BRAK!
Wanita itu tersungkur di atas aspal, dia berdecak kesal saat mendapati kakinya tersandung batu besar yang juga sukses membuat goresan panjang dari mata kaki hingga betisnya, membuat cairan merah kental keluar dari sana.
Wanita lain yang merupakan teman wanita yang terjatuh itu mengulurkan tangannya, "ayo cepat!" Tanpa menunggu wanita itu menerima uluran tangannya, ia segera meraih tangan wanita itu dan membantunya berdiri.
"Kita harus cepat," ujar temannya dengan lirih, nyaris menyerupai bisikkan, "kita tidak boleh tertangkap."
Wanita itu meringis setiap kali rasa ngilu menjalar di kakinya. "Aku tak menyangka mereka bisa menembus rune penjaga antar dimensi," desisnya, "dan lagi mereka mengincar kita."
"Aku lebih mengkhawatirkan anak-anak," temannya itu mulai memapah diri wanita itu yang terlihat tak sanggup lagi berjalan. "Semoga mereka baik-baik saja."
"Jangan cemas," wanita itu memegang erat papahan dari temannya. "Aku telah mengirimkan sinyal telepati kepada Rosseline, dia pasti telah mengirim Kena dan Yura ke dimensi sihir."
"Kalau begitu, kita harus segera membuat Rune sihir," teman wanita itu menoleh kebelakang sesaat, kemudian setelah memastikan semuanya aman, dia mendudukkan wanita itu dengan pelan, dan mengeluarkan kantong kecil.
Wanita itu tampak sedikit terkejut. "Aku tak menyangka kau masih menyimpan sisa fairy dust."
"Untuk darurat," jawab temannya dengan cepat. Dia terlihat sibuk menaburkan bubuk bersinar dari dalam kantung kecil itu ke tanah, lantas membentuknya menjadi lingkaran besar dan beberapa bentuk lain sedemikian rupa di dalamnya. "Semoga aku masih mengingat bentuk Rune portal dimensi."
Hening beberapa saat, hanya menyisakan dengungan dari serangga-serangga di sekitar. Langit masih terlihat gelap meskipun jarum jam telah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Namun, jika dibandingkan kondisi tadi, sekarang ini lebih baik dari apapun―itu jika menurut wanita yang sedang mencoba menghentikan pendarahan di betisnya itu.
Di tengah keheningan ini, suara ledakan besar tentu saja membuat siapapun terkejut, apalagi di gang kecil begini, ledakan besar bisa membuat kardus-kardus serta sampah yang berserakan terhempas kemana-mana.
Wanita itu sontak berdiri, diikuti dengan temannya. "Dark Witch," desisnya pelan.
Dari kejauhan, terlihat seorang pria berdiri dengan seringaian lebar di wajah bengisnya. Pakaiannya yang serba hitam beserta kalung besi yang mengelilingi lehernya menambah kesan horror dari pria itu. "Hai, kita bertemu lagi, ladies."
Wanita itu menatapnya tajam, ini kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Baik dirinya maupun temannya, kemampuan mereka hanya berfungsi sebagai pendukung, bukan penyerang. Dia harus memikirkan sesuatu dengan cepat.
Terbesit sesuatu di benak wanita itu. Tanpa berpikir dua kali, dia segera mengirimkan sinyal telepati kepada temannya itu.
Temannya tampak terkejut, kemudian menggeleng, raut wajahnya yang telah memucat tampak tidak menyetujui rencana yang terdengar di kepalanya.
"Percayalah," bisik wanita itu dengan senyum tipis.
Awalnya temannya itu tampak ragu, namun setelah diyakinkan untuk beberapa saat, dia akhirnya mengangguk pelan dan kembali melanjutkan aktivitasnya menggambar Rune.
Pria yang merupakan anggota Dark Witch itu mengerutkan dahinya, tampak tak senang. "Dengar, aku tak suka diabaikan."
"Siapa pula yang mengabaikanmu?" Wanita itu mengeluarkan belati kecil dari balik jaket lusuhnya. "Aku akan meladenimu, tenang saja."
Pria itu menyeringai lebar, "kau cukup pemberani, nona."
"Tentu saja! Memang kau pikir siapa aku?!"
"Pelayan setia kerajaan Utara, Harpine." Pria itu tersenyum miring. "Kuakui, membawa kabur tuan putri ke dimensi manusia adalah rencana yang cerdik, namun jangan lupakan fakta bahwa Dark witch juga mengetahui Rune portal antar dimensi."
"Oh," Wanita itu balas tersenyum sinis, "aku baru tahu mayat bisa menggunakan sihir."
"Kurang ajar!" Seru pria itu dengan murka. "Akan kubuat kau bersujud memohon ampun padaku!" Pria itu melesat maju dan melayangkan sebuah tinju kepada wanita itu.
"Coba saja!" Wanita itu menghindar, kemudian mengayunkan belati tersebut dengan cepat.
Pria tersebut menepis belati tersebut dengan tangan kosong, kemudian tersenyum. "Kau pikir pisau dapur bisa melukaiku?" Kaki pria itu terangkat, dengkulnya menghantam erat perut wanita itu hingga membuatnya tersungkur. "Untuk memotong sayuran saja sepertinya tidak bisa."
Wanita itu terbatuk-batuk, hingga sebuah cairan merah keluar dari setiap batukkannya.
Baru saja pria itu mengangkat tangannya, bersiap melayangkan sebuah tinjuan, sebuah bola api menghantam ke sekitar pria tersebut, membuat dirinya maupun wanita itu terkejut. Sesuatu seperti menarik cepat wanita itu ke belakang, membuatnya mau tak mau berdiri dari acara tidurannya dari tanah.
"Runenya sudah selesai kubuat!" Seru temannya dengan suara bergetar. "Sebentar lagi Runenya akan segera aktif, kita harus berdiri di lingkaran Rune itu secepatnya!"
Di tengah lariannya, wanita itu menoleh ke belakang dan mendapati pria Dark Witch itu menggeram murka dan tengah mengejar mereka. Jarak mereka dengan pria itu semakin memendek, membuat wanita itu menggigit bibir bawahnya, merasa gundah.
Lingkaran Rune membutuhkan waktu sekitar sepuluh detik lagi untuk aktif dan membawa mereka berteleportasi, dan satu Rune hanya berlaku sekali. Namun, wanita itu yakin sekali, sepuluh detik adalah waktu yang lebih dari cukup bagi pria Dark Witch itu untuk membunuh mereka berdua, jika dilihat dari betapa cepat dan mematikannya gerakan pria itu.
"Tidak," gumam wanita itu dengan lirih. "Maafkan aku, Laura."
"Huh?!"
Wanita itu mendorong tubuh temannya dengan sekuat tenaga. "Tolong, jaga Kena untukku."
"H-Harpine??!"
Wanita itu tersenyum, "dan tolong berikan surat yang pernah kutitipkan padamu kepada Kena jika dia sudah cukup kuat." dia menghunuskan belatinya, menatap pria yang sudah semakin mendekat.
"H-HARPINE, TUNGGU!!"
Tubuh temannya itu terhempas mengenai lingkaran Rune, membuat tubuhnya termakan cahaya teleportasi dan menghilang.
Wanita itu memejamkan matanya dan menghela napas panjang.
Dari lubuk hatinya yang paling dalam, tersirat satu cahaya harapan yang tersisa.
"Maafkan aku, Kena," bisiknya pelan sebelum akhirnya melesat maju dan kembali melayani pertarungan dengan pria itu.
***TBC***
Published: 11-03-19
A/N
OKE MANTEMAN, ADA YANG KANGEN SAMA MAKHLUK TERKAWAII INI?!!
//muntah online.
Oke, abaikan kegajean vara barusan.
Btw ada yang bisa nebak Laura itu siapa? Hwehehehhe :v
Oh, buat path-01 sampe seterusnya, itu terjadi time skip oke?
Tapi tenang aja, vara ga begitu maksain kok :v
Vara bakal jelasin pelan-pelan Kena ngapain aja di dimensi sihir selama dua tahun itu.
Dan, plis... Kena masih gapeka '-'
Jadi jangan ngarep mereka udah jadian HAHAHAHHAHAHAA
DAN PATH-01 BAKAL VARA UPDATE BULAN APRIL
Ini hanya semacam Teaser sama sedikit bocoran aja hehe :v
OKAY! SILAHKAN DITEBAK ALURNYA, Sedangkan Vara akan memulai dunia imajinasi Vara.
BABAY!
ADIOS~
Luv, Vara
🐣🐤🐥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: Broken Pandora
Fantasy[The Tales: School of Magic Sequel] Setelah tragedi yang menyebabkan populasi penyihir menurun, kini kami dikejutkan kembali oleh bencana yang baru. Sebagian besar penyihir terkena sihir hitam, dan membuat kekuatan mereka tersegel. Kehilangan kekuat...