Aku membuka mataku, kemudian kembali menutupnya saat merasakan cahaya mentari begitu menusuk. Setelah mengerjap-ngerjapkannya untuk beberapa saat, aku mengusapnya dan beranjak duduk. Aku mengarahkan pandanganku ke seluruh bagian ranjang tempatku berbaring, kemudian menatap sekitarku. Sekarang ini aku terbangun di atas ranjang kamarku. Ini hal yang aneh, tentu saja. Bagaimana caranya aku bisa berada di sini? Padahal jelas semalam aku terlelap di kereta terbang.
Setelah berpikir cukup lama dan tak kunjung mendapatkan jawaban, aku memutuskan untuk kembali mengedarkan pandanganku, mencari keberadaan sesuatu. Keningku terlipat begitu aku tidak menemukan keberadaan Xia-xia di manapun.
Baiklah, sekarang ini hari Minggu, jadi mungkin saja hewan itu sedang bermain dengan pixieball lainnya.
Aku segera melompat bangun dari ranjang, kemudian merenggangkan tubuhku yang sedikit terasa pegal. Setelah itu, aku segera melesat ke Kamar mandi dengan satu setel baju casual dan handuk.
Hari libur ini takkan aku sia-siakan. Aku bertekad akan berlajar dengan giat di Perpustakaan.
***
Yura menopang wajahnya, sesekali menghela napas bosan. Dia menatap jera lelaki berambut navy yang sedang fokus di depan penggorengan. Itu Hide, dan lelaki itu sedang belajar membuat omelet, dengan Yura yang menjadi gurunya.
Gadis itu memperhatikan setiap langkah yang Hide lakukan, mencoba mencari di mana kesalahan lelaki itu. Tapi, sedari tadi tak ada satupun kesalahan. Hide mengikuti intruksinya dengan benar, bahkan takarannya pun pas. Lalu, mengapa rasa omelet yang sedari tadi rasanya masam?
Yura mengernyitkan keningnya begitu melihat ada sedikit kejanggalan. Hide memasukkan sebuah bumbu yang tidak ada di dalam resep yang ditulisnya. Dengan sigap, Yura segera menahan Hide sebelum sempat lelaki itu menuangkannya. "Stop! Itu bumbu apa?"
"Eh? Ini?" Hide memamerkan botol kecil berisi bumbu berwarna merah kepada Yura. Wajahnya tersenyum lebar. "Ini bumbu spesial dari Val! Bumbu ini terbuat dari saringan buah grasslime. Katanya ini sangat manjur untuk orang yang sedang jatuh cinta!"
Entah mengapa, Yura justru menepuk keningnya, tampak pasrah. "Hide, kamu ini bodoh atau apa?" erangnya putus asa.
Hide memiringkan kecil wajahnya, "ya?"
"Grasslime itu rasanya masam, hanya digunakkan untuk membuat air lemon. Pantas saja dari tadi omeletmu rasanya aneh, ternyata kamu memasukkan bumbu itu. Haduh, kau ini bodoh ya?"
Senyuman sirna dari wajah lelaki itu, dia tampak kecewa. "Berarti, aku dibohongi oleh Val?"
"Kamu baru sadar?!"
"Anak itu..." Hide menggertakkan giginya, kesal. "Awas saja, akan kubuat dia menyesal!"
Diluar dugaan, Yura justru tertawa. "Ternyata kamu benar-benar bodoh, ya? Astaga, aku tak bisa berhenti tertawa."
Hide tersenyum simpul. Melihat gadis yang disukainya tertawa meredam emosinya. Dia mengendikkan kedua bahunya, kemudian melanjutkan kegiatan memasaknya. "Oh iya, kamu sudah mendengar berita terbaru?"
"Tentang murid baru?" Yura memutar bola matanya, "kalau tentang itu, sudah. Membosankan sekali, semua orang membicarakan dia."
"Bukan," raut wajah lelaki itu tampak serius. "Ada berita yang lebih buruk."
Kalimat yang terlontar dari mulut Hide membuat Yura mendongakkan kepalanya. "Oh ya? Apa itu?"
"Kudengar, ada beberapa murid yang tidak bisa menggunakkan kekuatannya," raut wajah lelaki itu datar, bahkan hampir tidak berekspresi. "Ini aneh. Tak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: Broken Pandora
Fantasy[The Tales: School of Magic Sequel] Setelah tragedi yang menyebabkan populasi penyihir menurun, kini kami dikejutkan kembali oleh bencana yang baru. Sebagian besar penyihir terkena sihir hitam, dan membuat kekuatan mereka tersegel. Kehilangan kekuat...