Path-26 : Luminas

826 103 49
                                    

Keinginanku saat ini hanya satu, yaitu mengunjungi kediaman Master Joule. Namun entah mengapa, hal tersebut belum tersampaikan hingga saat ini.

Tiba-tiba, tugas di kelas Senior bertumpuk begitu saja. Mulai dari kami yang harus membuat jurnal, menghapal mininal dua buku sihir, juga persiapan untuk event tahunan sekolah―Luminas Festival.

Sejak kemarin, aku sudah mengirim pesan permohonan maaf kepada Master Joule. Jangankan untuk pergi latihan berpedang, untuk makan siang saja terkadang sering kulewatkan.

Kehidupan kelas senior memang keras.

"Baiklah, presentasikan tugas yang telah kuberikan minggu depan, ya!" pinta Miss Armel―guru bidang pelajaran akulturasi―dengan suara khasnya yang lantang, "Cari riset mendalam tentang pentingnya perhitungan di dalam pertarungan. Sejauh ini, paham?"

Kami mengiyakan dengan serempak.

Aku menghela napas panjang. Pelajaran akulturasi adalah bidang yang tersulit bagiku, juga ratusan anak kelas senior. Akulturasi adalah pelajaran yang penuh hitung-hitungan. Bagian tersulitnya ketika kita harus mengeluarkan kadar kekuatan berdasarkan hasil perhitungan yang kita peroleh. Sekolah memiliki alat canggih yang dapat menghitung jumlah kadar kekuatan. Itu mengapa, tak ada satupun murid yang dapat berbuat curang dalam pelajaran ini.

Pantas saja dulu Lizzy pernah bilang bahwa di kelas Senior terdapat pelajaran matematika. Ternyata ini maksudnya.

Bel yang menandakan waktu pembelajaran telah berakhirpun berbunyi. Kami―para murid―segera membereskan buku-buku kami dan memasukkannya ke dalam pocket.

"Baiklah, semuanya! Karena pelajaran telah berakhir, sekarang ayo berbaris menuju Aula!" seruan lantang dari Lizzy membuat pusat perhatian tertuju padanya. Lizzy adalah ketua kelas, dan dia mendapat tugas mengatur kami untuk persiapan festival Luminas.

Seorang gadis mengangkat tangannya. Rambut pirang bergelombangnya begitu bersinar saat diterpa cahaya mentari siang. Aku tidak mengenalnya, tapi orang-orang di sekitarku berkata bahwa dia adalah anak yang cukup populer. Kalau tidak salah, namanya Rumi. Sepertinya aku harus mengurangi sifat tak peduliku ini. "Um, Lizzy, bukankah sebaiknya kita tentukan saja dulu ingin membuka apa? Kemarin aku lihat anak-anak kelas lain sudah menentukannya."

"Ah, benar juga." Lizzy bersedekap, termangut-mangut. Dia berjalan ke depan kelas, tempat biasa guru mengajar agar dapat dilihat langsung oleh murid sekelas. "Kalau begitu, kita tentukan saja dulu. Apakah ada saran?"

Seseorang mengangkat tangannya. "Bagaimana jika kelas kita membuka pameran sihir saja?"

"Ah, tapi kalau pameran sihir, di kelas lain pasti sudah ada," tolak Lizzy, "Aku ingin sesuatu yang menarik. Festival Luminas digelar setahun sekali. Jadi, kelas kita harus bisa merebut posisi kelas terbaik!"

"Yasudah, kita buka toko makanan saja!" sahut seorang lelaki dengan penuh semangat.

"Hey, apa kau lupa?" Rumi memutar bola matanya. "Kelas netralize-C sudah membuka toko makanan di kelasnya. Di sana ada Yura, tuan putri yang memiliki bakat di bidang kuliner terbaik sedimensi sihir. Jelas, orang-orang akan lebih memilih ke sana ketimbang kita."

"Hm ...," kening Lizzy mengekerut, sepertinya dia berpikir terlalu keras, "Apa tidak ada saran lain?"

Aku menguap, menatap malas ke sekitar kelas yang dipenuhi oleh diskusi kecil. Sebenarnya, nominasi kelas terbaik selama festival berlangsung tidak mendapat hadiah berarti. Hanya mendapatkan piala. Tapi, sudah menjadi turun temurun bahwa siapapun yang memenangkan nominasi kelas terbaik saat festival akan dinyatakan sebagai kelas paling bergengsi. Aku tidak terlalu mengerti mengapa bisa begitu, dan sejujurnya aku juga tidak terlalu peduli.

The Tales: Broken PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang