "Kau sangat mengharapkan hal itu, ya?" tanyanya, berusaha menyembunyikan nada sinis dalam suaranya. "Sejak kau menyakiti Hareun, dia tidak pernah bisa tidur dengan tenang walau hanya lima menit. Dia akan menjerit ketakutan setiap melihat ada orang yang mendekat ke arahnya. Lalu, kau berharap aku meminta maaf padamu?"
"Asal kau tahu," ujar Yongchun. "Aku tidak akan pernah menyakitinya jika dia mengatakan yang sejujurnya..."
"Yang sejujurnya yang mana?" potong Dujun tidak sabar. "Bahwa kau mengancamnya agar bisa menidurinya? Bahwa kau memiliki foto-foto tidak senonoh miliknya jika dia berani membuka mulutnya?"
Dujun memejamkan mata. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menyingkirkan segala emosi yang ada di dalam dirinya.
"Aku sudah pernah memperingatkanmu untuk tidak menyentuh karyawanku lagi," kata Dujun akhirnya. "Perempuan yang dulu pernah kau lecehkan itu memang hanya jurnalis lepas, tapi bukan berarti dia bukan tanggung jawabku. Apa kau tahu perasaanku saat ibunya menangisi putrinya di hadapanku? Aku pun sudah memberi peringatan keras padamu. Kau kira aku tidak tahu bahwa kau segan padaku, walau aku ini juniormu?"
"Dujun-ah, semua perempuan yang berhubungan denganku melakukannya karena mereka menyukaiku. Kau tidak akan mengerti, karena kau tidak pernah memiliki hubungan seperti ini."
"Dia tidak melaporkanmu, bukan berarti dia menyukaimu. Dia hanya tidak ingin keluarganya dan kehidupan pribadinya terungkap di media." Dujun menegakkan tubuhnya. "Tapi kali ini perempuan yang menjadi korbanmu adalah salah satu keluargaku. Jika selama ini dia menyembunyikannya dariku, bukan berarti aku akan diam saja setelah mengetahui perbuatanmu. Aku akan memastikan kau menerima balasan yang setimpal dan menyesali perbuatanmu seumur hidupmu."
Dujun bangkit lalu pergi menuju pintu keluar.
"Kau takkan bisa menahanku lebih lama di sini," kata Yongchun, membuat langkah Dujun terhenti. "Kau tahu, kan, aku bisa melakukan apa saja untuk pergi dari tempat ini."
Dujun berbalik menghadapi Yongchun, kemudian tersenyum. "Silakan saja. Aku menantikannya."
~***~
Sore itu Hareun keluar dari ruang pemeriksaan bersama Pengacara Kwon. Seperti biasa, Junhyung dan Dujun duduk di ruang tunggu. Mereka langsung bangkit saat Hareun dan Pengacara Kwon menghampiri mereka.
"Apa sudah selesai?" tanya Dujun pada Pengacara Kwon.
"Masih ada beberapa hal yang harus dikonfirmasi. Penyidik menghentikan pemeriksaan karena Nona Aruna sudah terlihat lelah," jawab Pengacara Kwon. "Lusa kita baru kembali lagi untuk melanjutkannya. Semoga saja bisa lebih cepat diselesaikan."
Hareun merasa tidak enak. Beberapa hari ini ia memang datang untuk melakukan pemeriksaan di kantor polisi. Namun, pemeriksaannya tidak bisa lebih dari lima jam. Paling lama pemeriksaan itu berlangsung selama tujuh jam, dan Hareun langsung pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Shin.
Mereka keluar dari kantor polisi. Seperti biasa, wartawan dari berbagai media sudah menunggu di depan. Kali ini mereka tidak membawa bodyguard karena di sini para wartawan itu tidak terlalu mendesak mereka seperti di rumah sakit tempo hari. Namun, saat Hareun sedang berjalan menuju van, tiba-tiba sesuatu menghantam kepalanya. Hareun tertegun saat sesuatu yang encer mengalir di rambutnya, disusul satu timpukan lagi di pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
FanficSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...