Gikwang masuk ke dalam mobil lalu menutup pintunya dengan lesu. Dadanya terasa sakit dan otaknya berjalan lebih lambat dari biasanya. Sebagian dari dirinya marah karena mendengar alasan Hareun meninggalkannya, sebagian lagi tidak bisa menerima bahwa Hareun sungguh-sungguh melakukannya.
Benar juga, kenapa Hareun harus meninggalkannya hanya karena Bae Yongchun? Gikwang meraih ponselnya, lalu membuka chat dengan Hareun, dan menekan tombol untuk merekam suara.
"Hareun-ah, aku masih enggak bisa mengerti, kenapa kau harus pergi karena Yongchun Hyung? Kalau kau terganggu dengannya, kau bisa menolak untuk menemuinya. Kau enggak perlu pergi dan menurutinya."
Voice note itu terkirim. Gikwang memandangi layarnya. Apa kata-katanya sudah cukup?
"Kau takut karena Yongchun Hyung lebih senior darimu? Kami ada di sini untuk menjagamu. Dujun akan melindungimu. Aku juga... Aku juga..."
Dada Gikwang kembali sesak saat mengingat Hareun tidak lagi menginginkannya. Gadis itu memintanya untuk berhenti mencintainya.
"Apa aku masih enggak diizinkan untuk bicara? Kenapa kau mengabaikanku?"
Gikwang seperti orang gila memandangi layar ponselnya, sementara pesannya hanya terkirim tanpa dilihat oleh Hareun. Ia memandangi gelang di tangannya—gelang yang diberikannya untuk Hareun saat mereka menghadiri acara di Jeju. Setelah kembali dari Jeju, Hareun memang masih memakainya. Namun, tadi gadis itu mengembalikan gelang itu dalam genggaman tangan Gikwang.
"Hareun-ah... Katamu kau mencintaiku. Kalau kau mencintaiku, kenapa kau meninggalkanku?"
Gikwang merebahkan kepalanya di kemudi. Setengah jam berlalu dan tidak ada satu pun pesannya yang dilihat oleh Hareun. Akhirnya Gikwang kembali membuka chat-nya. Kali ini ia mengirimkan pesan pada Yoseob.
Hareun mencampakkanku. Dia akan pergi dan enggak kembali.
Gikwang melihat keluar jendela dan menyadari bahwa hujan sedang turun rintik-rintik. Apa Hareun sudah tiba di rumah Yoseob? Apa gadis itu kehujanan? Tiba-tiba Gikwang merasa kesal. Hareun memintanya untuk melupakannya. Jadi, untuk apa ia masih peduli jika Hareun kehujanan atau tidak?
"Baiklah. Pergilah jika kau memang menginginkannya. Aku akan melupakanmu. Jadi, jangan berharap kau bisa kembali padaku!"
Gikwang melempar ponselnya ke jok di sebelahnya hingga mengenai bungkusan berisi minuman. Ia akan membuang bungkusan itu dan tidak akan menyentuh minuman cokelat lagi seumur hidupnya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Tanpa sadar senyum Gikwang mengembang saat meraih ponselnya, berharap itu telepon dari Hareun. Namun, senyumnya menghilang saat melihat nama Yoseob di layarnya.
"Oh, Yoseob-ah."
"Kau di mana? Kau masih bersama Hareun?" tanya Yoseob dari seberang.
"Tentu saja enggak. Dia sudah pergi sejak tadi," jawab Gikwang lesu. "Dia meninggalkanku, Yoseob-ah..."
"Aku tahu. Aku sedang di jalan bersama Junhyung untuk berunding dengan Hareun. Kau ikutlah ke rumahku. Dujun juga ikut bersama kami."
"Untuk apa? Dia sudah enggak menginginkanku. Kenapa aku harus menahannya?"
"Yah, jangan putus asa begitu. Kami memiliki sesuatu yang bisa menunda kepergiannya. Jadi, datanglah ke rumahku. Kau di mana?"
"Aku di pinggir sungai Han di dekat rumah Junhyung."
"Kami juga sudah di dekat rumah Junhyung, tapi aku enggak melihatmu." Yoseob terdiam sesaat. "Oh, kurasa aku melihat mobilmu. Kau di pinggir jalan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Take Care (HIGHLIGHT FanFiction)
FanfictionSeri terakhir dari seri HIGHLIGHT FANFICTION! "Aku harus memastikan dulu padamu, apa kau juga menyukai Aruna?" "Kalau kau enggak berniat serius dengannya dan hanya ingin berkencan, lebih baik berikan Hareun padaku. Aku akan menikahinya." Hareun meny...